By : H. Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com
email : bambang_wijonarso@yahoo.com
Dalam kitab Musnad Ahmad, disebutkan bahwa suatu ketika para sahabat membincangkan seseorang yang mereka kenal sangat salih dan rajin beribadah di hadapan Rasulullah SAW. Ketika orang yang mereka bicarakan datang, Rasullulah SAW bersabda, ''Kalian telah membicarakan seseorang yang tampak sentuhan setan di wajahnya.'' Rasullulah lalu bersabda, ''Sesungguhnya orang itu dan kelompoknya membaca Alquran, tetapi bacaan mereka hanya sampai pada tenggorokannya saja. Mereka telah keluar dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya.'' (HR Ahmad).
Hadis di atas, dengan jelas menginformasikan kepada kita bahwa inti keberagamaan seseorang terletak pada akhlaknya. Salah satu tujuan dari ritus-ritus peribadatan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebenarnya adalah untuk mengantarkan seseorang pada ketinggian dan kemuliaan akhlaknya. Ucapan "Allahu akbar" yang diulang-ulang dalam setiap gerakan shalat dan haji, misalnya, dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa hanya Allah saja yang besar. Semakin kita sering melaksanakan shalat atau haji maka akan semakin terasa bahwa kita adalah makhluk yang kecil, hina, dan rendah. Setelah itu, maka kita akan semakin dekat pada Allah dan akhlak kita akan bertambah mulia.
Rasulullah SAW bersabda, ''Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, maka shalatnya hanya akan menjauhkannya dari Allah.'' (HR Ath-Thabrani). Begitu pula dengan puasa. Ia bertujuan untuk melatih seseorang agar bisa mengendalikan hawa nafsunya dan menundukkannya untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Ketika Rasulullah SAW melihat seseorang mencaci-maki hamba sahayanya, beliau berkata kepadanya, ''Makanlah!'' ia menjawab, ''Saya sedang berpuasa.'' Rasulullah SAW lalu berkata, ''Bagaimana engkau berpuasa padahal engkau telah mencaci-maki hamba sayahamu.''
Karena itu, ketika disebutkan kepada Rasullulah bahwa ada seseorang yang menghabiskan waktu malamnya untuk beribadah dan waktu siangnya untuk berpuasa, namun ia suka menyakiti tetangganya, beliau SAW bersabda, ''Ia (tempatnya) di neraka.'' (HR At-Tirmidzi).
Seorang yang taat pada ajaran agamanya, akan selaras antara apa yang dipikirkan, diucapkan, dan dilakukannya. Ajaran agama ada dalam denyut nadinya, dan menjadi akhlak kesehariannya. Saudaraku, mari kita becermin kembali.
Wallahu a’lam Bish-shawab
Renungan HAti.
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar