Sabtu, 16 April 2011

Ikhlas.

By : H.Abu Alby Bambang Wijonarso
email : bambang@kiaceramics.com

Ikhlas menurut arti bahasa: membersihkan atau memurnikan sesuatu dari kotoran. Sedangkan menurut istilah syar’i (Agama), ikhlas adalah membersihkan dan memurnikan ibadah dari segala jenis kotoran syirik.

Setelah diketahui pengertian ikhlas menurut pengertian syar’i, dapat diambil kesimpulan bahwa orang dikatakan ikhlas dalam beribadah apabila ia bertauhid dan meninggalkan segala jenis syirik.
Perlu diketahui, bahwa seseorang itu dikatakan bertauhid apabila meyakini dengan mantap tiga jenis tauhid dan meninggalkan dua jenis syirik. Lalu apa saja tiga jenis tauhid yang harus diyakini?

Tauhid yang pertama: Tauhid Rububiyyah, maksudnya kita harus yakin bahwa yang mencipta, yang memberi rezeki dan yang mengatur alam semesta hanya Allah Ta’ala tidak ada sekutu bagi-Nya.

Tauhid yang kedua: Tauhid Uluhiyyah, maksudnya yakin bahwa yang berhak disembah dan diberikan segala bentuk peribadatan hanyalah Allah Ta’ala tidak ada sekutu bagi-Nya.

Tauhid yang ketiga: Tauhid Asma’ wa Sifat, maksudnya kita harus yakin bahwa Allah Ta’ala memiliki Nama dan Sifat yang Mulia dan tidak sama dengan makhluk-Nya. Kita harus meyakini seluruh Nama dan Sifat Allah yang ada di dalam Alquran dan Assunnah .

Setelah meyakini ketiga jenis tauhid ini, maka wajib meninggalkan dua jenis syirik yang menjadi musuh bagi orang-orang yang bertauhid.
Syirik yang pertama disebut Syirik Akbar, yaitu syirik yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Syirik jenis ini amat banyak jumlah dan macamnya, di antaranya adalah: meyakini ada yang mencipta dan yang mengatur alam ini selain Allah Ta’ala, meminta rejeki atau jodoh kepada orang yang telah mati atau kepada jin, menolak sebagian atau seluruh Nama dan Sifat Allah Ta’ala dan masih banyak bentuk lainnya.

Syirik yang kedua disebut Syirik Asyghar, yaitu syirik kecil yang tidak menyebabkan pelakunya dikeluarkan dari Islam. Namun dosanya lebih besar daripada dosa zina, dosa mencuri atau kemaksiatan lainnya. Di antara amalan yang termasuk jenis syirik ini adalah riya’ (ingin dilihat oleh orang ketika beribadah), sum’ah (ingin didengar ibadahnya oleh orang lain), bersumpah dengan nama selain Allah, memakai jimat dengan keyakinan bahwa kekuatannya bersumber dari Allah. Untuk yang satu ini bila diyakini bahwa sumber kekuatan itu dari jimatnya, maka sudah termasuk Syirik Akbar. Dan masih banyak lagi macamnya.

Siapa saja yang telah meyakini tiga jenis tauhid dan meninggalkan dua jenis syirik ini, maka dia telah ikhlas dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Inilah prinsip utama dari pada sebuah keikhlasan. Adapun dalil “IKHLAS di dalam Alquran Surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya: “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan cara ikhlas dalam melaksanakan agama-Nya dan Hanif (meninggalkan segala jenis syirik)

Apapun yang manusia lakukan dimuka bumi ini baik dengan hati, pikiran, lisan dan di implementasikan oleh anggota tubuh maka itulah yang dinamakan “IBADAH”. Termasuk bekerja tentang urusan dunia sekalipun.

Mudah-mudahan pemahaman tentang “IKHLAS” tidak diartikan yang berkembang dimasyarakat hanya sebatas menerima apa yang telah terjadi untuk dirinya tapi merupakan konsekuen yang sangat luas. Artinya dia menerima semua ketetapan yang telah Allah tetapkan setelah melalui seluruh rangkaian proses tersebut diatas, TAAT dengan apa yg telah Allah perintahkan dan sama sekali berusaha untuk tidak melanggarnya.
Bayangkan mudah sekali orang mengatakan sudah ikhlasin aja, ini semua sudah terjadi, tapi dia sendiri banyak melakukan pelanggaran-pelanggran dari ketentuan yg telah ditetapkam oleh Allah.

Dahulu para sahabat rosulullah saw sangat takut dengan sesuatu yg dikatakan “IKHLAS” mereka tersungkur menangis sudahkan saya termasuk orang2 yg ikhlas?? padahal mereka2 itu keilmuannya dan amalannya sudah dicap ahli surga. Pertanyaan bagaimanakah dengan kita selalu mudah mengatakan ikhlas tanpa kunsekuensi apapun dan tanpa ilmu ….nauudzubillah min dzalik.
Jadi kesimpulan keihlasan adalah seberapa jauh tauhid kita kepada Allah, itulah barometer atau perkataan dari kata kata “IKHLAS”.
SEMOGA BERMANFAAT

Wallahu a’lam bish-shawab.
Renungan HAti
Abu Alby Bambang wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar