Selasa, 28 Juli 2009

Hakekat Hidup

by : H. Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com


Perlunya mengetahui “Hakekat Hidup” sebagai suatu prinsip Islam dalam menjalankan sebuah kehidupan yang dapat menghantarkan kita pada keslamatan baik dunia maupun akherat yang pada akhirnya akan mendatangkan keridhoan Allah SWT. Dimana minimal ada lima pilar yang harus diketahui dan dijalankan untuk umat muslim diantaranya sebagai berikut :

Pertama, “Mengapa disebut surat An Nahl” dapat dilihat pada ayat 68 “Dan tuhan mengilhamkan kepada lebah buatlah sarang-sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia. Dan ayat 69 Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang meyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah memberi petunjuk kepada hambanya fungsi madu sangat berfanfaat bagi manusia. Hal ini dapat diambil sebagai pelajaran bahwa manusia harus berfanfaat untuk dirinya dan orang lain. Hendaklah kalian beriman seperti madu yang dapat memberi manfaat untuk seluruh manusia baik dari Ilmu maupun Harta. Sehingga seorang yang beriman harus bersifat ”Alkhibthah” yaitu iri terhadap orang yang berilmu dan berharta tapi mengamalkannya untuk kepentingan keselamatan dirinya maupun orang lain didunia dan diakherat. Orang-orang yang seperti ini hanya dijumpai yang takut hanya kepada siksa Allah dan harapan surganya Allah.

Kedua, ”ATAA AMRULLAH” telah pasti ketetapan Allah Hari Kiamat. Pertanyaan kita kenapa allah menetapkan sesuatu yang belum terjadi dengan kata ”pasti” (ATAA) maksudnya adalah agar manusia sangat-sangat berhati-hati dalam mengarungi kehidupan ini jangan main-main dan sembarangan. Jika bekerja maka jangan lalai dalam mengingat Allah (Tidak Sholat, Sholat sendiri-sendiri tidak berjamaah, Sholat diundurkan waktunya tanpa alasan sar’i/agama dsb), Jika bekerja maka seluruh ucapan, sikap dan prilakunya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT. Diharapkan manusia akan memaksimalkan amal perbuatan selama hidup didunia sesuai tuntunan Allah dan Rosulnya (dengan belajar dan belajar) sebagai bekal menghadap Allah diyaumil akhir.

Ketiga, ”BIRRUUH” (Wahyu/Ruh) Suatu kehidupan manusia ditandai dengan adanya Ruh. Coba kita lihat subtansi arti HIDUP menurut aturan Allah swt: :
HIDUP ------------- MATI Manusia yang hidup didunia yang tidak berlandaskan Al Qur’an dipandang Allah sebagai manusia yang mati, tidak bermanfaat untuk diri dan orang lain.
HIDUP ------------- HIDUP Manusia yang hidup didunia yang selalu berlandaskan Al Qur’an dipandang Allah sebagai manusia yang benar-benar hidup, sangat bermanfaat untuk diri dan orang lain. (lihat Qs.8 ayat 24).
MATI ------------- HIDUP Manusia yang telah meninggal dunia beratus-ratus tahun yang lalu selama hidupnya didunia berlandaskan Al Qur’an maka dipandang Allah sbg. manusia yang sebenarnya hidup. (Qs.2 ayat 154 ”janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah, bahwa mereka itu mati bahkan mereka itu sebenarnya hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya). Contohnya para Nabi, Rosulullah, sahabat rosul para imam mahzab dan para ulama yang sampai sekarang ajarannya masih dipakai.

Keempat, ”KHASIIMUMMUBIIN” pembantah yang nyata, Jika termasuk dalam katagori Hidup-------Mati maka manusia tersebut menjadi musuh-musuh Allah (pembantah yang nyata). Contoh dalam hal ini manusia yang menganggap Al Qur’an itu salah dan bahkan berinteraksi dengan Al Qur’an tapi menghasilkan statment sesuai hawa nafsunya (Jaringan Islam Liberal dsb) atau orang yang tahu Al Qur’an harus dijadikan pedoman hidup akan tetapi enggan membaca, mempelajari dan mentadaburi. Sama dengan orang Yahudi mengetahui Al Qur’an tapi neggan mengamalkannya atau orang2 yang tahu Al Qur’an tapi diputarbalikkan (golongan Nasrani) .

Demikianlah mudah2an kita termasuk golongan madu dan Hidup---Hidup serta diberi kekuatan untuk selalu berinteraksi dengan Al qur’an dengan membaca, mempelajari, mentadaburi, megamalkannya dan istiqomah (konsisten) sesuai dengan kemampuan kita masing2.

Wallahua'lam bishawab-shawab.
Renungan HAti
H.Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar