Oleh : Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Qs. Ibrahim/14 ayat 7).
Dari ayat tersebut diatas merupakan reword dan panisment yang diberikan Allah SWT kepada hambanya terhadap seluruh Ni’mat Allah yang diberikan. Akan tetapi hampir semua manusia melupakannya, hal ini digambarkan dalam firmannya :”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) Qs Ibrahim/14 ayat 34.
Bahkan seluruh keperluan manusia dari sarana dan prasarana telah Allah sediakan tinggal manusia mengelolanya, dan sangat mustahil manusia dapat menghitung-hitung ni’mat Allah.
Implementasi dari sebuah ni’mat yang Allah berikan kepada manusia adalah berupa ”syukur” dan syukur ini sangat sedikit yang dapat mencapainya (Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih Qs. Saba /34 ayat 13). Jadi Allah sudah mensinyalir bahwa kebanyakan manusia tidak akan bersyukur , mengapa hal ini terjadi, salah satu sebab adalah janji Iblis kepada tuhannya yang diabadikan dalam Al Qur’an Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)..(Qs Al Araaf/7 ayat 16 dan 17). Upaya iblis menjauhkan manusia dari jalan Allah adalah agenda utamanya karena Iblis tahu kalau manusia sudah tidak mengikuti jalan Allah maka konsukuensinya akan mendapatkan azab Allah itulah sebuah harapan Iblis seperti pada Qs. Ibrahim ayat 7 tersebut diatas.
Bagaimana sejarah orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah seperti diabadikan didalam Al Qur’an yaitu ”Karun” beserta harta dan rumahnya dibinasakan Allah :”Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku (Qs. Qashash/28 ayat 78). Hal ini identik dengan fenomena dimasyarakat bahwa apa yang didapat sekarang dengan keberhasilannya baik itu mengenai keluarga (Anak-anak dan istri/suami), tempat tinggal, kendaraan, jabatan, popularitas, gelar akademik yang semua itu semata-mata hasil jerih payah usaha dirinya dengan keluarganya, kerabatnya, kantornya ,usahanya selama ini. Bahkan banyak orang memandang keberhasilan tersebut merupakan sesuatu yang didambakan seluruh manusia. Fenomena ini telah dikabarkan oleh Allah melalui firmannya di dalam Al Qur’an : Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139]. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." ( Qs. Qashash/28 ayat 79) Menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. Perlu kita sikapi hal ini karena janji Allah benar akan menurunkan azab yaitu Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)..(Qs. Qashash. Ayat 81).
Pertanyaan kita adalah mengapa manusia melakukan pelanggaran berupa kufur nikmat? Ada dua kemungkinan terbesar pertama karena ”Kejahilan” (Kebodohan) dari sisi ilmu agama tentunya solusinya hanya dengan belajar. Kedua segala ”urusan duniawi” manusia cenderung melihat keatas (Yang lebih) adapun solusinya jika melihat urusan akherat maka manusia harus melihat keatas akan tetapi untuk urusan dunia harus melihat kebawah (setelah upaya maksimal dan Tawakal). Siapa bilang tidak boleh sukses didunia ! selama kesuksesan itu tidak melalaikan kita ingat kepada Allah Bagaimana islam memandang upaya manusia dalam mengapai segala kesukesan hidup digambarkan dalam hadis Dari Abu Hurairah ra.bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (Muttafaq Alaihi).
Ada hal yang sangat penting untuk disikapi umat islam, dimana Allah akan mencabut/menghilangkan nikmat dari manusia (Naudzubillah min dzaliq) jika manusia melakukan beberapa prilaku yaitu :”Dosa” yang dilakukan secara terus menerus (Konsisten). Solusi untuk ini hanya dengan Takwa (orang yang memelihara diri dari dosa), dengan menjalankan apa yang diperintahNya dan menjauhi apa yang dilarangNya. Ketentuan perintah dan larangan hanya terdapat dalam Al Qu’ran dan Hadis, sehingga barometernya bagaimana seseorang melakukan optimalisasi belajar ilmu agama baik melalui buku-buku, majelis-majelis Ta’lim, Kajian-kajian diskusi ilmu agama dsb. Hal tersebut bukan tugas hanya ulama, ustad ataupun Kyai tetapi juga tugas wajib (fardu Ain) bagi seluruh manusia yang mengaku dirinya beragama islam sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa konsukuensi seseorang yang tidak belajar ilmu agama akan melahirkan kejahilan /kebodohan, maka dia tidak dapat memelihara diri dari dosa (Takwa) sehingga Allah SWT pasti akan mencabut nikmat pada dirinya bahkan akan diturunkan Azab untuknya.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Bambang Wijonarso
Renungan HAti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar