Kamis, 23 Juli 2009

“LISAN”

by :H.Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com

Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rosulullah SAW pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim). Menjaga lisan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidak baik (Baik dan tidaknya sebuah perkataan harus sesuai dengan ketentuan Allah dan RosulNya bukan akal dan hawa nafsu belaka).
Sudah menjadi kaidah umum dimasyarakat dunia ”Diam adalah Emas” tentunya sangat bertentangan dengan pemahaman Islam dari hadist tersebut diatas dimana ”diam” tersebut dilihat dari pengakuan (”Hatinya”) suatu kebenaran yang tidak dapat diimplementasikan melihat mudharotnya lebih besar dibandingkan maslahatannya dan kedudukan ”diam” tersebut lebih rendah. Hal ini ditegaskan lagi Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA dia berkata: Aku mendengar SAW bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
   Lisan merupakan sumber kebahagiaan atau kesengsaraan, setiap manusia tidak mungkin terlepas dari apa yang dikatakan ”Berbicara” artinya seluruh pembicaraan antara manusia pasti ada pertangung jawabannya baik didunia apalagi kelak diakherat.

Dalam Hal lisan secara otomatis sangat dirasakannya saat lisan mulai berfungsi diimplementasikan dari mulut seseorang yang tentunya boleh jadi kebenaran sangat tidak mutlak dan secara langsung dapat berdampak pada dirinya maupun orang lain. Bahkan Allah SWT telah mengajarkan kepada hambanya dalam tahapan berbicara untuk benar-benar memahami, mengkaji, menganalisa, mengevaluasi serta memperhitungkan kemaslahatan dan kemudharatannya sebelum berbicara yaitu dengan firmanNya ” Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.Al Israa ayat 36).
Coba kita lihat fenomena kehidupan di indonesia saat ini dari rakyat, legislatif, eksekutif, maupun yudikatif jika menghadapi suatu persoalan semuanya angkat bicara terkesan semuanya punya hak bicara dan lebih para lagi menganggap benar dan boleh jadi sebagian /semuanya ”no comment” padahal punya hak/harus bicara....(seperti lagu lidah tidak bertulang). Begitu pula dalam suatu kelompok masyarakat misalnya pekerja buruh dengan pimpinannya muncul istilah ”Asal Bapak Senang”, serta ”Siapa yang bicara” baru oke (Tidak melihat apa isi pembicaraannya), pokoknya yang penting saya selamat dsb.

Untuk menjawab semua permasalahan ini tentunya perlu adanya kiat-kiat agar ”lisan” dapat selamat untuk diri dan orang lain dalam berkomunikasi dengan muamalahnya menurut pandangan Islam ada tiga konsep :

1.Selalu berinteraksi dengan Al Qur’an.
Bagaimana seorang muslim dapat menciptakan kebutuhan dan ketergantungan kepada kitab suci Al Qur’an (Inter aktif yang maksimal) sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Sangat ironis sekali ada seorang mengaku muslim seumur hidupnya hanya berinteraksi dengan Al Qur’an kalau ada yang meninggal (Tahlilan/Yasinan). Dan perlu diketahui bahwa barometer kesempurnaan iman seseorang dilihat seberapa besar ketergantungannya kepada Al Qur’an hal ini difirmankan Allah SWT ” Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya)... (Qs. Al Anfal ayat 2).
Kalau seorang muslim selalu berinteraksi dengan Al Qur’an maka diharapkan akal pikiran, hati dan nafsunya selalu dibimbing oleh Allah SWT kejalan yang lurus, sehingga output/produk yang dihasilkan dari ”Lisan”nya akan melahirkan perkataan dan pembicaraan yang bermanfaat, berguna dan berarti yang dapat dipertangung jawabkan insyaAllah didunia maupun kelak diakherat. Hal ini sesuai dengan tuntunan Rosulullah SAW Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (Shahih Muslim No.59).

2. Konsisten/istiqamah dalam segala perkataan (Lisan).
Allah SWT mengatur bagaimana berkata sekalipun kepada orang yang rendah dengan firmanNya ”anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (Qs. An Nisaa ayat 4).
Begitu pula islam mengatur bagaimana berbicara dengan orang-orang munafik harus tegas dan membekas yaitu dengan firmanNya ”Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (Qs. An Nisaa ayat 63).
Islam mengatur bagaimana adab berbicara dengan orang tua yaitu dalam firmanNya ”hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Qs. Al Israa ayat 23). Mengucapkan kata ”ah” kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

3. Banyak mengingat Allah (dzikirallah).
Adapun dzikir (Mengingat Allah) adalah sebuah perintah Allah SWT dalam firmanNya ” Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Qs. Al Ahzaab Ayat 41). Tentunya dzikir ini bukan hanya dalam keadaan dimasjid atau sedang menghadapi orang meninggal atau sedang mengalami kesulitan akan tetapi dalam keadaan dan situasi apapun selama manusia masih mempunyai akal (tidak gila) maka diwajibkan selalu ingat kepada Allah bahkan dalam firmannya Allah memberi salah satu ciri orang-orang yang berakal yaitu selalu berdzikir ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka(Qs. Ali Imran ayat 190 dan 191)

Dalam kehidupan didunia yang fana ini tentunya kehidupan berkeluarga dan harta serta jabatannya akan dapat melalaikan kita untuk mengingat Allah hal ini sudah disinyalir dalam Al Qur’an sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya untuk persiapan orang-orang yang beriman dalam mengarungi kehidupan ini sehingga dapat berhati-hati dalam setiap langkah kehidupannya ” Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (Qs. Al Munaafiquun ayat 9).

Demikianlah mudah-mudahan kita sebagai hamba Allah diberi kekuatan untuk dapat diselamatkan dari dampak keburukan ”LISAN” yang tidak dibingkai oleh aturan agama . Kebenaran datangnya dari Allah SWT dan kesalahan tentunya sudah pasti karena kebodohan dan kehilafan hambaNya .


Wallahu a’lam bish-shawab.
Renungan Hati
Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar