By :Bambang Wijonarso
Email :bambang_wijonarso@yahoo.com
Abu Waqid al-Laitsi mengatakan bahwa ketika Rasulullah saw. duduk di masjid bersama orang-orang, tiba-tiba datang tiga orang. Dua orang menghadap kepada Nabi saw. dan seorang (lagi) pergi. Dua orang itu berhenti pada Rasulullah saw., yang seorang duduk di belakang mereka, dan yang ketiga berpaling, pergi. Ketika Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda, "Maukah saya beritakan tentang tiga orang. Yaitu, salah seorang di antara mereka berlindung kepada Allah, maka Allah melindunginya; yang seorang lagi malu, maka Allah malu terhadapnya; dan yang lain lagi berpaling, maka Allah berpaling darinya."
Email :bambang_wijonarso@yahoo.com

Dari hadist diatas ada tiga type manusia dalam memyikapi ilmu (agama).
Pertama, orang yang sama sekali hatinya keras seperti batu tidak bergerak ataupun bergeming apapun yang terlitas baik pikiran, hati maupun aktifitas jasad. Hal ini digambarkan dalam Al Qur’an surat Al baqarah ayat 6 dan 7 yaitu ” Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”. Orang type ini sangat sulit untuk menerima petunjuk/hidayah dari Allah SWt dengan tanda-tandanya segala macam nasehat (Agama) tidak berbekas padanya. Mereka sangat malas, enggan bahkan tidak peduli dengan ilmu agama. Umumnya mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat dicakrawala, dipermukaan bumi dan pada diri mereka sendiri. Mereka biasanya menjadikan dunia sebagai segala-galanya , harta, kedudukan, jabatan, status sosial, merupakan visi dan misi kehidupannya, bahkan ilmu agama hanya diperlukan nanti kalau sudah miskin, kalau sudah tua, kalau sudah sakit-sakitan, kalau ada yang meninggal, itu hanya dimasjid, itu kalau bulan puasa, itu hanya untuk ustad, ulama,kyai,orang soleh dan seterusnya. Belajar ilmu agama adalah kewajiban bagi seluruh umat manusia yang beragama Islam (fardhu Ain), jika tidak dilaksanakan maka merupakan pelanggaran.
Kedua, type yang kedua adalah malu untuk menuntut ilmu, Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri rodhiyallohu ‘anhu Dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: ‘Bila kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari). Ulama berbeda pendapat dalam memahami sabda Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam: “berbuatlah sesukamu”, sebagian memahami sebagai perintah dan sebagian yang lain memahami bukan sebagai perintah. Ulama yang memahami sebagai perintah, menjelaskan bahwa jika sesuatu yang hendak diperbuat tidak mendatangkan rasa malu maka lakukanlah sesuai dengan yang diinginkan. Dan ulama yang memahami bukan sebagai perintah, ada dua penjelasan yaitu:
1. Maknanya sebagai ancaman. Ancaman bagi yang tidak memiliki rasa malu yang berbuat memperturutkan hawa nafsunya.
2. Maknanya sebagai berita. Memberitakan barang siapa yang tidak memiliki rasa malu pasti akan berbuat sesuka hatinya.
3. Semua pendapat di atas memiliki kemungkinan benar.
Bagaimana jika rasa malu untuk menuntut ilmu sudah melekat kuat...maka Allah pun enggan untuk memberinya petunjuk. Solusi agar terhindar dari malu hanya dengan bertaubat dan mohon ampun dengan kesungguhan hati pasti Allah akan mengampuninya. Rosulullah bersabda ”Seorang yang berbuat dosa lalu membersihkan diri (wudhu atau mandi), kemudian ia shalat dan memohon pengampunan Allah maka Allah akan mengampuni dosanya. Setelah berkata demikian Rasulullah mengucapkan firman Allah surat Ali Imran ayat 135: "Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka itu sedang mereka mengetahui." (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, adalah type yang haus akan ilmu, selalu merasa kurang dengan ilmu yang diperolehnya bahkan selalu ingin menyempurnakan dan dilakukannya dengan istiqamah serta mengaplikasikannya didalam kehidupannya sehari-hari dengan kesungguhan dan minta kepada Allah agar ditambahkan dan disempurnakan dalam menuntut ilmu (Rabbi dzidni ilma). Keutamaan Ilmu. Firman Allah, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (al-Mujaadilah: 11).
Adapun untuk mencapai orang dengan type yang ketiga ini ada beberapa kiat yaitu diantaranya cari majelis-majelis ilmu/dzikir, banyak membaca dari buku-buku sebagai reverency (Ciptakan budaya membeli buku agama), Dekati orang-orang yang berilmu (Ustad, ulama, kyia, orang sholeh atau hanya seorang akhli ibadah), Cintailah kondisi dan situasi Masjid, banyak-banyak bertanya kepada akhlinya, tinggalkan pekerjaan yang tidak ada manfaatnya (Nonton TV, ngobrol sampai larut malam, dan sebagainya), upayakan tidur diawal waktu jam 20.00 WIBB, usahakan bangun jam 03.00 untuk sholat tahajud, mengaji walaupun satu ayat setiap hari, upayakan sholat diawal waktu berjamaah di Masjid (laki-laki). Tentunya semua itu dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing, berkesinambungan dan meningkat dari hari kehari. Sehingga diharapkan hanya orang-orang yang berilmulah selamat dari azab Allah SWT baik didunia dengan kebodohannya maupun diakherat termasuk orang yang merugi. Dari hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya menjelang terjadinya hari kiamat terdapat beberapa hari di mana pada hari-hari itu ilmu akan diangkat, diturunkan kebodohan dan banyak terjadi peristiwa pembunuhan. (Shahih Muslim No.4826).
Islam membagi ilmu yang wajib dipelajari kedalam dua kelompok, pertama, Fardhu ’ain : Ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim tanpa kecuali, diantaranya ; akidah/tauhid, ibadah (sholat, puasa, zakat, membaca Al Qur’an dsb), tazkiyyah-nafs, akhlak dan lain-lain. Jika seorang muslim tidak mempelajari dan mengetahuinya maka ia berdosa. Mengapa ? karena ilmu ini harus dimiliki oleh setiap orang agar kehidupannya selamat didunia dan diakherat, dan agar kehidupan bermasyarakat pun menjadi terjaga dan berjalan dengan baik.
Pada masa kini ilmu jenis ini dilalaikan oleh sebagian besar kaum muslimin, akibatnya terjadi kekacauan, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Contoh terjadinya perkelahian antar pelajar, demo-demo pendukung partai polotik (Pilkada) diakhiri dengan kericuhan, adanya korupsi, narkoba, bunuh diri, pembunuhan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya.
Kedua Fardhu kifayah yaitu ilmu yang diwajibkan untuk dipelajari oleh sebagian kaum muslimin saja, sehingga terpenuhinya kecukupan atau kebutuhan akan ilmu tersebut. Jika kecukupan itu tidak tercapai, maka kaum muslimin menjadi berdosa semuanya. Contoh adalah ilmu-ilmu alam, sosial, hadist, tafsir, bahasa arab dan lain-lain.
Wallahua’lam bish-shawab.
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar