By : H. Bambang Wijonarso .
Email : bambang_wijonarso@yahoo.com
Fenonema dimasyarakat dalam pendidikan anak dimana setelah lulus ujian sekolah seluruh muridnya mengekspresikan rasa syukur dengan cara yang tidak diajarkan oleh agama yaitu dengan mencoreng-coreng baju, kendaraan, tembok , hura-hura sambil naik motor/mobil sambil berpelukan laki-laki dan perempuan atau nongkrong dijalan atau Mall2 dsb. Melihat fenonema itu kita sangat khawatir jangan-jangan proses selama ini yang diajarkan dibangku sekolah dan dirumah ada Visi dan Misi yang jauh dari tuntunan agama (kesalahan sistematis terutama pemerintah dan guru serta orang Tua). Kita ketahui madrasah (pendidikan) melalui tiga tahapan yaitu dirumah, dilingkungan dan disekolah dan peranan orang tua sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan.
Coba kita lihat bagaimana Islam memberi solusi dimana Luqman yang bukan nabi tapi seorang hamba Allah yang taat ibadah mengajarkan kepada anak-anaknya yang diabadikan didalam Al Qur’an surat Luqman ayat 12 s/d 19 sbb.
pertama, Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah maka ia telah bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan yang tidak bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Kedua janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempesekutukan Allah adalah kezoliman yang besar. Ketiga Berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu (ibu dan bapakmu). Keempat jika kamu berbuat baik atau buruk sebesar biji sawi maka Allah akan membalasinya. Kelima Sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar. Dan bersabarlah apa yang menimpa kamu. Keenam Janganlah kamu berlaku angkuh/sombong dimuka bumi ini. Ketujuh sederhanalah kamu dalam berjalan (tidak terlalu cepat dan terlalu lambat).
Perbuatan mencoreng-coreng baju, kebut-kebutan dan nongkrong adalah pekerjaan bukan rasa syukur kepada Allah bahkan menzolimi diri sendiri, termasuk juga perbuatan mungkar dan tidak ada faedahnya (hanya memuaskan hawa nafsunya).
Ya Rosulllah siapa yang berhak memperoleh pelayanan dan persahabatan?” Nabi SAW menjawab , ”Ibumu...ibumu...ibumu kemudian ayahmu kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu (Mutaffak’Alaih).
Dari hadist diatas bahwa arti dari 3 kalinya kata-kata Ibumu diulang-ulang menggambarkan tugas seorang ibu ada tiga yaitu Ibu yang mengandung dan melahirkannya, Ibu yang menyusuinya (agar anak sehat dan berkualitas) serta ibu yang mengajarkannya (sebagai Guru).
Jika terjadi fenomene dimasyarakat seorang anak menyimpang dari tuntunan agama maka yang pertama perlu dipertanyakan sudahkah seorang ibu mengajarkan (sebagai Guru) kepada anaknya dengan baik menurut aturan Allah dan Rosulnya???? Adapun media electronik (TV), komputer, Hand phone sebagai wasilah untuk mempermudah mengajarkan kepada anak2 mana yang baik dan buruk menurut aturan agama bukan hawa nafsunya.
Seluruh umat manusia yang dilahirkan didunia ini pada awalnya baik (fitrah/suci), orang tuanyalah yang menciptakan menjadi majusi (penyembah bulan/matahari) atau Nasrani atau Yahudi serta atau Islam sebagai agama. Sehingga barometer pendidikan orang tua kepada anak sangat berpengaruh terhadap output tingkah laku atau akhlak yang baik terhadap anak tersebut. Marilah kita masih sempat untuk berbenah diri untuk memperbaiki, yang sudah terlanjur maka minta ampun dan memperbaiki diri.
Wallahu 'alam bish-shawab
Renungan HAti.
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar