Minggu, 07 Juni 2009

Misteri Usia 40 tahun (bagian ke-1)

by : H. Bambang Wijonarso

email : bambang_wijonarso@yahoo.com

 
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Qs. Ql Ahqaaf [46] : ayat 15)

     Dari ayat tersebut diatas ada penekanan usia manusia dengan “Empat puluh tahun” mengapa hal ini menjadi pertimbangan penting?? Coba hampir rata-rata manusia disaat usia empat puluh tahun kestabilan hidup didunia pada umumnya lebih tenang riak gelombangnya (bukan keadaan kaya/miskin). Diharapkan tingkat performance individunya melahirkan kebaikan yang maksimal meliputi tingkat kedewasaan, Emosional, daya pikir/nalar, yang dibingkai dengan keimanan & ketakwaan kepada Allah akan lebih mapan untuk diri, keluarga, dan pekerjaan, sehingga dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Disini Allah memerintahkan kepada manusia prioritas yang pertama untuk memberikan manfaat dari kemampuan yang kita miliki adalah berbuat baik kepada kedua orang tua.

    Konsukwensi manusia agar disaat usia empat puluh tahun performnya baik maka tentunya penuh dengan persiapan-persiapan yang matang, baik dengan upaya-upaya maksimal, pengorbanan waktu, pikiran, tenaga dan harta serta selalu mempunyai visi dan misi hidup didunia sebagai bekal hidup di akherat. Kalau kita mengulang rekaman siapa kita?! Ibu mengandung selama kurun waktu sembilan bulan dengan susah payah dan disaat melahirkan kita dengan susah payah pula, kemudian menyapihnya selama tiga puluh bulan dan merawat dan menjaganya sampai usia dewasa dan mengakadkan pernikahan kita bahkan sampai anak kitapun masih ikut sibuk membantu kita. Dari perjuangan orang tua kita dengan tanggung jawabnya selama ini maka sudah sepatutnyalah kita selalu berbuat baik dimana Allah berfirman Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya (Qs. Al Baqarah [2] : ayat 215). Kalau berbuat kebajikan ada aturannya hal ini untuk menjawab ada sebagian orang yang sangat baik kepada orang miskin akan tetapi sangatlah kikir/pelit kepada kedua orang tua. Apapun kebaikkan yang kita berikan kepada kedua orang tua tidak akan mungkin bisa membalasnya.

     Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seseorang menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta izin ikut berjihad (perang). Beliau bertanya: "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?". Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Kalau begitu, berjihadlah untuk kedua orang tuamu." (Muttafaq Alaihi). Dalam masalah berperangpun rosululah masih memberatkan kedua orang tuanya padahal jihad adalah hal yang terpenting. Bahkan derajad orang tua sangat diutamakan dengan hadisnya “Dari Abdullah Ibnu Amar al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua." Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim. 

Kalau orang tua kita sudah tiada maka kebaikan seorang anak hanya dengan mendoakan, akan tetapi harus anak yang soleh yang do’anya dikabulkan…dan siapakah anak yang soleh itu ? Ciri-ciri orang soleh diungkapkan dalam surat Ali Imran [3] : ayat 114 “mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang soleh. 
   
  Malik bin Rabiah berkata, “ketika kami bersama nabi, tiba-tiba datang kepada beliau seorang lelaki dari bani salamah dan berkata “Ya Rosulullah, apakah masih ada kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat ? Nabi saw menjawab, ‘Ya mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, dan menyambung kerabat yang tidak tersambung kecuali dengan keluarga (diriwayatkan Abu Dawud, dan Al Hakim ia berkata sahih sanadnya).

Boleh jadi usia kita sekarang akan mendekati atau melebihi empat puluh tahun sudahkah kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah melalui ilmu agama sebagai modal melakukan kebaikan sesuai tuntunan agama (bukan pikiran dan hawa nafsunya sendiri) yang tentunya melahirkan kesolehan seseorang dan itu sangatlah disyaratkan untuk dapat memberi balasan yang maksimal buat orang tua kita. Adakah jaminan jika usia empat puluh tahun kita semakin jauh dari Allah dan Rosulnya kemudian melakukan kebaikan-kebaikan kepada kedua orang tua kita baik masih hidup maupun telah tiada?? Tentunya hanya dengan pilar ilmu agama Islamlah jaminan itu insyaAllah akan diperoleh sehingga mendapatkan nilai disisi Allah.

Wallahu a’lam bish-shawab
Renunagn HAti
Bambang Wijonarso




Tidak ada komentar:

Posting Komentar