email : bambang_wijonarso@yahoo.com
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Qs. Al Baqarah [2]: 183).Langka awal untuk mencapai puasa dari ayat tersebut diatas harus dilandasi dengan iman, dimana iman adalah memiliki keyakinan yang teguh disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Secara mudah iman adalah sesuatu yang diucapkan dengan lisan, diyakini dalam hati dan diimplementasikan dengan aktifitas amal perbuatan. Iman sangatlah butuh ilmu dan ilmu hanya dapat diperoleh dengan belajar, hal ini menandakan iman tidak dapat diturunkan, digenerasikan dengan nasab akan tetapi harus diupayakan dan diperjuangkan serta diusahakan dengan sekuat tenaga mengorbankan waktu, harta dan jiwa sekalipun.
Iman kadang naik dan kadang turun demikianlah karakter manusia dalam mengemban iman, sehingga iman akan meningkat hanya dengan ketaatan kepada Allah dan rosulNya serta iman akan turun dengan kemaksiatan dan pelanggaran kepada Allah dan rosulNya. Bagaimana Rosulullah mendidik, membina dan mengarahkan para sahabat selama 13 tahun di kota Mekkah dan setelah 2 tahun dimadinah baru ada perintah untuk melaksanakan ibadah puasa (Qs.Al baqarah[2]: 183) berarti hampir 15 tahun rosulullah menancapkan kepada para sahabat tentang landasan aqidah dan tauhid yang sangat kuat yang melahirkan keiman yang luar biasa, sami'na wa atha'na kami mendengan dan kami ikuti demikianlah hebatnya keimanan para sahabat.
Hal ini sangatlah sejalan dengan hadis rosululllah saw : barangsiapa yang berpuasa dibulan ramadhon dengan iman dan mencari ridho Allah maka akan diampuni dosa-dosa yang terdadulu (HR Bukhari).
Bagaimana bukti minimal seseorang beriman kepada Allah tentunya dilandaskan atas rukun iman yaitu pertama orang yang beriman harus yakin keberadaan Allah disegala aktifitas bidang kehidupan artinya tidak mungkin orang yang beriman melanggar ketentuan Allah (perintah & larangan) sayangnya fenomena yang terjadi lebih takut kepada manusia dan asesorisnya seperti jabatan, popularitan, kemiskinan dsb dibandingkan dengan Allah. Solusinya tentu harus meningkatkan keimanan kepada Allah dengan Rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, dan asma’ dan sifat-Nya. Kedua, keimanan kepada para malaikatnya Allah dimana orang yang beriman selalu yakin bahwa seluruh perbuatan manusia akan dicatat Allah melalui malaikatnya (Roqib & Atib), Allah akan mematikan kita dengan menghadirkan malaikat maut (Iszrail) dan malaikat-malaikat yang lainnya. Ketiga, orang yang beriman pasti dalam mengarungi kehidupan menjadikan pedomannya adalah Al Qur’an dan As Sunnah dalam berhukum pasti hokum Allah, dalam mencari rejeki pasti sesuai ketentuan Allah, dalam bermuamalah pasti sesuai koridor-koridor Allah, dalam berteman , berkaya, berbuat pasti tidak melanggar aturan Allah. Keempat, orang yang beriman pasti dalam melakukan aktifitasnya selalu meniru/mencontoh dan menjadikan barometer yang baik para nabinya Allah. Kelima, orang yang beriman sangat yakin dengan hari pembalasan sehingga selalu berbuat kebaikan sesuai tuntunan Allah dan RosulNya. Allah membuat sebuah masa sebagai tempat untuk menghisab manusia, mereka dibangkitkan dari kubur dan dikembalikan kepada-Nya untuk mendapatkan balasan kebaikan atas kebaikannya dan balasan kejelekan atas kejelekannya, yang baik (mukmin) masuk surga dan yang buruk (kafir) masuk neraka. Ini terjadi di hari akhir tersebut. Keenam, Orang beriman dalam menyikapi kehidupannya selalu dikaitkan dengan takdir Allah. Dimana Allah telah mengilmui segala sesuatu sebelum terjadinya kemudian Dia menentukan dengan kehendaknya semua yang akan terjadi setelah itu Allah menciptakan segala sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya.
Wallahu a’lambish-shawab
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar