Oleh : Bambang Wijonarso
Ciri-ciri manusia yang bermanfaat dimulai dengan bersemangatnya mempelajari Ilmu agama maka bersyukurlah orang yang selalu berada dalam kurikulum kehidupannya dengan dibingkai agama. Dan merugilah orang yang semakin benci, tidak mau tahu, lari menjauh dengan ilmu agama. Hal ini digambarkan dalam hadis Humaid bin Abdur Rahman berkata, "Saya mendengar Mu'awiyah sewaktu ia berkhotbah mengatakan, 'Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa yang dikehendaki Allah dalam kebaikan, maka Allah menjadikannya pandai agama (HR. Muslim).
Manusia yang telah mendapat gelar bermanfaat tentunya ada perjuangan waktu, usaha, harta dan jiwa dalam perjalanan untuk mencapainya diantaranya pertama belajar ilmu agama secara benar menurut Allah dan RosulNya dan istiqomah/konsisten dengan perjuangan harta, jiwa dan waktu dari buaian sampai masuk liang kubur, akan tetapi banyak orang yang secara tidak sadar bahwa belajar ilmu agama hanya urusan para ustad, ulama, khyai maupun da’I. Sungguh pemahaman ini sangatlah salah karena belajar Ilmu agama adalah kewajiban muslim (Fardu Ain) sesuai dengan kemampuannya. Kedua, diharapkan dengan konsistensi belajar ilmu agama akan melahirkan kecintaan Allah kepada hambanya sehingga Allah memberikan kepandaian Ilmu agama dan akhirnya menghasilkan produk kemampuan untuk melaksanakan kebaikan. Ketiga, Manusia harus yakin bahwa kebaikan akan menghabus keburukan dari Abu Dzarr, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada dan iringilah (balaslah) keburukan dengan kebaikan niscaya dia akan menghapusnya serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.at-Turmudzy, yang berkomentar: Hadîts Hasan Shahîh). Keempat, pahala kebaikan akan didapat berlipat ganda (Multi level pahala) yaitu dengan hadisnnya dari Abu Hurairah ra menerangkan bahwa Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengajak kepada yang hak/kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun (HR Muslim). Kelima, orang yang bermanfaat adalah dapat membuka pintu-pintu kebaikan dan menutup pintu-pintu keburukan yaitu dengan hadisnya “Sesungguhnya di antara manusia ada orang-orang yang keberadaan mereka sebagai pembuka (pintu) kebaikan dan penutup (pintu) kejelekan” (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dalam kitab “Sunan” (jilid 1, hal. 86) `dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman” (jilid 1, hal. 455) dan Imam-imam lainnya,
Akibat orang yang bermanfaat maka seperti air hujan yang tuarun kebumi dari gunung menuju laut dimana selama perjalanannya dapat memberikan manfaat untuk daerah yang dilaluinya baik untuk tanah/bumi, tanaman, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Pertanyaan buat kita sudahkah kita bermanfaat selama hidupnya jika kita sebagai suami sudah bermanfaatkah untuk istri dan anak-anaknya? dan sebaliknya, jika sebagai anak sudah bermanfaatkah untuk kedua orang tua kita, jika kita sebagai penduduk sudah mermanfaatkah kita kepada masyarakat sekitarnya, jikalau kita sebagai buruh/karyawan sudah bermanfaatkah kita untuk perusahaan dan sebaliknya, dan jikalau kita sebagai rakyat sudah bermanfaatkah untuk Negara…….dan yang tidak kalah pentingnya kalau kita sebagai orang muslim/agama Islam sudah bermanfaatkah untuk umat manusia (baik non muslim dan muslim), tanaman, binatang dan bumi??????
Untuk memantapkan dan meraih manusia yang bermanfaat selain upaya yang keras juga diperlukan do’a kepada Allah agar dimantapkan dan diberi kekuatan untuk melakukan banyak kebaikan yang dilahirkan dari pemahaman ilmu agama yang dimilikinya dengan doanya sebagai berikut dari Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah membaca doa: "(artinya = Ya Allah, manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku, dan limpahkanlah rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku)." Riwayat Nasai dan Hakim.
Wallahu a’lam bish-shawab
Renungah HAti
Bambang Wijonarso
Ciri-ciri manusia yang bermanfaat dimulai dengan bersemangatnya mempelajari Ilmu agama maka bersyukurlah orang yang selalu berada dalam kurikulum kehidupannya dengan dibingkai agama. Dan merugilah orang yang semakin benci, tidak mau tahu, lari menjauh dengan ilmu agama. Hal ini digambarkan dalam hadis Humaid bin Abdur Rahman berkata, "Saya mendengar Mu'awiyah sewaktu ia berkhotbah mengatakan, 'Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa yang dikehendaki Allah dalam kebaikan, maka Allah menjadikannya pandai agama (HR. Muslim).
Manusia yang telah mendapat gelar bermanfaat tentunya ada perjuangan waktu, usaha, harta dan jiwa dalam perjalanan untuk mencapainya diantaranya pertama belajar ilmu agama secara benar menurut Allah dan RosulNya dan istiqomah/konsisten dengan perjuangan harta, jiwa dan waktu dari buaian sampai masuk liang kubur, akan tetapi banyak orang yang secara tidak sadar bahwa belajar ilmu agama hanya urusan para ustad, ulama, khyai maupun da’I. Sungguh pemahaman ini sangatlah salah karena belajar Ilmu agama adalah kewajiban muslim (Fardu Ain) sesuai dengan kemampuannya. Kedua, diharapkan dengan konsistensi belajar ilmu agama akan melahirkan kecintaan Allah kepada hambanya sehingga Allah memberikan kepandaian Ilmu agama dan akhirnya menghasilkan produk kemampuan untuk melaksanakan kebaikan. Ketiga, Manusia harus yakin bahwa kebaikan akan menghabus keburukan dari Abu Dzarr, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada dan iringilah (balaslah) keburukan dengan kebaikan niscaya dia akan menghapusnya serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.at-Turmudzy, yang berkomentar: Hadîts Hasan Shahîh). Keempat, pahala kebaikan akan didapat berlipat ganda (Multi level pahala) yaitu dengan hadisnnya dari Abu Hurairah ra menerangkan bahwa Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengajak kepada yang hak/kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun (HR Muslim). Kelima, orang yang bermanfaat adalah dapat membuka pintu-pintu kebaikan dan menutup pintu-pintu keburukan yaitu dengan hadisnya “Sesungguhnya di antara manusia ada orang-orang yang keberadaan mereka sebagai pembuka (pintu) kebaikan dan penutup (pintu) kejelekan” (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dalam kitab “Sunan” (jilid 1, hal. 86) `dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman” (jilid 1, hal. 455) dan Imam-imam lainnya,
Akibat orang yang bermanfaat maka seperti air hujan yang tuarun kebumi dari gunung menuju laut dimana selama perjalanannya dapat memberikan manfaat untuk daerah yang dilaluinya baik untuk tanah/bumi, tanaman, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Pertanyaan buat kita sudahkah kita bermanfaat selama hidupnya jika kita sebagai suami sudah bermanfaatkah untuk istri dan anak-anaknya? dan sebaliknya, jika sebagai anak sudah bermanfaatkah untuk kedua orang tua kita, jika kita sebagai penduduk sudah mermanfaatkah kita kepada masyarakat sekitarnya, jikalau kita sebagai buruh/karyawan sudah bermanfaatkah kita untuk perusahaan dan sebaliknya, dan jikalau kita sebagai rakyat sudah bermanfaatkah untuk Negara…….dan yang tidak kalah pentingnya kalau kita sebagai orang muslim/agama Islam sudah bermanfaatkah untuk umat manusia (baik non muslim dan muslim), tanaman, binatang dan bumi??????
Untuk memantapkan dan meraih manusia yang bermanfaat selain upaya yang keras juga diperlukan do’a kepada Allah agar dimantapkan dan diberi kekuatan untuk melakukan banyak kebaikan yang dilahirkan dari pemahaman ilmu agama yang dimilikinya dengan doanya sebagai berikut dari Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah membaca doa: "(artinya = Ya Allah, manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku, dan limpahkanlah rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku)." Riwayat Nasai dan Hakim.
Wallahu a’lam bish-shawab
Renungah HAti
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar