By Bambang Wijonarso.
Blog : dakwahrenunganhati.blogspot.com
Banyak orang menyangka bahwa “kata setan” hanya berasal dari hal yang ghoib atau dari bangsa Jin yang boleh jadi sangat ditakuti dengan lahirnya orang yang meninggal hidup lagi dengan istilah-istilah Suster ngesot, Simanis jembatn Ancol, Hantu, Kuntilanak, Sundel Bolong, Daerah/rumah Angker, paranormal, mempunyai indra keenam dan sebagainya yang berkembang dimasyarakat. Inilah salah satu pemahaman yang keliru dapat dikatagorikan perbuatan Syirik jika mempercayai. Untuk menanamkan aqidah yang kuat maka disinilah perlunya pemahaman ilmu yang benar, InsyaAllah dengan kajian artikel ini (Setan jilid 1 s/d 3) dapat mengembaikan aqidah yg benar dan memantapkan bagi yg sudah benar.
Siapakah Setan?
Setan atau Syaithan (شَيْطَانٌ) dalam bahasa Arab diambil dari kata (شَطَنَ) yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata (شَاطَ) yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala (Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.
Beberapa dalil “Setan” boleh jadi berasal dari bangsa manusia maupun Jin yaitu :
Pertama, Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112). Dalam ayat ini Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin.
Kedua, Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49).
Ketiga, Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071).
Keempat, Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, ia berkata: Aku datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”
Kelima, banyak ayat-ayat dan hadis-hadis dalam perlindungannya “Setan” dari Jin dan manusia” Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia. Sembahan manusia, Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (Qs.An Naas [114] ;1 s/d 6).
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu mengatakan: “Iblis adalah abul jin (bapak para jin).” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793). Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan, beliau menjawab: “Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shalih. Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesatkannya. Adapun yang shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin).
Wallahu A’lam.
Renungan HAti
Abu albi Bambang Wijonarso
Sabtu, 29 Mei 2010
Siapakah Setan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar