Jumat, 20 September 2019

Hijrah dan Bulan Muharram


Hijrah dan Bulan Muharram

By Abu Alby Bambang Wijonarso
Blog : dakwahrenunganhati.blogspot.com


         وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَوا۟ وَّنَصَرُوٓا۟ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ  ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ                     
(Qs. Al Anfal : 74)

      Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia (Qs.Al-Anfal ayat 74).
         Secara bahasa kata  “Hijrah” bermakna menghindari/menjauhi diri dari sesuatu, baik dengan raga, lisan, maupun hati makna yang lain artinya berpindah dari suatu tempat ketempat yang lain yang dianggap lebih menguntungkan.  Hijrah bisa terjadi karena ekonomi, politik, keluarga, agama dan lain sebagainya. Dari sekian banyak alasan maka hijrah karena agama adalah hijrah yang paling hakiki.

          Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah, tetapi jihad dan niat." (Muttafaq Alaihi).

Hadits tentang Hijrah.
حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ وَإِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (متفق عليه)


Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, 'Soerang muslim adalah orang yang menjadikan muslim lainnya merasa selamat dari lisan dan tangan (perbuatannya). Sedangkan muhajir (orang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Muttafaqun Alaih)

         Akan tetapi hijrah dalam pengertian pindah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain seperti hijrah dari perbuatan maksiat ke taat, dari jahat menjadi baik, dari zaman kegelapan kezaman terang benderang, dari tidak tahu menjadi tahu (ilmu agama), dari malas menjadi rajin belajar ilmu agama, dari islam KTP menjadi Islam Kaaffah (menyeluruh), sehingga dengan hijrah hati, perkataan dan perbuatan menjadi bersih dari segala maksiat, dosa dan sirik hal ini dapat dikatakan hijrah individu atau hijrah pertama (mensucikan diri), inilah yang dipoles, dibina, diarahkan, ditegakkan, ditundukkan selama tiga belas tahun dikota Mekkah oleh Rosulullah SAW sebelum hijrah ke kota Madinah.
         
Output dari hijrah pertama berupa Keimanan,keyakinan (Aqidah) dan akhlak yang kokoh, kuat dan matang merupakan sasaran yang diterapkan Rosulullah SAW kepada seluruh pengikutnya, yang tentunya menjadi syarat utama untuk terciptanya hijrah kedua dalam artian pindah tempat (Dari kota Mekkah keMadinah). Tidak mungkin seseorang atau kelompok sudi melakukan hijrah (pindah) dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh (12 hari perjalanan dengan onta) meninggalkan harta, keluarga dan tempat tinggal ketempat yang sama sekali belum dikenal, tidak ada sanak famili dan harta yang menjanjikan disana kecuali dengan keimanan yang mantap dan keyakinan yang matang terhadap Allah. Demikianlah kisah terjadinya hijrah Rosulullah beserta pengikutnya seribu empat ratus tahun yang lalu.
         
Kedudukan Hijrah merupakan simbul iman yang hakiki (manifestasi iman sejati), bahwa seseorang yang berhijrah berarti telah mengikrarkan diri  dengan beriman kepada Allah dan RosulNya, sedangkan aplikasi dari keimanan tersebut adalah siap dan rela meninggalkan segala sesuatu yang akan terjadi seperti hijrah mempertahankan aqidah yang diyakini. Karena hakekat iman itu sediri adalah pengakuan melalui lisan, dibenarkan dalam hati dan diaplikasikan dalam perbuatan, sedangkan hijrah disini merupakan salah satu dari wacana tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
      
    ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ
(Qs. At Taubah : 20)
 orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.(Qs. At Taubah ayat 20).


          Peristiwa hijrah seribu empat ratus tahun yang lalu memberi pelajaran kepada kita perlu persiapan dan perencanaan yang matang, bahwa iman saja tidak cukup, do’a saja tidak cukup. Mungkin ada orang yang setiap malam sholat dan berdoa tanpa ikhtiar maka tentunya pasti akan gagal. Adapun keberhasilan hijrah Rosulullah SAW seperti penugasan diantaranya seorang pemuda (waktu itu usia 23 tahun) bernama Ali bin Abi Thalib sahabat dan sepupu Rosulullah SAW, beliau meminta Ali untuk tidur diranjangnya saat rumahnya dikepung pasukan kafir Quraisy. Kemudian Amir bin tahirah seorang pemuda dan pengembala domba yang ditugasi disekitar gua Tsur untuk menghapus jejak Onta Nabi dan Abu Bakar (saat dikejar kaum kufar berlindung selama 3 hari 3 malam). Seorang gadis belia bernama Asma yang bertugas menjadi mata-mata dan mengawasi gerakan kaum kufar yang mau mengejar Rosulullah. Ada yang dikirim utusan seorang mubaligh bernama Mus’ab bin Umair untuk melancarkan jalan Nabi ke Madinah. Kesemua itu dilakukan dengan persiapan dan perencanaan optimal dan disiplin yang tinggi inilah syarat ikhtiar, sehingga Allah SWT menurunkan bantuan kepada hambanya. 


إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Qs.Ql Baqarah ayat 218).
    
   Apakah Relevan melakukan hijrah saai ini? Melihat kenyataan yang ada memang hijrah pada saat ini masih sangat relevan untuk diterapkan terutama hijrah nafsiyah (Individu) dengan berusaha menjauhkan diri dari melakukan perbuatan yang menyimpang (seluruh aturan Allah dan RosulNya) dan berusaha pemperbaiki diri untuk bersih dari segala perbuatan  kotor (pelanggaran aturan Allah dan RosulNya) sehingga hati, jiwa dan raga serta segala perbuatan menjadi suci. Dan setelah itu berusaha menghijrahkan keluarga, kerabat, lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya (tetangga, teman sejawat, anak buah, bila perlu pimpinan), hingga pada akhirnya membentuk komunitas yang siap melakukan hijrah.

       Pergantian tahun Islam disebut Tahun Hiriyah terjadi pada Bulan Muharam adalah bulan yang mulia, yang mana ada beberapa keutamaan :

Pertama, bulan ini dinamakan Allah dengan “ Syahrullah “, yaitu bulan Allah. Penisbatan sesuatu kepada Allah mengandung makna yang mulia, seperti “ Baitullah “ ( rumah Allah ), “Saifullah” ( pedang Allah ), “ Jundullah” ( tentara Allah) dan lain-lainnya. Dan ini juga menunjukkan bahwa bulan tersebut mempunyai keutamaan khusus yang tidak dimilili oleh bulan-bulan yang lain.

Kedua,  bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan yang dijadikan Allah sebagi bulan haram (dilarang berperang dan bermaksiat), sebagaimana firman Allah swt

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ


            Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S. at Taubah :36).

          Dan dalam hadis Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim) In shaa Alloh barangsiapa melakukan kebaikan dibulan2 mulia tersebut akan mendapatkanpahala yang berlipan dan begitu pula jika melakukan keburukan akan mendapat kemurkaan Alloh berlipat lipat. ketiga, bulan ini dijadikan awal bulan dari Tahun Hijriyah, sebagaimana yang telah disepakati oleh para sahabat pada masa khalifah Umar bin Khattab ra. Tahun Hijriyah ini dijadikan momentum atas peristiwa hijrah nabi Muhammad saw.

       Insya Allah srtelah kita selalu berhijrah (selalu Lebih baik dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan RosulNya), maka kita akan selalu mudah meraih pahala berlipat-lipat dibulan muharrom ini dan ditahun ini aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab
Renungan Hati
Abu Alby Bambang Wijonarso          

Read More..

Minggu, 24 Maret 2019

Pedoman Ramadhan.


Renungan Hati
Oleh : Abu Alby Bambang Wijonarso
Blog : http/dakwahrenunganhati.blogspot.com

      In sya Allah beberapa hari kedepan kita akan melaksanakan kewajiban yang diemban untuk kaum muslimin diantaranya puasa dibulan ramadhan, maka untuk memaksimalkan output dari orang yang berpuasa minimal kita harus memahami ilmu (Pedoman Ramadhan) tiga hal yaitu “Keutamaan bulan Ramadhan”, “Keutamaan Puasa” dan “Ganjaran orang yang berpuasa”. Sehingga kita akan bisa merai gelar taqwa yang Allah akan berikan langsung baik didunia maupun buah pahala diakherat.

Allah Ta’ala berfirman, 
 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Qs.2 :183).

Kita bahas Pedoman Ramadhan satu persatu sbb:

·      KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN.

1.      Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an

Allah ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُم                          

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (Qs.2 : 185).

2.      Sertan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Suraga Di Buka Ketika Ramadhan Tiba.
              
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
         
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ  
                                          
Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079).

3.      Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan.
        
        Allah Ta'ala berfirman.
       
      إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِوَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِلَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?, Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (Qs. Al Qadr 1-3).

4.      Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Do’a.

Hadits Rosulullah shallallahu alayhi wa salam bersabda,

ثَلاَ ثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Read more https://almanhaj.or.id/3954-ramadhan-bulan-berdoa.html
ثَلاَ ثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Read more https://almanhaj.or.id/3954-ramadhan-bulan-berdoa.html
ثَلاَ ثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ
ثَلاَ ثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Read more https://almanhaj.or.id/3954-ramadhan-bulan-berdoa.html
ثَلاَ ثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Read more https://almanhaj.or.id/3954-ramadhan-bulan-berdoa.html

Ada tiga orang yang tidak tertolak doanya; seorang yang berpuasa sehingga berbuka, seorang pemimpin yang adil, seorang yang terdzalimi.[ HR. Ibnu Hibbân 5/298 no: 3419. Lihat Silsilah Shahîhah 4/406 no: 1797].

Note : : An-Nawawi menjelaskan,
Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa sepanjang waktu puasanya (selama ia berpuasa) dengan doa-doa yang sangat penting bagi urusan akhirat dan dunianya, bagi dirinya, bagi orang yang dicintai dan untuk kaum muslimin.”[Syarh Al-Muhaddzab An-Nawawi].

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
     
إنَّ للهِ في كلِّ يومٍ وليلةٍ عُتَقاءَ مِنَ النَّارِ في شهرِ رمضانَ وإنَّ لكلِّ مسلمٍ دَعوةً يدعو بها فيُسْتجابُ له
                      
Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa, akan dikabulkan,” (H.R. Al Bazaar. Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ul Ahadits, 9: 224).

·      KEUTAMAAN PUASA

1.      Puasa adalah Penghalang dari Siksa Neraka.

       إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30048-puasa-adalah-perisai-seorang-muslim.html
”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka” (H.R. Ahmad, shahih).

2.      Puasa akan memberikan Syafa’at bagi orang yang menjalankannya.

    ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ

ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/39291-puasa-dan-al-quran-memberikan-syafaat-dengan-izin-allah.html
           
     “Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari  
     kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari,
     maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya    dari 
     tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun 
     diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]

3.      Orang yang Berpuasa akan Mendapat Pengampunan Dosa.

Dari Abu Hurairah, Rosulullah Shallallahu alayhi wa salam bersabda,
   
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/1879-puasa-karena-iman-dan-ikhlas.html
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ             
Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud karena iman adalah membenarkan wajibnya puasa dan ganjaran dari Allah ketika seseorang berpuasa dan melaksanakan qiyam ramadhan. Sedangkan yang dimaksud “ihtisaban” adalah menginginkan pahala Allah dengan puasa tersebut dan senantiasa mengharap wajah-Nya.” (Syarh Al Bukhari libni Baththol, 7: 22). Intinya, puasa yang dilandasi iman dan ikhlas itulah yang menuai balasan pengampunan dosa yang telah lalu.

Salah seorang ulama di kota Riyadh, Syaikh ‘Ali bin Yahya Al Haddady hafizhohullah memberikan faedah tentang hadits di atas:

·           Amalan yang dilakukan seseorang tidaklah manfaat sampai ia beriman kepada Allah dan mengharapkan pahala dari Allah (baca: ikhlas). Jika seseorang melakukan amalan tanpa ada dasar iman seperti kelakuan orang munafik atau ia melakukannya dalam rangka riya’ )(ingin dilihat orang lain) atau sum’ah (ingin didengar orang lain) sebagaimana orang yang riya’, maka yang diperoleh adalah rasa capek dan lelah saja. Kita berlindungi pada Allah dari yang demikian.

·      GANJARAN  BAGI MEREKA YANG BERPUASA.

     Dari Abu Hurairah, Rosulullah Shallallahu alayhi wa salam bersabda,
      
     كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
       
Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Mengapa pahala puasa diramadhan dilipatgandakan, karena menurut Ibnu Rajab AL Hambali, semoga Allah merahmati beliau mengatakan karena puasa adalah bagian dari kesabaran. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman,
         إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Qs. Az Zumar :10).

Sabar itu ada tiga macam  yaitu :
     1.   Sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
     2.   Sabar dalam meninggalkan yang haram,
     3.   Sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan.

Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja didalamnya ada bentuk melakukan ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.

·     PUASA YANG DINILAI SIA-SIA.

Puasa bukanlah menahan lapar dan dahaga saja, namun puasa hendaknya menahan diri dari hal-hal yang diharamkan dan sia-sia. Jika tidak demikian, puasa seseorang jadi tidak ada nilainya yang didapati bisa jadi hanya lapar dan dahaga saja. Rosulullah shallahu alaihi wa sallam bersabda,رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).
   
    Berikut adalah beberapa amalan yang sia-sia sudah sepatutnya dihindari :

  • Berkata Dusta (Az Zuur).
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ     
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).

Apa yang dimaksud dengan az zuur? As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121, Maktabah Syamilah).

  • Berkata lagwu (sia-sia) dan rofats (kata-kata porno)
        لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dlm Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 bahwa hadits ini shohih).

  • Maksiat secara umum.
Ingatlah bahwa puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun hendaknya seorang yang berpuasa juga menjauhi perbuatan yang haram. Perhatikanlah saudaraku petuah yang sangat bagus dari Ibnu Rojab Al Hambali berikut :
“Ketahuilah, amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya mubah ketika di luar puasa seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, pen) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan petuah yang sangat bagus :
“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)
Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus dilakukan. Hendaknya seseorang menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat.
Ibnu Rojab mengatakan, “Tingkatan puasa yang paling rendah hanya meninggalkan minum dan makan saja.”

           Semoga perisapan menghadapi puasa Ramadhan bisa kita maksimalkan dan kita akan meraih gelar Taqwa. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

   Wallahu a'lam bish-shawwab
   Abu Alby BW

Read More..