Jumat, 10 Juli 2009

Fungsi Harta






Oleh : Abu Alby Bambang Wijonarso.
http://dakwahrenunganhati.blogspot.com


Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (Qs. At Taubah [9] : 24).

Visi dan misi manusia terhadap harta dapat dilihat dari dua pandangan yaitu jika harta itu “alat sebagai tujuan”, maka manusia akan memaksakan kehendak saat memperolehnya biasanya menghalalkan segala cara (halal, haram dan subhat) dan juga saat mempergunakan harta sangat tidak bermanfaat, jauh dari efisien, tidak berkah serta cenderung konsumtif. Bagaimanakah kehadiran Islam dalam memandang Harta maka orang yang beriman memandang sebuah harta haruslah sebagai alat/sarana/wasilah untuk lebih mendekat dirinya kepada Allah. Tentunya untuk mencapai itu haruslah mengetahui fungsi dari harta minimal ada tiga hal yang sangat perlu diketahui umat islam yang mengaku dirinya beriman yaitu sebagai bekal ibadah, berjihad/berjuang dan da’wah. Seandainya manusia dalam memperoleh harta dan penggunaannya tidak dibingkai dengan aturan agama maka sudah otomatis dilakukan dengan hawa nafsu dan akal pemikiran sendiri yang sudah barang tentu tidak akan tercapai keridhoan Allah swt. sehingga sangatlah perlu mengetahui fungsi dari harta yang kita miliki selama ini adalah :

 Pertama,

Bekal Ibadah Sebuah ibadah akan sempurna jika ditopang dengan harta yang baik sebagai contoh Ibadah haji memerlukan biaya yang besar dalam firmannya mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Qs.Al Imraan [3]:97). Serta zakat, infak dan sadaqoh dengan firmannya “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian, Orang miskin yang tidak mendapat bagian maksudnya ialah orang miskin yang tidak meminta-minta (Qs. Adz Dzaariyaat [51} : 15). Sehingga program hidup manusia yang beriman adalah mencari harta sebanyak-banyaknya artinya orang Islam yang beriman dan bertakwa harus kaya raya. Tingkat Ilmu agama, iman dan amal soleh lah yang dapat menggiring orang-orang yang beriman untuk produktif/etos kerja tinggi, bermanfaat dan dinamis sehingga harta yang diperolehnya dapat bermanfaat untuk diri, keluarga dan orang lain baik didunia maupun diakherat kelak, hal ini pula Allah mengingatkan kepada manusia dengan firmannya “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Qs. Al Anfaal [8] : 28).

Kedua.

Berjihad/berjuang. Kesungguhan dan perjuangan manusia dalam melaksanakan kehidupan ini tentunya harus dibingkai dengan seluruh aturan yang Allah dan RosulNya tetapkan. Kalau kita melihat nilai kelelahan/cape dalam perjuangan mencari harta baik orang yang beriman dan orang yang tidak beriman dua duanya merasakan hal yang sama (LELAH/CAPE), akan tetapi sangatlah berbeda untuk beriman tentunya akan mendapatkan keselamatan baik didunia maupun diakherat kelak hal ini telah difirmankan Allah :Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Qs Ash Shaff [61 : 10&11). Bahkan Allah akan mengangkat derajat yang tinggi dan termasuk orang-orang yang mendapat kemenangan baik didunia maupun diakherat dengan perjuangan dalam mencari harta yaitu dengan firmanNya: “orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (Qs. At Taubah [9] : 20).

Ketiga, 

Bekal ber-da’wah, Fenomena dimasyarakat sudah pobia bahwa kata-kata da’wah amal ma’ruf dan nahi munkar merupakan tugas para ulama, khyai dan ustad disini terjadi dikotomi, mengapa boleh jadi karena keterbatasan ilmu yang dimilikinya. Padahal dalam dakwah/mengajak kepada kebaikkan dan menghindari dari keburukan adalah tugas seluruh individu seorang yang beriman dan bertakwa baik dalam diri, keluarga maupun masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Dimana Allah telah menetapkan kewajiban da’wah kepada seluruh manusia yang beriman dengan firmannya. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. (Qs Al Imraan [3]:102) Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Penutup.
Marilah kita bermuhasabah (Introspeksi diri) apakah harta yang kita perjuangkan selama ini dari hasil yang halal, haram atau subhat serta sudahkan dipergunakan sesuai apa maunya Allah dan RosulNya, dan yang yang tidak kalah pentingnya berhisab dirilah apakah harta yang kita miliki selama ini sudah sesuai dengan fungsinya artinya sebagai alat untuk beribadah, berjihad/berjuang serta berda’wah?, sehingga kedekatan kepada Allah semakin maksimal Itulah barometer seorang yang mengaku dirinya beragama Islam bukan hidup seenaknya tanpa aturan agama. Dalam masalah Harta Rosulullah bersabda : “Jangan pula kamu mengagumi orang yang memperoleh harta dari yang haram. Sesungguhnya bila dia menafkahkannya atau bersedekah maka tidak akan diterima oleh Allah dan bila disimpan hartanya tidak akan berkah. Bila tersisa pun hartanya akan menjadi bekalnya di neraka. (HR. Abu Dawud).

Wallahu a’lam bish-shawab
Renungan HAti
Abu Alby Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar