by : H.Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qs. Al Baqarah : 183).
Mari kita tinjau sejenak beberapa karakter manusia dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Ada tiga tingkatan manusia dalam menjalankan aktivitas ibadah puasa yaitu puasa orang awam, puasa khusus dan puasa sempurna.
Puasa Awam (Aam).
Sebatas menahan diri untuk tidak makan dan minum serta berhubungan suami istri (Jima) dari syahwat sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Orang seperti ini hanya memindahkannya kemalam hari, artinya setelah berbuka dengan syahwatnya makan dan minum disantapnya, umumnya tujuan dari puasa tidak dilaksanakan bahkan mungkin tidak diketahuinya hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja. Puasa semacam ini sangat berbahaya karena dapat dikatakan sia-sia, lihat hadist Rosulullah saw “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tiada mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali sekedar lapar dan haus”.(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).
Puasa Khusus (Khowas).
Selain melaksanakan kewajiban berpusa tidak makan, minum dan berhubungan suami istri (Jima), juga sangat berusaha untuk dapat menahan pendengaran dari yang makruh, penglihatan yang melahirkan syawat, lidah (ghibah/mengunjing, Namimah/adu domba dsn fitnah), tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan dosa. Allah berfirman dalam Al Qu’ran nul karim Surat Al Muminuun ayat 1 dan ”Sesunguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna”.
Pada puasa khusus sedikit tujuan dari puasa sudah tercapai walaupun hanya sebatas terhindar dari dosa.
Puasa Sempurna.
Menahan hati dari perbuatan dosa dan pemikiran/aktivitas duniawi, dan mengarahkannya hanya kepada Allah. Puasanya orang yang sempurna bersamaan selalu menjaga dari perbuatan dosa/hal yang tidak berguna(Puasa Khusus) akan tetapi juga melakukan serangkaian amalan sunah seperti Qiyamul Lail/Qiyamul Ramadhan/Tarawih, Infak/shadaqah, Memberi makanan saat berbuka kepada fakir miskin, Tilawah (membaca dan mengkaji serta mengamalkan) Al Qur'an, Banyak-banyak berdo'a, I'tikaf (10 hari terakhir).
Orang yang masuk tingkatan puasa sempurna pasti dapat mengambil manfaat puasa seperti menghindarkan diri dari maksiat, Merupakan benteng dari Syahwat, Agar tubuh menjadi sehat, Melatih keikhlasan , Mendapat ridho Allah, Mempersempit jalan masuk setan, Melatih jiwa agar menjadi sabar, Sarana untuk mencapai derajat Takwa, Selalu mengoptimalkan hasil yang sangat produktif. Semua itu akan diperoleh dan dipertahankan baik satu bulan dibulan ramadhan maupun sebelas bulan diluar ramadhan dan dilakukan selama hidupnya. Umumnya puasa jenis ini diperoleh para nabi, rosul, sahabat, tabiin, tabiun tabiin dan para shyakhul muslim.
Demikianlah maksud dari ayat Allah Qur'an surat Al Baqarah ayat 183. dan Hadist Nabi yang diriwayatkan Bukhari Muslim : ”Barang siapa yang berpuasa karena iman dan mencari keridhoan Allah, maka Allah akan menghapuskan dosa yang telah lalu. Yaitu merupakan tingkatan untuk mencapai puasa sempurna.
Mudah2an dengan pelatihan (tarbiyah) dibulan ramadhan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan seorang muslim sehingga derajat puasa berangsur angsur dari tahun ke-tahun dari puasa awam, khusus dan se,purna.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qs. Al Baqarah : 183).
Mari kita tinjau sejenak beberapa karakter manusia dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Ada tiga tingkatan manusia dalam menjalankan aktivitas ibadah puasa yaitu puasa orang awam, puasa khusus dan puasa sempurna.
Puasa Awam (Aam).
Sebatas menahan diri untuk tidak makan dan minum serta berhubungan suami istri (Jima) dari syahwat sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Orang seperti ini hanya memindahkannya kemalam hari, artinya setelah berbuka dengan syahwatnya makan dan minum disantapnya, umumnya tujuan dari puasa tidak dilaksanakan bahkan mungkin tidak diketahuinya hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja. Puasa semacam ini sangat berbahaya karena dapat dikatakan sia-sia, lihat hadist Rosulullah saw “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tiada mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali sekedar lapar dan haus”.(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).
Puasa Khusus (Khowas).
Selain melaksanakan kewajiban berpusa tidak makan, minum dan berhubungan suami istri (Jima), juga sangat berusaha untuk dapat menahan pendengaran dari yang makruh, penglihatan yang melahirkan syawat, lidah (ghibah/mengunjing, Namimah/adu domba dsn fitnah), tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan dosa. Allah berfirman dalam Al Qu’ran nul karim Surat Al Muminuun ayat 1 dan ”Sesunguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna”.
Pada puasa khusus sedikit tujuan dari puasa sudah tercapai walaupun hanya sebatas terhindar dari dosa.
Puasa Sempurna.
Menahan hati dari perbuatan dosa dan pemikiran/aktivitas duniawi, dan mengarahkannya hanya kepada Allah. Puasanya orang yang sempurna bersamaan selalu menjaga dari perbuatan dosa/hal yang tidak berguna(Puasa Khusus) akan tetapi juga melakukan serangkaian amalan sunah seperti Qiyamul Lail/Qiyamul Ramadhan/Tarawih, Infak/shadaqah, Memberi makanan saat berbuka kepada fakir miskin, Tilawah (membaca dan mengkaji serta mengamalkan) Al Qur'an, Banyak-banyak berdo'a, I'tikaf (10 hari terakhir).
Orang yang masuk tingkatan puasa sempurna pasti dapat mengambil manfaat puasa seperti menghindarkan diri dari maksiat, Merupakan benteng dari Syahwat, Agar tubuh menjadi sehat, Melatih keikhlasan , Mendapat ridho Allah, Mempersempit jalan masuk setan, Melatih jiwa agar menjadi sabar, Sarana untuk mencapai derajat Takwa, Selalu mengoptimalkan hasil yang sangat produktif. Semua itu akan diperoleh dan dipertahankan baik satu bulan dibulan ramadhan maupun sebelas bulan diluar ramadhan dan dilakukan selama hidupnya. Umumnya puasa jenis ini diperoleh para nabi, rosul, sahabat, tabiin, tabiun tabiin dan para shyakhul muslim.
Demikianlah maksud dari ayat Allah Qur'an surat Al Baqarah ayat 183. dan Hadist Nabi yang diriwayatkan Bukhari Muslim : ”Barang siapa yang berpuasa karena iman dan mencari keridhoan Allah, maka Allah akan menghapuskan dosa yang telah lalu. Yaitu merupakan tingkatan untuk mencapai puasa sempurna.
Mudah2an dengan pelatihan (tarbiyah) dibulan ramadhan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan seorang muslim sehingga derajat puasa berangsur angsur dari tahun ke-tahun dari puasa awam, khusus dan se,purna.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Renungan HAti
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar