Sabtu, 02 April 2011

Takdir-2

Oleh : H. Bambang Wijonarso

Konsep takdir, selalu menjadi perdebatan dan pertanyaan banyak orang.Menurut Syaikh Muhammad Shalih al `Utsaimin Takdir merupakan bagian dari pada Tauhid Ar-rububiah yaitu mengesakan Allah Ta’ala dalam perbuatanNya , yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini. Takdir juga merupakan bagian daripada Iman terhadap Qadla dan Qadar, dimana kata Takdir ini merupakan kata yang berasal dari Qadar. Karenanya, pemahaman tentang takdir ini sangat penting bagi seorang muslim. Sebab, pemahaman akan takdir ini akan menentukan arah dan sikap seorang muslim terhadap berbagai hal yang terjadi selama hidupnya.

Pendapat imam Ahmad rahimahullah berkata : “Qadar/takdir termasuk qudrat dan kekuasaan Allah ta'ala yang menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahasia Allah Ta’ala yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.

Menurut Syaikh Muhammad Shalih al `Utsaimin Mengenai takdir ini, terdapat 3 golongan yang memahaminya secara berbeda. Golongan pertama, yang berpendapat bahwa manusia itu tidak bebas sama sekali, apa yang kita lakukan (Kemampuan dan kehendak manusia), sudah ditentukan oleh ALLAH. Golongan yang kedua, berpendapat bahwa kita sangat bebas, apa pun yang kita lakukan (kemampuan dan kehendak manusia), tidak ada campur tangan Tuhan sama sekali. Dan golongan terakhir yang berpendapat bahwa apa pun yang kita lakukan (kemampuan dan kehendak manusia) semuanya ada dalam aturan-aturan Allah, ada campur tangan Allah, tapi kita pun memiliki pilihan untuk melakukan sesuatu. Pendapat terakhir inilah yang benar dan harus dimiliki seorang muslim.
Sebelum kita bahas coba kita renungkan secara logika berfikir dimana manusia bisa membedakan antara perbuatan yang terjadi kerena kehendaknya sendiri dan yang terjadi karena terpaksa. Sebagai contoh, orang yang dengan sadar turun dari atas rumah melalui tangga, ia tahu kalau perbuatannya atas dasar pilihan dan kehendaknya sendiri. Lain halnya kalau ia terjatuh dari atas rumah, ia tahu bahwa hal tersebut bukan karena kemauannya. Dia dapat membedakan antara kadua perbuatan ini. yang pertama atas dasar kumauannya dan yang kedua tanpa kemauannya. Dan siapapun mengetahui perbedaan ini. Dari logika berfikir saja baik pendapat pertama maupun pendapat yang kedua sudah dapat terbantahkan.
Bantahan pendapat pertama menurut dalil-dalil, perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk yang mempunyai kehendak. Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauan pelakunya; karena Allah Ta’ala menjadikannya untuk mereka. Sebagaimana firman-firman Allah Ta’ala :
لمن شاء منكم أن يستقيم Artinya : “Bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus”. (At Takwir: 28).
منكم من يريد الدنيا ومنكم من يريد الآخرة Artinya : “Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat”.( Ali Imran : 152).
فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر Artinya : “ Maka barang siapa yang ingin ( beriman ) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin ( kafir ) biarlah ia kafir “( Al Kahfi: 29).
Bantahan pendapat kedua, dimana perbuatan yang dilakukan oleh Allah Ta’ala terhadap makhlukNya. Dalam hal ini tak ada kekuasaan dan pilihan bagi siapapun. Seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sakit, sehat dan banyak contoh lainnya yang dapat disaksikan pada makhluk Allah Ta’ala. Hal seperi ini, tentu saja tak ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun kecuali bagi Allah Ta’ala yang maha Esa dan Kuasa. Dalil-dalil lainnya adalah:
لمن شاء منكم أن يستقيم, وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين Artinya : “ ( yaitu ) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki ( menempuh jalan itu) kecuali apabila di kehendaki oleh Allah, Tuhan semesta Alam “.(At Takwir : 28- 29)

والله يدعو إلى دار السلام ويهدي من يشاء إلى صراط مستقيم Artinya: “ Allah menyeru ( manusia ) ke Darussalam ( surga ), dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus (Islam)” (Yunus: 25).

Sekarang kalau semuanya kembali kepada kehendak Allah dan segalanya berada di Tangan Allah, lalu apakah jalan dan upaya yang akan ditempuh seseorang apa bila dia telah di takdirkan Allah tersesat dan tidak dapat petunjuk ?

Jawabnya : bahwa Allah Ta’ala menunjuki orang-orang yang patut mendapat petunjuk dan menyesatkan orang-orang yang patut menjadi sesat. Firman Allah :فلما زاغوا أزاغ الله قلوبهم والله لا يهدي القوم الفسقين Artinya: “ Maka tatkala mereka berpaling ( dari kebenaran ) Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.( Ash Shaf : 5)

Demikianlah semoga ada manfaatnya.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Renungan Hati. Bambang W.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar