Selasa, 18 Agustus 2009

Lezatnya Iman.

by : Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com

Dalam arti bahasa kata “Lezat” adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Lezat dapat pula dikatakan suatu kenikmatan yang sangat didambakan oleh seluruh manusia. Kelezatan yang diraih manusia sangatlah selaras dengan apa yang diupayakan dalam pengorbanan harta, jiwa dan istiqomah.

“Iman” adalah keyakinan yang teguh didalam hati, diucapkan dengan lisan dan diaplikasikan dalam amal perbuatan nyata. Dan Iman inilah merupakan nikmat yang paling besar dari Allah swt yang diberikan kepada hambanya. Dimana Allah hanya memberikannya kepada orang-orang yang dikehendaki siapakah orang yang dikendaki ? indikatornya seberapa besar dalam mengedepankan kepentingan akhirat dibandingkan dengan dunia.

Iman juga merupakan modal untuk melaksanakan seluruh rangkaian ibadah agar diterima Allah sehingga sebagai sarana untuk menuju surganya Allah hal ini dfirmankan :Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. (Qs. Al Baqarah [2] : ayat 25).

Bagi seseorang yang telah diberikan nikmat iman, hendaklah senantiasa menjaga dan mensyukuri. Karena iman bisa berkurang dengan dosa, kemaksiatan dan kelalaian kita terhadap perintah dan larangan Allah dan sebaliknya iman bisa bertambah dengan ketaatan kepada perintah dan larangan Allah. Untuk menjaga, mensyukuri dan berkualitasnya iman yang kita peroleh maka manusia harus berupaya menggapai “Lezatnya Iman” dengan cara yang rosul ajarkan yaitu barang siapa memperoleh dari yang tiga hal ini maka manusia insyaAllah memperoleh lezatnya iman. Hadis riwayat Anas ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda: Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka. (Shahih Muslim No.60).    

Dari hadis ini maka upaya untuk meraih lezatnya iman adalah :

Pertama, Manusia akan merasakan lezatnya iman jika kurikulum kehidupan didunia selalu mengedepankan kepentingan Allah dan RosulNya inilah sebagai bukti nyata atas kecintaan kita kepada Allah dan RosulNya sebagai contoh jika ada panggilan Allah (Adzan.. Hayya alasshalaa) untuk melaksanakan solat wajib berjamaah dimasjid apakah kita terus berkutik sibuk dengan dunianya ?? (meeting, bekerja, belajar, bisnis, santai dsb), apakah saat Allah memanggil kita untuk pergi Haji…. kita selalu ragu dan terus menciptakan alasan padahal biaya sudah mampu? Bagaimana harta kita yang kita simpan sudah nasabnya untuk dikeluarkan Zakatnya?? Meskipun berlimpah kemewahan dunia tidak membuatnya lalai untuk menempatkan cintanya yang paling utama dan mulia yaitu kepada Allah dan RosulNya. Bahkan Allah akan membuat perhitungan kepada manusia yang tidak memprioritaskan cintanya kepada Allah dengan firmanNya :Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Qs At Taubah [9] : ayat 24)

Kedua, manusia akan merasakan lezatnya iman jika mencintai seseorang karena Allah, tidak mencintai karena kekayaannya, jabatannya, popularitasnya, ketampanannya dan kecantikannya, tetapi mencintai dengan ikhlan karena Allah. Dimana Allah berfirman orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara (Qs Al Hujuraat [49] : ayat 10).

Ketiga, manusia akan merasakan lezatnya iman jika tidak suka kembali ke dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya. Tidaklah manusia terbebas dari dosa dan kemaksiatan selama hidup didunia yang fana ini dan tidak lain selama itu pula manusia harus minta ampun (Istighfar) dimana Rosulullah saw saja meminta ampun kepada Allah (Istighfar) 100 kali setiap harinya. Dosa hanya dilahirkan saat kita melalaikan seluruh perintah dan larangan Allah dan hanya bisa diampuni oleh Allah dengan bertaubat dan membuktikan taubatnya dengan terus menerus melakukan kebaikkan dan ketaatan serta keistiqomahan.

Keimanan seseorang tidak dapat diturunkan kepada anak dan istrinya akan tetapi harus diupayakan dengan sekuat tenaga dengan mengorbankan harta dan jiwa. Hal ini dapatlah dibuktikan bagaimana bapaknya penuh dengan kemaksiatan dan kekufuran (Fir'aun) akan tetapi anak angkatnya menjadi nabi yaitu Musa As, begitu pula dengan bapaknya soleh bahkan seorang nabi yaitu Nuh as akan tetapi anak dan istrinya bukan orang yang beriman. Seorang istri (Siti aisah) yang soleh dan beriman akan tetapi suaminya penuh kemaksiatan (fir'aun), dan sebaliknya Suaminya (Nabi Luth as) seorang yang beriman dan soleh akan tetapi istrinya penuh kemaksiatan. Dan yang ideal adalah Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad SAW yang istri-istrinya serta anak-anaknya menjadi orang soleh dan beriman. Sekarang kita tinggal memilih siapa yang harus diikuti....

Demikianlah mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang selalu dicintai Allah dikarenakan upaya maksimal untuk meraih lezatnya iman, dan iman inilah nikmat Allah yang paling besar untuk hambanya.

Wallahu’alam bish-shawab
Renungan HAti
Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar