By : H. Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al Mujaadilah [58] : 11). Dari ayat ini jelaslah dimana keimanan saja tidak cukup untuk mengangkat derajat seseorang dihadapan Allah akan tetapi sangat dibutuhkan pemahaman tentang “Ilmu”. Melihat hal ini tentunya manusia seharusnya berlomba-lomba menggapai sebuah”Ilmu” dengan jalan membaca dan memahami yang merupakan kewajiban sedangkan disaat pelaksanaan keilmuan berupa amal sholeh dapat dikatakan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Adapun Filosofi Islam dalam Ilmu ada empat hal yang dapat dicapai manusia yaitu menyampaikan Ilmu, belajar ilmu, mendengarkan ilmu dan mencintai ilmu kemudian yang bahaya adalah tidak keempat-empatnya alias manusia tersesat. Pertama, kelompok manusia yang “Menyampaikan Ilmu” ini merupakan derajat manusia yang paling tinggi, dimana keumuman orang semacam ini selalu belajar dan mengajarkan. Manusia kelompok ini seperti para sahabat Nabi, para Imam (Khulafaur roshidin), Ulama, Ustad, dan khyai. Kelompok manusia seperti ini secara empiris dan histori telah banyak memberikan solusi seluruh permasalahan dimasyarakat dengan menyampaikan yang hak dan yang bathil sehingga dapat meningkatkan peradaban manusia ynag lebih baik. Sangatlah disayangkan banyak menusia sudah sangat jauh pemahaman semacam ini bahkan kelompok manusia ini hanya dipandang dan dibutuhkan saat ada kematian, bulan ramadhon, perkawinan, haji serta hokum waris. Hal ini 1430 tahun yang lalu telah digariskan dengan sabdanya Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan. (Shahih Muslim No.4828).
Kedua, kelompok manusia yang selalu “belajar ilmu” biasanya kelompok manusia kesatu dan kedua sangat sinergi (Rosulullah bersabda sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkannya). Belajar ilmu harus dilakukan terus menerus (konsisten dan komitmen) tidak ada istilah pensiun atau cuti melainkan sejak buaian sampai kematian menjemput kita atau akal sudah tidak bergfungsi lagi (pikun/ gila).
Karena dengan belajar ilmu akan melahirkan rasa takut kepada Allah hal ini difirmankan : ”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [yang berilmu atau Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Qs. Faathir [35] : 28). Begitu pula telah rosul tetapkan orang selalu konsisten belajar ilmu maka Allah akan mempermudah jalan menuju surga yaitu dengan hadisnya : dari Abu Hurairah berkata bahwa Rosulullah bersabda “barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan itu ke surga” (hadis riwayat Muslim).
Ketiga, kelompok manusia yang selalu “mendengarkan ilmu” kelompok ini sangat dominan berada dikalangan masyarakat muslim yang baru masuk taraf perpindahan dari tidak tahu menjadi selalu ingin tahu. Boleh jadi ada sebagian yang berkembang meningkat derajatnya masuk kekelompok dua dan satu dengan berputarnya waktu dan upaya maksimal akan tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Keempat, kelompok manusia yang selalu “mencintai Ilmu” kolompok ini jumlahnya sangatlah banyak pula dan termasuk derajat yang paling rendah. Dapat pula dikatakan kelompok ini adalah manusia peperhati dan sangat sinergi dengan kelompok yang ketiga. Boleh jadi ada sebagian yang berkembang meningkat derajatnya masuk kekelompok tiga, dua dan satu dengan berputarnya waktu dan upaya maksimal akan tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Marilah kita introspeksi diri secara jujur dimanakah kita berada?
Wallahu alam bish-shawab
Renungan HAti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar