Senin, 06 Juli 2009

Kemaksiatan (bagian ke-3)

by : H. Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com


Di antara nikmat yang paling besar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah pertolongan dan kemenangan. Sejarah telah membuktikan bahwa pertolongan Allah dan kemenangan-Nya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat. Sebaliknya, kekalahan dan kehancuran disebabkan karena maksiat dan ketidaktaatan.
Kisah Perang Uhud harus menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman. Ketika sebagian pasukan perang sibuk mengejar harta rampasan dan begitu juga pasukan pemanah turun gunung ikut memperebutkan harta rampasan. maka terjadilah musibah luar biasa. Korban berjatuhan di kalangan umat Islam. Rasulullah saw. pun berdarah-darah.

Kisah penghancuran Kota Baghdad oleh pasukan Tartar juga terjadi karena umat Islam bergelimang kemaksiatan. Khilafah Islam pun runtuh, selain dari faktor adanya konspirasi internasional yang melibatkan Inggris, Amerika Serikat, dan Israel, karena umat Islam berpecah belah dan kemaksiatan yang mereka lakukan.

Umar bin Khattab berwasiat ketika melepas tentara perang: ”Dosa yang dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau tidak demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita tidak sepadan dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak sepadan dengan perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat maksiat, maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.”

Oleh karena itu umat Islam dan para pemimpinnya harus berhati-hati dari jebakan-jebakan cinta dunia dan ambisi kekuasaan. Jauhi segala harta yang meragukan apalagi yang jelas haramnya. Karena harta yang syubhat dan meragukan, tidak akan membawa keberkahan dan akan menimbulkan perpecahan serta fitnah. Kemaksiatan yang dilakukan oleh individu, keluarga, dan masyarakat akan menimbulkan hilangnya nikmat yang telah diraih dan akan diraih. Dan melemahkan segala potensi kekuatan.
Dari kisah tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam mengarungi kehidupan manusia baik dalam level individu maupun kelompok, baik dalam bentuk upaya bermuamalah di instansi negeri maupun swasta pasti ada suatu bentuk perjuangan, yang melahirkan suatu problematika/ masalah. Maka untuk dapat menyelesaikan nya selain profesianalisme individu atau kelompok sangatlah dibutuhkan bantuan dari Allah swt, hal ini menandakan bentuk dzikrullah (selalu ingat kepada Allah) dan ketidak mampuan manusia terhadap masalah yang dihadapinya minimal dengan berdoa dan maksimal menjalankan seluruh aturan Allah dan Rosulnya terutama dalam hal kemaksiatan kepada Allah.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs Al Araaf 7: 96)

Penduduk suatu negeri dapat juga adalah sekelompok manusia yang sedang bermuamalah dan dalam berusaha tertentu seperti pemerintahan, perusahaan dan sebagainya.

Kita sebagi muslim harus yakin pertolongan Allah atas segala permsalahan hidup didunia yaitu dengan firmanNya…….. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. …..Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Ath Thalaaq 65 : 2 dan 3 ).


Wallahu a’lam bish-shawab
Renungan HAti
H.Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar