Oleh : H.Bambang Wijonarso
Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar- benarnya takwa kepadaNya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Qs.Ali Imran. 102).
Secara bahasa Takwa adalah ”Taqi” atau ”Ihdzar” yaitu kehati-hatian, sedangkan secara istilah adalah sikap perbuatan seorang hamba dengan mentaati segala perintah dan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah. Untuk mengetahui perintah dan larangan maka diharuskan menuntut ilmu yang tentunya dengan belajar. Hal ini selaras dengan hadis Rosulullah SAW Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu agama hanya dengan belajar.” (HR. Bukhari).
Tiket hidup manusia didunia adalah meraih “Takwa” sehingga dapat menyelamatkan manusia baik didunia maupun dinegeri akherat kelak. Menurut Umar bin khatab ra, ”Takwa” dibaratkan kita berjalan dari suatu tempat ketempat lain yang dipenuhi dengan ranjau (segala sesuatu yang berbahaya), dimana agar selamat sampai tujuan maka harus berhati-hati dalam setiap langkahnya. Artinya setiap langkah hidup seorang muslim selalu dibingkai dengan aturan Allah dan RosulNya bukan menurut akal dan hawa nafsunya semata.
Tidak ada manusia dimuka bumi ini yang tidak punya masalah/urusan yang pelik/sulit misal problema ekonomi, pekerjaan, hidup rumah tangga (istri/suami/anak/kerabat/tetangga yang bermasalah), sulitnya taat kepada Allah, tidak punya jodoh, pendapatan yang pas-pasan, hidup penuh hutang, pimpinan atau bawahan yang bermasalah, perusahaan yang kembang kempis dan masih banyak lagi segudang masalah bagi manusia. Tapi Allah menjamin segudang masalah akan diselesaikan hanya dengan meraih ”Takwa” dengan firmannya :
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(Qs.Ath tahlaaq [65]:2-3).
Akan tetapi dalam perjalanan hidup meraih takwa tidak mudah penuh perjuangan dan pengorbanan dengan waktu, harta dan jiwa sekalipun. Sehingga disini jelas bahwa tidak ada perintah Allah dan rosulnya untuk menjadi kaya, miskin, ustad, kyai atau ulama yang ada adalah perintah bertakwa, hal ini telah ditegaskan Allah dengan firmanNya “Maka bertakwalah kamu sekalian kepada Allah menurut kesanggupanmu” (Qs. At thaghabun [64] : 16). Minimal menjadi ustad/kyai/ulama untuk dirinya sendiri beserta Istri dan anak-anaknya.
Begitu pula dengan kelemahan yang dimiliki manusia kadang berlaku taat/baik kadang berlaku menyimpang/buruk maka resepnya bersegera taubat dan bayak melakukan perbuatan baik/taat. Serta takwa ini dapat diperoleh di masjid, dipasar, dikantor, diperjalanan, saat berjual beli dan dimana saja dimana hal ini telah disabdakan Rosulullah saw ”Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya menghapusnya. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang luhur. (HR. Tirmidzi).
Wallahu a’lam bish-shawab.
Renungan Hati
H.Bambang Wijonarso
Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar- benarnya takwa kepadaNya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Qs.Ali Imran. 102).
Secara bahasa Takwa adalah ”Taqi” atau ”Ihdzar” yaitu kehati-hatian, sedangkan secara istilah adalah sikap perbuatan seorang hamba dengan mentaati segala perintah dan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah. Untuk mengetahui perintah dan larangan maka diharuskan menuntut ilmu yang tentunya dengan belajar. Hal ini selaras dengan hadis Rosulullah SAW Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu agama hanya dengan belajar.” (HR. Bukhari).
Tiket hidup manusia didunia adalah meraih “Takwa” sehingga dapat menyelamatkan manusia baik didunia maupun dinegeri akherat kelak. Menurut Umar bin khatab ra, ”Takwa” dibaratkan kita berjalan dari suatu tempat ketempat lain yang dipenuhi dengan ranjau (segala sesuatu yang berbahaya), dimana agar selamat sampai tujuan maka harus berhati-hati dalam setiap langkahnya. Artinya setiap langkah hidup seorang muslim selalu dibingkai dengan aturan Allah dan RosulNya bukan menurut akal dan hawa nafsunya semata.
Tidak ada manusia dimuka bumi ini yang tidak punya masalah/urusan yang pelik/sulit misal problema ekonomi, pekerjaan, hidup rumah tangga (istri/suami/anak/kerabat/tetangga yang bermasalah), sulitnya taat kepada Allah, tidak punya jodoh, pendapatan yang pas-pasan, hidup penuh hutang, pimpinan atau bawahan yang bermasalah, perusahaan yang kembang kempis dan masih banyak lagi segudang masalah bagi manusia. Tapi Allah menjamin segudang masalah akan diselesaikan hanya dengan meraih ”Takwa” dengan firmannya :
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(Qs.Ath tahlaaq [65]:2-3).
Akan tetapi dalam perjalanan hidup meraih takwa tidak mudah penuh perjuangan dan pengorbanan dengan waktu, harta dan jiwa sekalipun. Sehingga disini jelas bahwa tidak ada perintah Allah dan rosulnya untuk menjadi kaya, miskin, ustad, kyai atau ulama yang ada adalah perintah bertakwa, hal ini telah ditegaskan Allah dengan firmanNya “Maka bertakwalah kamu sekalian kepada Allah menurut kesanggupanmu” (Qs. At thaghabun [64] : 16). Minimal menjadi ustad/kyai/ulama untuk dirinya sendiri beserta Istri dan anak-anaknya.
Begitu pula dengan kelemahan yang dimiliki manusia kadang berlaku taat/baik kadang berlaku menyimpang/buruk maka resepnya bersegera taubat dan bayak melakukan perbuatan baik/taat. Serta takwa ini dapat diperoleh di masjid, dipasar, dikantor, diperjalanan, saat berjual beli dan dimana saja dimana hal ini telah disabdakan Rosulullah saw ”Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya menghapusnya. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang luhur. (HR. Tirmidzi).
Wallahu a’lam bish-shawab.
Renungan Hati
H.Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar