Sabtu, 25 Juli 2009

Husnul Khotimah

by: H. Bambang Wijonarso
email : bambang@kiaceramics.com

Seluruh manusia sangatlah paham bahwa kematian pasti akan datang menemui kita tanpa kecuali, ada beberapa orang menyikapinya baik dengan cuek-cuek saja, kadang ingat kadang tidak dan ada yang sangat mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan banyak berbekal kebaikan (amal sholeh). Adapun kiat-kiat untuk menggapai kematian yang baik (Husnul Khotimah) ada tujuh hal yang minimal harus diraih oleh umat muslim diantaranya:

Pertama, “Istiqomah” dalam melaksanakan kebaikan (amal soleh) selalu akan mendapat jaminan Allah berupa keyakinan dalam setiap melaksanakan kebaikan (amal soleh) selama mengarungi kehidupannya sehingga jika kematian itu datang padanya maka insyaAllah termasuk orang-orang yang mati dalam keadaan baik (Husnul Khotimah). dimana Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. (Qs. Fushshilat [41] :30).

Kedua, “Taqwa” yaitu menjalankan seluruh aturan Allah dan RosulNya sesuai dengan kemampuannya masing-masing, tentunya dengan selalu berinteraksi dengan Al Qur’an dan As-Sunnah kemudian mengkaji dan melaksanakan kandungannya. Bahkan khotib setiap jum’at yang sering mengingatkan betapa pentingnya mati dalam keadaan muslim. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (Qs. Al Imraan [103] : 102).
Ketiga, “Berbaik sangka kepada Allah SWT”. Takdir telah ditetapkan Allah kepada hambanya berupa kekayaan-kemiskinan, kesulitan-kemudahan, suka-tidak suka, ujian dan musibah dan sebagainya. Tentunya dalam menyikapinya manusia harus berprasangka baik kepada Allah. Dalam sebuah hadis Qudsi dijelaskan bahwa prasangka Allah tergantung prasangka hambanya.
Begitu pula karena pentingnya hal prasangka sampai Rosulullah melarangnya Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, sebab prasangka buruk adalah ucapan yang paling bohong." Muttafaq Alaihi.

Manusia memang tidak bisa menghindar dari bentuk-bentuk kecurigaan atau prasangka hal ini sangatlah manusiawi tapi tentunya perlu upaya untuk mencari perlindungan kepada Allah. Manusia bertanya mengapa hal ini terjadi sangat terang dijelaskan Rosulullah Hadis riwayat Shafiyah binti Huyaiy ra., ia berkata: Maha suci Allah, ya Rasulullah! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya setan itu berada di dalam aliran darah tubuh manusia dan aku khawatir akan menimbulkan prasangka buruk di hati kalian atau mengatakan sesuatu. (Shahih Muslim No.4041).

Keempat, “Jujur” dalam segala aktifitas kehidupannya baik itu kepada sesama manusia maupun kepada Allah. Coba sangatlah aneh hampir seluruh manusia tidak ada yang mencuri atau tidak jujur dengan mengurangi rakaat dalam sholat missal karena terlalu capai seharian bekerja dan tidak ada yang tahu dalam menjalankan sholat Isya dirumahnya maka melakukan sholat isya dua rokaat, insya Allah hal semacam ini tidaklah pernah terjadi. Akan tetapi anehnya saat bermuamalah banyak terjadi penyimpangan dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti korupsi waktu, uang, jabatan dsb. Hal ini digambarkan dalam hadist Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong). (HR. Bukhari). Bayangkan seandainya kematian itu datang kita sedang dalam melakukan kejujuran maka insyaAllah mati dalam keadaan baik (Husnul Khotimah).

Kelima, “Taubat” bersegeralah pada ampunan Allah sebelum nyawa sampai kekerongkongan, tentunya taubat harus diiringi dengan kebaikan (amal soleh) siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa manusia selain Allah. Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al A'raaf [7] : 153).
     Rosulullah saja setiap hari meminta ampun (Istighfar minimal 70 kali dalam sehari padahal belia sudah di ma’sum (dilindungi dari dosa)…dari ukuran ini tentunya manusia yang seperti kita ini sudah selayaknya minta ampun lebih dari apa yang Rosul lakukan. Dari hadis Rosulullah saw : Sesungguhnya Allah SWT membentangkan tangan-Nya diwaktu malam untuk menerima taubat yang bersalah pada siang hari , dan membentangkan tangan-Nya diwaktu siang untuk menerima taubat orang yang bersalah diawaktu malam hingga terbit matahari dari sebelah barat (HR Imam Muslim).

Keenam, “Melayat kerumah duka” Sering-seringlah mengikuti prosesi kematian seseorang dari sejak memandikan, mengafankan, mensholatkan, menguburkan, dan mendoakan mudah2an ini menjadi nasehat. Fenomena yang terjadi dimasyarat sering terjadi kematian yang dibahas adalah bagaimana terjadinya (Sakit, kecelakaan, dan mengapa ia mati, kebaikan dan keburukan selama hidup dsb) padahal tujuan dari kematian buat yang masih hidup adalah nasehat yang sangat berharga agar selalu ingat akan mati dan introspeksi atas kebaikan dan keburukan sehingga terimplementasi dengan persiapan-persiapan yang maksimal untuk menghadapi kematian kelak. Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma mengatakan: “Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori).
Ketujuh, “Su’ul Hotimah” (Hindari sebab-sebab kematian yang tidak baik) seperti banyak melakukan kesyirikan (Aqidah), menunda nunda taubat, panjang angan-angan, bergelimang (bangga) dengan maksiat, berprasangka buruk kepada Allah dalam menerima musibah, sangat mencintai dunia (Ubuddunya), banyak melakukan aktifitas (fisik, pemikiran, dan hati) yang tidak berguna.

    Demikian tujuh langkah yang insyaAllah jika kelak kematian itu datang kepada kita akan dipermudah dalam kematian yang Husnul khotimah. Janganlah menunggu kalau sudah sakit-sakitan, sudah luang waktunya, sudah tua (pensiun) atau nanti sudah kaya dan banyak seribu alasan untuk menunda-nunda persiapan untuk menghadapi kematian.

Wallahu a’lam bish-shawab
Renungan HAti
Abu Alby Bambang Wijonarso



Tidak ada komentar:

Posting Komentar