Oleh : H.Bambang Wijonarso
Ramadhan yang penuh dengan keberkahan, rahmat, dan ampunan dari Allah SWT telah berlalu. Amaliah ritual dan sosial yang penuh dengan megabonus akan kita nantikan setahun lagi. Pasca puasa Ramadhan masuk ke-bulan Syawal, dimana secara bahasa Syawwal berasal dari suku kata syala, ya syulu, syawwal artinya meningkat. Berarti dengan pendidikan (Tarbiyah) yang diberlakukan oleh Allah SWT dan RosulNya di bulan ramadhan akan mengasilkan peningkatan kapasitas dan kualitas ibadah kepada Allah di bulan Syawal ini, baik Ibadah magdho (Sholat, puasa, zakat dan haji) maupun ghairah magdho (Muamalah, Silahturahim, saling berbagi, kepedulian,dermawan,etos kerja, kejujuran, kedisiplinan, amanah, berani berkata benar dsb).
Kita saksikan dibulan ramadhan masjid-masjid penuh dalam pelaksanaan sholat baik wajib maupun sunah tarawih apalagi 10 hari menjelang akhir ramadhon banyaknya program-program itikaf, terasa apapun nasehat dari ustad selalu kurang bahkan hampir kekurangan ustad alias banyaknya jamaah, banyaknya orang membaca Al Qur'an (ngejar target hatam), banyak pula orang tiba2 menjadi darmawan, santun, sabar, pemerhati dan saling berbagi (infak & sadaqah), hampir toko-toko diserbu dengan membeli buku-buku religius, baju koko, sajadah, peci,sarung dan busana muslim wanita (Jilbab). Hampir setiap hari persiapan makanan dan minuman untuk sahur dan buka selalu direncanakan matang bahkan apapun makanan dan minuman yang disajikan pasti habis terjual apalagi disaat lebaran akan lebih special lagi bahkan terkesan berlebihan.
Begitulah keadaan umum yang sudah lazim dilakukan umat akhir zaman, akan tetapi ada hal yang esensial yaitu bagaimana kita melihat pasca ramadhan? Apakah merasa merdeka, merasa gembira, bebas dari belenggu aturan agama, atau kita merasa sedih, takut, prihatin jangan-jangan puasanya tidak diterima dan tidak mendapat ampunan Allah bahkan belum tentu umur kita sampai pada ramadhan tahun depan. Rosulullah bersabda sungguh merugi ramadhan telah berlalu tetapi tidak mendapat ampunan dari Allah SWT (HR Bukhari). Akankah kegiatan-kegitan keagamaan dan muamalah pasca ramadhan akan dapat dipertahankan? Apalagi harus meningkat yang diharapkan dibulan syawal ini. Bukti dari kelulusan dan kesuksesan puasa ramadhan seseorang hanya dapat dilihat dari sikap & prilaku kita selama sebelas bulan yang akan datang.
Bagaimana kiat-kiat untuk mempertahankan atmosfir ramadhan pasca ramadhon sehingga dapat bertahan dan meningkat disebelas bulan yang akan datang adalah konsistensi/istiqamah dibawah ini:
1.Biasakan sholat wajib tepat waktu berjamaah dimasjid bagi laki2, salah satu ciri orang bertakwa adalah yang senantiasa memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, (QS. At-Taubah: 18). dan dirumah bagi perempuan.
2.Upayakan sholat tahajud pilih diantara jam 02.00 s/d subuh (biasakan tidur malam diawal waktu jam 21.00) tambahan dzikir2 dan mengeluh (Curhat), meminta, menangis maupun bahagia/bersyukur dan banyak2 berdoa hanya kepada Allah. Ajak Istri dan anak-anak boleh jadi doa mereka yang dikabulkan.
3.Cari teman, sahabat dan karib yang selalu dekat kepada Allah dan RosulNya. Jauhkan segala sesuatu (kegitan) yang melalaikan kita ingat kepada Allah (jangan coba-coba).
4.Buat jadwal tetap untuk mencari Ilmu agama (majelis ta'lim, membaca, mendengar, berdiskusi, mengkaji dsb) usahakan banyak guru (ustad), berusaha menjalankan ilmu yang didapat, sebarkan dan dakwahkan terutama Istri, anak2 dan kerabat.
5.Perbanyak Ibadah Nawafil (tambahan) seperti Sholat rawatib, sholat dhuha, dzikir-dzikir khusus, pagi dan petang, puasa sunah (Puasa Syawal, puasa Senin-kamis, puasa tgl.13,14,15 bulan qomariyah, puasa Arafah, puasa hari Asyura), biasakan berdoa setiap aktifitas kehidupan ( bangun tidur masuk kamar mandi, memakai baju, makan-minum, naik kendaraan, pergi kerja, aktifitas dari pagi sampai malam mulut harus komat-kamit berdzikir mengingat Allah, jika mengalami kesulitan dan kemudahan, kehinaan dan kemaksyuran yang akhirnya sampai mau tidurpun diharuskan berdoa....kecuali akan bebas berdoa nanti setelah menjadi mayit bahkan harus didoakan).
6.Perbanyak Zakat Infak dan shadaqah kepada yang berhak menerimanya (lihat Qs. At Taubah ayat 60 (bab Zakat) dan Qs. Al Baqarah ayat 215 (bab Infaq/sadaqah)).
7.Jadikan Al Qur'an dan As Sunah (Hadis) sebagai manhajul hayyah (kurikulum kehidupan) atau sebagai guide/petunjuk keselamatan hidup baik didunia maupun diakherat dengan selalu berinteraksi dengan AlQur'an dan As Sunah (Hadis). Jangan menunggu kalau ada yang meninggal (tahlilan) baru baca Al Qur'an itupun hanya surat yasin ech ditambah tidak membaca artinya.
8.Banyak-banyak melakukan kebaikan untuk menutupi keburukan tentunya kebaikan & keburukan menurut aturan Allah dan RosulNya sesuai dengan kemampuannya tentunya hanya lewat belajar.
Tentunya yang tidak melaksanakan dari minimal kedelapan kiat tersebut diatas maka cenderung akan termasuk orang-orang yang rugi didunia maupun diakherat yang disinyalir dari hadis rosulullah saw “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tiada mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali sekedar lapar dan haus”.(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).
Wallahua'lam bish-shawab
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
Ramadhan yang penuh dengan keberkahan, rahmat, dan ampunan dari Allah SWT telah berlalu. Amaliah ritual dan sosial yang penuh dengan megabonus akan kita nantikan setahun lagi. Pasca puasa Ramadhan masuk ke-bulan Syawal, dimana secara bahasa Syawwal berasal dari suku kata syala, ya syulu, syawwal artinya meningkat. Berarti dengan pendidikan (Tarbiyah) yang diberlakukan oleh Allah SWT dan RosulNya di bulan ramadhan akan mengasilkan peningkatan kapasitas dan kualitas ibadah kepada Allah di bulan Syawal ini, baik Ibadah magdho (Sholat, puasa, zakat dan haji) maupun ghairah magdho (Muamalah, Silahturahim, saling berbagi, kepedulian,dermawan,etos kerja, kejujuran, kedisiplinan, amanah, berani berkata benar dsb).
Kita saksikan dibulan ramadhan masjid-masjid penuh dalam pelaksanaan sholat baik wajib maupun sunah tarawih apalagi 10 hari menjelang akhir ramadhon banyaknya program-program itikaf, terasa apapun nasehat dari ustad selalu kurang bahkan hampir kekurangan ustad alias banyaknya jamaah, banyaknya orang membaca Al Qur'an (ngejar target hatam), banyak pula orang tiba2 menjadi darmawan, santun, sabar, pemerhati dan saling berbagi (infak & sadaqah), hampir toko-toko diserbu dengan membeli buku-buku religius, baju koko, sajadah, peci,sarung dan busana muslim wanita (Jilbab). Hampir setiap hari persiapan makanan dan minuman untuk sahur dan buka selalu direncanakan matang bahkan apapun makanan dan minuman yang disajikan pasti habis terjual apalagi disaat lebaran akan lebih special lagi bahkan terkesan berlebihan.
Begitulah keadaan umum yang sudah lazim dilakukan umat akhir zaman, akan tetapi ada hal yang esensial yaitu bagaimana kita melihat pasca ramadhan? Apakah merasa merdeka, merasa gembira, bebas dari belenggu aturan agama, atau kita merasa sedih, takut, prihatin jangan-jangan puasanya tidak diterima dan tidak mendapat ampunan Allah bahkan belum tentu umur kita sampai pada ramadhan tahun depan. Rosulullah bersabda sungguh merugi ramadhan telah berlalu tetapi tidak mendapat ampunan dari Allah SWT (HR Bukhari). Akankah kegiatan-kegitan keagamaan dan muamalah pasca ramadhan akan dapat dipertahankan? Apalagi harus meningkat yang diharapkan dibulan syawal ini. Bukti dari kelulusan dan kesuksesan puasa ramadhan seseorang hanya dapat dilihat dari sikap & prilaku kita selama sebelas bulan yang akan datang.
Bagaimana kiat-kiat untuk mempertahankan atmosfir ramadhan pasca ramadhon sehingga dapat bertahan dan meningkat disebelas bulan yang akan datang adalah konsistensi/istiqamah dibawah ini:
1.Biasakan sholat wajib tepat waktu berjamaah dimasjid bagi laki2, salah satu ciri orang bertakwa adalah yang senantiasa memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, (QS. At-Taubah: 18). dan dirumah bagi perempuan.
2.Upayakan sholat tahajud pilih diantara jam 02.00 s/d subuh (biasakan tidur malam diawal waktu jam 21.00) tambahan dzikir2 dan mengeluh (Curhat), meminta, menangis maupun bahagia/bersyukur dan banyak2 berdoa hanya kepada Allah. Ajak Istri dan anak-anak boleh jadi doa mereka yang dikabulkan.
3.Cari teman, sahabat dan karib yang selalu dekat kepada Allah dan RosulNya. Jauhkan segala sesuatu (kegitan) yang melalaikan kita ingat kepada Allah (jangan coba-coba).
4.Buat jadwal tetap untuk mencari Ilmu agama (majelis ta'lim, membaca, mendengar, berdiskusi, mengkaji dsb) usahakan banyak guru (ustad), berusaha menjalankan ilmu yang didapat, sebarkan dan dakwahkan terutama Istri, anak2 dan kerabat.
5.Perbanyak Ibadah Nawafil (tambahan) seperti Sholat rawatib, sholat dhuha, dzikir-dzikir khusus, pagi dan petang, puasa sunah (Puasa Syawal, puasa Senin-kamis, puasa tgl.13,14,15 bulan qomariyah, puasa Arafah, puasa hari Asyura), biasakan berdoa setiap aktifitas kehidupan ( bangun tidur masuk kamar mandi, memakai baju, makan-minum, naik kendaraan, pergi kerja, aktifitas dari pagi sampai malam mulut harus komat-kamit berdzikir mengingat Allah, jika mengalami kesulitan dan kemudahan, kehinaan dan kemaksyuran yang akhirnya sampai mau tidurpun diharuskan berdoa....kecuali akan bebas berdoa nanti setelah menjadi mayit bahkan harus didoakan).
6.Perbanyak Zakat Infak dan shadaqah kepada yang berhak menerimanya (lihat Qs. At Taubah ayat 60 (bab Zakat) dan Qs. Al Baqarah ayat 215 (bab Infaq/sadaqah)).
7.Jadikan Al Qur'an dan As Sunah (Hadis) sebagai manhajul hayyah (kurikulum kehidupan) atau sebagai guide/petunjuk keselamatan hidup baik didunia maupun diakherat dengan selalu berinteraksi dengan AlQur'an dan As Sunah (Hadis). Jangan menunggu kalau ada yang meninggal (tahlilan) baru baca Al Qur'an itupun hanya surat yasin ech ditambah tidak membaca artinya.
8.Banyak-banyak melakukan kebaikan untuk menutupi keburukan tentunya kebaikan & keburukan menurut aturan Allah dan RosulNya sesuai dengan kemampuannya tentunya hanya lewat belajar.
Tentunya yang tidak melaksanakan dari minimal kedelapan kiat tersebut diatas maka cenderung akan termasuk orang-orang yang rugi didunia maupun diakherat yang disinyalir dari hadis rosulullah saw “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tiada mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali sekedar lapar dan haus”.(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).
Wallahua'lam bish-shawab
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar