Rabu, 22 Juli 2009

Kisah Semut

By : H. Bambang Wijonarso
email: bambang_wijonarso@yahoo.com

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" (Qs.An Naml:27 ;18)

Ada sebuah kejadian dijaman Nabi Sulaiman a.s yang diabadikan dalam Al Qur’an Suran An Naml ayat 18 dan 19, di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya yang akan lalu/melewati di tempat itu. Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan ta'jub atas keteraturan kerajaan semut (Nabi Sulaiman diberi Allah anugrah dapat mendengar semua pembicaaraan binatang).

Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut ini, dinyatakan Allah dalam ayat ini dengan bagaimana rakyat semut mencari perlindungan segera agar jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya semut. Secara tidak langsung Allah mengingatkan juga kepada manusia dari kisah semut diantaranya adalah :

Pertama, Agar manusia dalam berusaha untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari, mementingkan pula kemaslahatan bersama tentunya hal ini juga diperlukan adanya kepemimpinan yang siddik, Amanah dan Fatonah, begitu pula yang dipimpinnya. (baik rakyat, warga, Istri, anak, budak, buruh/karyawan dsb).
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. (Shahih Muslim No.3408).

Rakyat semut mempunyai organisasi dan kerja sama yang baik, bagaimana dengan manusia yang selalu cenderung ribut, mau menang sendiri, kemaksiatan yang berjamaah, ambisi jabatan, gila popularitas dan mau main hakim sendiri, korupsi yang terorganisir, seorang anak atau istri yang sudah tidak bisa diatur pimpinan keluarga, seorang budak yang berani menguasai majikannya….tentunya kisah semut ini sebagai pelajaran dan barometer manusia dalam mengarungi kehidupan.

Kedua, Kerapihan dan kedisiplinan rakyat semut sangatlah konsisten coba kita tidak pernah melihat semut tidak berbaris teratur sampai kalau mendapat makanan semut selalu gotong royong dan saling berbagi bagaimana dengan manusia contoh kecil pembagian sembako gratis yang selalu ribut dan tidak rapi, tidak disiplin begitu pula dengan pembagian sedekah yang sampai merengut korban jiwa manusia. Secara sunahtullah untuk melahirkan kerapihan dan kedisiplinan sangatlah diperlukan aturan main, peraturan, undang-undang, juklak, atau tata tertib akan tetapi sangatlah tidak cukup seandainya yang melaksanakannya dalam hal ini manusianya bermasalah, untuk menciptakan manusianya tidak beermasah maka perlunya agama sebagai penjamin output ketakwaan dan keimanan seseorang. Karena seseorang yang melakukan aktifitas kehidupannya sehari-hari kalau merasa dan yakin selalu diawasi Allah tentunya sebagai indikator keiman dan ketakwaan.

Ketiga, Hubungan Silahturahim, dan menebarkan salam, kalau kita memperhatikan dengan seksama ditembok/dinding rumah kita setiap semut yang turun dan semut yang naik bertemu pastilah ada jeda/waktu beberapa detik berhenti boleh jadi hal ini adanya komunikasi antara semut bisa membicarakan apaun minimal mengucapkan salam. Subhanallah, Allahuakbar…..Allah telah memberi pelajaran dengan semut untuk manusia yang cerdas. Dimana telah diwajibkan hubungan silaturahim untuk manusia dan tentunya yang memutuskan tali silaturahim apapun alasannya merupakan perbuatan dosa dengan firmanNya: dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan[771], dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. [771]. Yaitu mengadakan hubungan silaturahim dan tali persaudaraan. (Qs. Ar Ra’d 13:21).

Adapun Silaturahim secara bahasa “Sila” adalah hubungan sedangkan “Rahim” adalah kasih sayang sehingga dapat diartikan hubungan tali persaudaraan yang dilandasi dengan rasa kasih sayang dan yang terpenting tidak melanggar seluruh aturan Allah dan rosulnya. Bagaimana fenomena dimasyarakan ada yang menyimpang hubungan silaturahim ini misalnya tidak terjaganya muhrim (saling cium pipi kiri + kanan dan atau bersalamannya bukan muhrimnya), kalau ada acara apapun yang dibingkai dengan Silaturahim (Arisan, Halal bi halal, acara keluarga dsb) boleh jadi pembicaraanya melebar dapat menuju namimah, gibah atau fitah atau pembicaraan lebih mengedepankan kesombongan baik banyaknya harta, popularitas, keberhasilan anak sifulan dan sifulan sehingga jauh dari pembicaraan yang melahirkan saling nasehat menasehati supaya tidak terjerumus kedalam kerugian. Adapun untuk masalah ini solusi yang dapat dipakai adanya tausiah/Nasehat agama seperti “Kultum” ( Dari acara 2-3 jam tidak ada salahnya diambil hanya 10 sampai 20 menit).

Dari kisah semut juga melahirkan sunah rosullah saw yaitu “ Tebarkan Salam”
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam. (Shahih Muslim No.4022).
Banyak manusia kalau bertemu dengan sesama muslim mengucapkan salam yang salah seperti Hai…..Hallo……..Kumaha……Piye….Spada selamat pagi/siang/malam mereka menganggap ucapan salam secara islam hanya dimasjid, majelis ta’lim, padahal Rosulullah saw telah bersabda dari Wail ibnu Hujr Radliyallaahu ’anhu berkata ”Assalamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh” (artinya = Semoga salam sejahtera atasmu beserta rahmat Allah SWT dan berkahNya). Riwayat Abu Dawud dengan sanad shahi. Dan yang menjawabnya ”Waalaykum salam wa rahmatullaai wa barakatuh” (artinya Dan salam sejahtera atasmu juga beserta rahmat Allah SWT dan berkahnya) disini ada pesan bahwa sesama muslim harus saling mendo’akan disetiap saat.

Demikian dari sekelumit kisah semut tentunya akan menjadikan pelajaran buat manusia dimana Allah telah menurunkan kisah semut ini hanya untuk orang-orang yang cerdas dan berakal.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Renungan HAti
Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar