Kamis, 27 Agustus 2009

Nafsu Manusia

Oleh : H.Bambang Wijonarso
email : bamabang_wijonarso@yahoo.com

Manusia memiliki tiga nafsu atau dorongan yang selalu berkompetisi dalam dirinya, yaitu nafsu ammarah, lawwamah dan muthmainah.
Nafsu ammarah adalah dorongan untuk melakukan pelanggaran dan kemaksiatan. Manusia paling solehpun memiliki dorongan ini, karenanya tidak ada manusia yang steril dari dosa, Nafsu Ammarah dapat pula dikatakan seluruh aktifitas hidup yang melahirkan pemikiran/akal, yang kemudian diyakinkan/dibenarkan oleh hati serta diaplikasikan dengan prilaku yang jauh atau tidak sama atau menyimpang dari tuntunan agama (Allah dan Rosulnya). Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang suka mengoreksi ketika kita melakukan dosa atau kemaksiatan. Kalau kita berkhianat atau berbahong misalnya siapa yang pertama kali mengingatkan bahwa perbuatan terebut salah ? tentunya diri kita sendiri. Itulah yang disebut dengan nafsu lawwamah. Nafsu muthmainnah adalah dorongan untuk berbuat kebaikan. Jiwa merasa tentram kalau melaksanakan seluruh aturan-aturan Allah dan Rosulnya dan berbuat bebagai kebajikan (Amal sholeh). Manusia yang paling bejat sekalipun memiliki nafsu muthmainnah dan pasti pernah berbuat kebajikan. Hakekatnya manusia itu hanif (cenderung kepada kebaikan). Karena itu manusia akan merasa tenang, tentram,dan bangga kalau sudah berbuat kebaikan. Sebaliknya ia gelisah dan menyesal bila melakukan dosa atau pelanggaran/kemaksiatan.
Ketiga nafsu itu selalu berkompetisi. Apabila nafsu muthmainnah memenangkan persaingan akan lahir perbuatan baik dan mulia. Namun apabila nafsu ammarah memenangkan kompestisi maka akan lahir perbuatan nista dan maksiat. Shaum Ramadhan melatih jiwa agar bisa mengendalikan nafsu ammarah,bahkan bisa menundukannya. Sehingga yang dominan dalam diri kita adalah nafsu muthmainnah. Kalau kita klarifikasikan, paling tidak ada beberapa type orang yang terjerumus dalam dosa.
Pertama orang yang suka meremehkan dosa, sebagaimana disabdakan rosullulah SAW.”Janganlah meremehkan dosa, karena dosa tersebut akan berkumpul dan mencelakakannya” (HR Thabrani dan Baihaqi).
Kedua, orang yang suka menunda tobat, artinya tobat hanya sebatas rencana dan cita-cita tetapi tidak direalisasikan. Firman Allah ” Ya tuhanku, mengapa engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang soleh”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila datang waktu kematiannya (Ajal). Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs Al Munaafiqun 10 dan 11).
Ketiga, orang yang mau bertobat kalau ditimpa kesusahan dan musibah, orang semacam ini baru merasa butuh ampunan Allah kalau dia sudah terpuruk dalam firmanNYa ” Dan apabila kami memberikan ni’mat kepada manusia ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a (Qs Fushshilat 51).
Keempat orang yang putus asa dari ampunan Allah sehingga merasa kepalang dosa dalam firman-Nya ”Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa (kecuali Syirik lihat Qs.4:48) ..(Qs.Az Zumar 53).
Kelima orang yang sadar akan dosa-dosanya dan yakin akan ampunan Allah SWT sehingga bersungguh-sunguh dalam bertobat dan beribadah. Inilah type paling ideal dan ciri orang yang bertakwa (lihat Qs Ali Imran ayat 135).
Marilah kita terus waspada terhadap seluruh kegiatan ketiga jenis Nafsu yang ada pada diri manusia, sehingga diri kita tidak melenceng terlalu jauh setelah kita mengetahui adanya kompetisi dari ketiga Nafsu tersebut. Mudah-mudahan dengan tarbiayah (pendidikan) puasa ramadhan dapat menciptakan sesuatu yang diharapkan dari domonasi nafsu yang baik tersebut.

Waalahu a’lam bish-shawab.
Renungan Hati
H.Bambang Wijonarso

1 komentar:

  1. Alhamdulillah...terimakasih ini sebagai mengingatkan kpd dr sendiri,keluarga,teman ato sdr2 yg lain utk selalu mengendalikan diri dr nafsu-nafsu yg negatif terutama...amiiin...

    BalasHapus