Oleh : H.Bambang Wijonarso
Dalam mengarungi sebuah kehidupan tentunya manusia akan selalu berhadapan dengan hal yang namanya kebaikan dan keburukan. Agar faktor dominan sebuah kebaikan lebih kuat maka manusia harus mengupayakan semaksimal mungkin untuk memperkecil keburukan-keburukan yang akan muncul. Untuk tercapainya hal tersebut tentunya perlu mengetahui sifat-sifat buruk pada diri manusia menurut pandangan Islam. Sedangkan potensi dari dominannya sebuah kebaikkan akan melahirkan kemanfaatan maksimal baik untuk diri, keluarga dan orang lain serta sangat memberi kontribusi baik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (bermuamalah). Minimal ada lima sifat-sifat buruk manusia yang sudah diingatkan oleh Allah dan RosulNya sebagai pegangan hidup (Al Qu’an & Hadis) agar manusia selamat hidup didunia maupun diakherat kelak antara lain :
Pertama, “Suka membantah” kepada Allah dan RosulNya.Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Qs. Al Kahfi [18] : 54).
Dengan kesibukan manusia mengelola alam semesta dalam mencari rejeki dimuka bumi ini, banyak manusia beralasan “Sibuk” jika dihadapkan dengan seluruh perintah Agama. sebagai contoh sholat diawal waktu berjamaah dimasjid (bagi laki-laki) hampir seluruh fenomena dimasyarakat sangatlah mengabaikan perintah agama yang satu ini (kelompok yang membantah), padahal menurut Hadis rosul riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seandainya manusia tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam azan dan barisan pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, pasti mereka akan mengundinya. Seandainya mereka tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam bersegera (datang sedini mungkin) melakukan salat, pasti mereka berlomba-lomba melakukannya. Seandainya mereka tahu apa yang terdapat dalam salat Isyak dan salat Subuh, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak. (Shahih Muslim No.661).
Begitu pula saat manusia berhadapan dengan aturan Zakat, Infaq dan sadaqah boleh jadi manusia menganngap ringan dengan alasan “khan kita masih banyak utangnya dan utang adalah wajib” siapapun profesi seseorang baik kaya maupun miskin asalkan mau memberi sesamanya maka dia dari sisi kebaikan adalah orang kaya, karena prisip orang kaya menurut pandangan islam adalah suka memberi bukan menerima/meminta/menuntut, Bagaimana kalau tidak pernah memberi tentunya tidak pernah melatih menjadi kaya. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda di atas mimbar sewaktu beliau menyebutkan masalah sedekah, menjaga diri dari meminta-minta, dan masalah meminta-minta, "Tangan yang di atas itu lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi infak, sedang tangan yang di bawah adalah tangan yang meminta."
Kedua. “Kufur Nikmat”.Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.(Qs. Al Al Israa' [17] : 67).Manusia dalam memandang Nikmat selalu merasa kurang dan sangat sulit sekali untuk bersyukur, barangsiapa yang tidak pandai bersyukur dengan hal yang kecil maka sudah barang tentu sangatlah sulit bersyukur dengan hal yang besar. Manusia cenderung selalu melihat keatas dan hidup dengan pola konsumtif (ladang yang baik untuk godaan syaitan), ditambah lagi dengan nafsupun dominan melakukan keburukan. Bahkan Allah akan mengancamnya bagi orang-orang yang tidak bersyukur dengan firmanNya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Qs. Ibrahim [14] : 7).
Ketiga, “Ubuddunniya”. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan (Qs Yunus [10]:7-8).
Cinta dunia dengan perasaan tentram terhadapnya hingga melupakan negeri akherat, bagi mereka hanya melampiaskan syahwat dan mencari kenikmatan dengan pola hidup konsumtif , egoisme dan meterialistis dan sangat sulit melahirkan idealisme kebenaran menurut Allah dan RosulNya yang sarat akan keilmuan, iman dan amal sholeh bukan akal pikirannya sendiri, jauh dari kepeduliannya terhadap agama (Agama sering kali menghambat kemajuan duniawinya).
Dampak dari orang yang “Cinta dunia” adalah dalam melaksanakan aktifitas hidupnya baik pemikiran dan pelaksanaannya pertama selalu “menghalalkan segala cara” tidak peduli halal, haram dan subhat (mereka berprinsip yang halal saja susah apalagi yang haram), kedua melahirkan sifat “kebahilan” (kikir/pelit/itungan) dirinya kepada Allah apalagi kepada manusia akan terjadi. Sehingga Rosulullah mengingatkan kepada manusia dengan sabdaNya diriwayatkan Abu Musa al-Asy’airi r.a bahwa rosulullah bersabda :”Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya ia akan membayakan akheratnya. Barangsiapa mencintai akheratnya, niscaya ia akan membahayakan dunianya. Maka utamakanlah yang kekal daripada apa yang binasa.
Keempat, “Tergesa-gesa” , Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa (Qs. Al Israa [17]:11). Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. (Qs. Al Anbiyaa'[21]:37).Manusia dalam melaksanakan kewajibannya sebagai khalifah dimuka bumi ini harus mempunyai orientasi jangka pendek dan jangka panjang dan tentunya dalam prosesnya harus dilakukan dengan penuh kesabaran baik dalam mencari ilmu dunia maupun akherat jangan tergesa-gesa. Akan tetapi karena tabiat manusia selalu tergesa-gesa maka boleh jadi dalam prosesnya sering ditemukan hal-hal yang menyimpang missal kasus yang baru-baru ini heboh dimasyarakat dengan munculnya dukun cilik Ponari. Adalah orang yang tidak sabar atas penyakit yang Allah tetapkan sehingga mengambil jalan pintas (Boleh jadi pengobatan alternative). Dari Sahal Ibnu Sa'ad Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan setan." Riwayat Tirmidzi.
Kelima, “Keluh kesah”. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah (Al Ma´aarij [70]:19). Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (Al Ma´aarij [70]:20). Demikian yang Allah pesankan kepada manusia agar lebih mudah dalam mengantisipai dan sekaligus memperbaiki diri dengan upaya yang maksimal, yang insyaAllah dengan upaya proses memperbaiki diri untuk selalu berbuat baik itulah yang akan dinilai oleh Allah SWT.
Sehingga Islam adalah agama proses oriented bukan result oriented artinya boleh jadi orang yang bergelimang keburukan akan tetapi selalu berupaya untuk menjadi baik insyaAllah akan diturunkan hidayah kemampuan untuk menutup seluruh keburukan, tentunya sebaliknya orang yang merasa sudah banyak melakukan kebaikan akan tetapi karena salah Niat dan motifasinya hanya untuk mengejar duniawi (popularitas, uang dan jabatan) maka Allah tuntut kelak diakherat.
Wallahu a’lam bish-shawab
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
Dalam mengarungi sebuah kehidupan tentunya manusia akan selalu berhadapan dengan hal yang namanya kebaikan dan keburukan. Agar faktor dominan sebuah kebaikan lebih kuat maka manusia harus mengupayakan semaksimal mungkin untuk memperkecil keburukan-keburukan yang akan muncul. Untuk tercapainya hal tersebut tentunya perlu mengetahui sifat-sifat buruk pada diri manusia menurut pandangan Islam. Sedangkan potensi dari dominannya sebuah kebaikkan akan melahirkan kemanfaatan maksimal baik untuk diri, keluarga dan orang lain serta sangat memberi kontribusi baik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (bermuamalah). Minimal ada lima sifat-sifat buruk manusia yang sudah diingatkan oleh Allah dan RosulNya sebagai pegangan hidup (Al Qu’an & Hadis) agar manusia selamat hidup didunia maupun diakherat kelak antara lain :
Pertama, “Suka membantah” kepada Allah dan RosulNya.Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Qs. Al Kahfi [18] : 54).
Dengan kesibukan manusia mengelola alam semesta dalam mencari rejeki dimuka bumi ini, banyak manusia beralasan “Sibuk” jika dihadapkan dengan seluruh perintah Agama. sebagai contoh sholat diawal waktu berjamaah dimasjid (bagi laki-laki) hampir seluruh fenomena dimasyarakat sangatlah mengabaikan perintah agama yang satu ini (kelompok yang membantah), padahal menurut Hadis rosul riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seandainya manusia tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam azan dan barisan pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, pasti mereka akan mengundinya. Seandainya mereka tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam bersegera (datang sedini mungkin) melakukan salat, pasti mereka berlomba-lomba melakukannya. Seandainya mereka tahu apa yang terdapat dalam salat Isyak dan salat Subuh, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak. (Shahih Muslim No.661).
Begitu pula saat manusia berhadapan dengan aturan Zakat, Infaq dan sadaqah boleh jadi manusia menganngap ringan dengan alasan “khan kita masih banyak utangnya dan utang adalah wajib” siapapun profesi seseorang baik kaya maupun miskin asalkan mau memberi sesamanya maka dia dari sisi kebaikan adalah orang kaya, karena prisip orang kaya menurut pandangan islam adalah suka memberi bukan menerima/meminta/menuntut, Bagaimana kalau tidak pernah memberi tentunya tidak pernah melatih menjadi kaya. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda di atas mimbar sewaktu beliau menyebutkan masalah sedekah, menjaga diri dari meminta-minta, dan masalah meminta-minta, "Tangan yang di atas itu lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi infak, sedang tangan yang di bawah adalah tangan yang meminta."
Kedua. “Kufur Nikmat”.Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.(Qs. Al Al Israa' [17] : 67).Manusia dalam memandang Nikmat selalu merasa kurang dan sangat sulit sekali untuk bersyukur, barangsiapa yang tidak pandai bersyukur dengan hal yang kecil maka sudah barang tentu sangatlah sulit bersyukur dengan hal yang besar. Manusia cenderung selalu melihat keatas dan hidup dengan pola konsumtif (ladang yang baik untuk godaan syaitan), ditambah lagi dengan nafsupun dominan melakukan keburukan. Bahkan Allah akan mengancamnya bagi orang-orang yang tidak bersyukur dengan firmanNya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Qs. Ibrahim [14] : 7).
Ketiga, “Ubuddunniya”. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan (Qs Yunus [10]:7-8).
Cinta dunia dengan perasaan tentram terhadapnya hingga melupakan negeri akherat, bagi mereka hanya melampiaskan syahwat dan mencari kenikmatan dengan pola hidup konsumtif , egoisme dan meterialistis dan sangat sulit melahirkan idealisme kebenaran menurut Allah dan RosulNya yang sarat akan keilmuan, iman dan amal sholeh bukan akal pikirannya sendiri, jauh dari kepeduliannya terhadap agama (Agama sering kali menghambat kemajuan duniawinya).
Dampak dari orang yang “Cinta dunia” adalah dalam melaksanakan aktifitas hidupnya baik pemikiran dan pelaksanaannya pertama selalu “menghalalkan segala cara” tidak peduli halal, haram dan subhat (mereka berprinsip yang halal saja susah apalagi yang haram), kedua melahirkan sifat “kebahilan” (kikir/pelit/itungan) dirinya kepada Allah apalagi kepada manusia akan terjadi. Sehingga Rosulullah mengingatkan kepada manusia dengan sabdaNya diriwayatkan Abu Musa al-Asy’airi r.a bahwa rosulullah bersabda :”Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya ia akan membayakan akheratnya. Barangsiapa mencintai akheratnya, niscaya ia akan membahayakan dunianya. Maka utamakanlah yang kekal daripada apa yang binasa.
Keempat, “Tergesa-gesa” , Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa (Qs. Al Israa [17]:11). Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. (Qs. Al Anbiyaa'[21]:37).Manusia dalam melaksanakan kewajibannya sebagai khalifah dimuka bumi ini harus mempunyai orientasi jangka pendek dan jangka panjang dan tentunya dalam prosesnya harus dilakukan dengan penuh kesabaran baik dalam mencari ilmu dunia maupun akherat jangan tergesa-gesa. Akan tetapi karena tabiat manusia selalu tergesa-gesa maka boleh jadi dalam prosesnya sering ditemukan hal-hal yang menyimpang missal kasus yang baru-baru ini heboh dimasyarakat dengan munculnya dukun cilik Ponari. Adalah orang yang tidak sabar atas penyakit yang Allah tetapkan sehingga mengambil jalan pintas (Boleh jadi pengobatan alternative). Dari Sahal Ibnu Sa'ad Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan setan." Riwayat Tirmidzi.
Kelima, “Keluh kesah”. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah (Al Ma´aarij [70]:19). Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (Al Ma´aarij [70]:20). Demikian yang Allah pesankan kepada manusia agar lebih mudah dalam mengantisipai dan sekaligus memperbaiki diri dengan upaya yang maksimal, yang insyaAllah dengan upaya proses memperbaiki diri untuk selalu berbuat baik itulah yang akan dinilai oleh Allah SWT.
Sehingga Islam adalah agama proses oriented bukan result oriented artinya boleh jadi orang yang bergelimang keburukan akan tetapi selalu berupaya untuk menjadi baik insyaAllah akan diturunkan hidayah kemampuan untuk menutup seluruh keburukan, tentunya sebaliknya orang yang merasa sudah banyak melakukan kebaikan akan tetapi karena salah Niat dan motifasinya hanya untuk mengejar duniawi (popularitas, uang dan jabatan) maka Allah tuntut kelak diakherat.
Wallahu a’lam bish-shawab
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar