Kamis, 10 September 2009

Keberkahan Hidup

By :H. Bambang Wijonarso
email : bambang_wijonarso@yahoo.com


Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (Qs. An Nahl [16] : 90 ).
Dari ayat tersebut diatas dapat digambarkan bahwa sifat-sifat orang yang mendapat keberkahan dalam hidup antara lain :
1. Berlaku Adil.
Dimana orang-orang yang tidak memenuhi hak-hak dirinya dapat dikatakan tidak berlaku adil (Dzolim binafsih). Adapun prilaku pertama orang terhadap keadilan antara lain ”Hak Akal”, berupa kewajiban menuntut Ilmu artinya orang yang tidak belajar dalam menuntut ilmu masuk dalam katagori mendzolimi diri sendiri. Bahkan Allah mengangkat derajat orang yang berilmu dengan firmanNya ”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (al-Mujaadilah: 11). Dalam hal ini sudahkah kita menuntut ilmu dunia dengan gelarnya ataupun penghargaan-penghargaan duniawi, agar semua itu diperoleh untuk semakin dekat kepada Allah atau bahkan semakin menjauh dari Allah (maksudnya perintah dan larangannya), atau bagaimanakah keadilan ilmu yang diperoleh untuk masalah-masalah akherat ? ini bukan tugas Ulama, Kyai ataupun Ustad, tapi tugas seluruh umat yang mengaku dirinya beragama Islam. Banyak orang yang sukses dalam gelar keduniawian (Prof, Doktor, Sarjana dsb) akan tetapi membaca ayat-ayat Allah (Al’ Qur’an ) banyak salah bahkan ada yang tidak bisa. Bagaimana fenomena dimasyarakat jika ada seorang anak/bapak/ibu/istri meninggal dunia. Semua urusan jenazah diserahkan orang lain dari memandikan, mengkafankan, mensholatkan dan menguburkan, padahal sangat utama seorang anak (sudah akil Balig) memimpin urusan jenazah bapak/ibunya.
Prilaku yang kedua dalam keadilan adalah ”Hak Hati” (Qolb), berupa kewajiban seseorang untuk selalu nengingat Allah (dzikriallah), dimana Allah menegaskan dengan firmanNya ”orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang hati mereka di waktu mengingat Allah” (Qs.Az Zumar [39] : 23 ). Berarti dalam keadaan apapun manusia baik hati, pemikiran dan sikap harus selalu ingat kepada Allah, salah satu contoh adalah orang yang selalu gundah hatinya disaat melakukan atau melihat perbuatan yang dilarang atau melanggar perintahnya. (Sholat diawal waktu berjama’ah dimasjid sedangkan kita sedang melakukan aktifitas duniawi atau melakukan Korupsi harta/waktu/jabatan bagaimana reaksi hati kita?). Masalah hati manusia harus melatihnya sehingga hati menjadi sensitif terhadap pelanggaran itulah alarm yang telah Allah berikan kepada manusia untuk menciptakan manusia agar selalu ingat.
Prilaku ketiga adalah ”Hak Tubuh” berupa kewajiban makanan yang Halal dan Toyib (Baik), serta keseimbangan tubuh yang teratur seperti makanan, Olah raga, bekerja dan istirahat. Sebagai contoh walaupun makanan daging Sate adalah Halal tapi sangat tidak toyib (baik) untuk orang penderita penyakit Hipertensi, ataupun sebaliknya makanan yang mempunyai gizi yang tinggi/baik tapi haram untuk dimakan maka inipun termasuk menzolimi tubuh.
Allah berfirman ”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (Qs. An Nahl [16] :114). Bahkan dalam berlebih-lebihanpun Allah mengaturnya demi kesehatan atas kemaslahatan hambaNya seperti difirmankan ”makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(Qs. Al-Araaf [7] : 31)
Dari keterangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa keberkahan hidup didunia maupun manfaatnya nanti diakherat perlu adanya pengaturan/manage dari apa yang diciptakan Allah berupa Akal, Hati dan Tubuh. Seperti yang disabdakan Rosulullah SAW dari Abu Hurairah ra, orang yang berbahagia adalah lisan yang senantiasa berdzikir (mengingat Allah), Hati yang senantiasa bersyukur, selalu sabar menghadapi musibah serta pasangan yang soleha (HR Bukhari).
2. Ihsan.
Salah satu barometer untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup perlu adanya sifat ”Ihsan” pada diri seorang muslim, akan tetapi selama ini kaum muslim hanya kental dengan Rukun Iman dan Rukun Islam sedangkan Rukun Ihsan sering dilupakan. Apakah itu ihsan ? Dari Abu Hurairah ra Rasulullah SAW bersabda ”Ihsan” adalah Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu (HR Muslim N0:10).
Untuk dapat memperoleh sifat ini maka harus ada kesungguhan dan latihan yang kontinue/istiqamah dengan selalu menghadirkan Allah dalam gerak gerik nafas, pemikiran dan seluruh aktifitas hidup dari akan tidur sampai tidur kembali (24 jam ), sehingga output nafasnya berupa dzikir, lisannya selalu Da’wah, aktifitasnya selalu amal kebaikan sesuai tuntunan Allah dan Rosulnya.

3. Memberi sebagian Rezeki.
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya (Qs Al Baqarah [2] : 215 ).
Banyak fenomena dimasyarakat bahwa kebaikan seseorang hanya didasari atas pemikirannya sendiri, atau karena ikut-ikutan atau mencari popularitas atau maksud lain tanpa didasari dalil Sar’i. Perlu diketahui semua pekerjaan apapun pada dasarnya Halal atau mubah sampai ada dalil yang mengharamkannya. Akan tetapi jika kita tidak selalu mencari dalil, segala kebaikan yang kita lakukan maka boleh jadi salah menurut pandangan Allah dan rosulNya disinilah pentingnya menuntut Ilmu.
Dari ayat tersebut diatas tentunya urutan dan yang berhak menerima sebagian rezeki yang Allah berikan pertama-tama ibu-bapak, kedua kaum kerabat (Adik,kakak,Paman,oum, tante dst), kedua anak-anak yatim, ketiga kaum dhuafa dan keempat orang musafir (bukan dalam maksiat). Akan tetapi ada beberapa orang yang sangat baik/loyal kepada anak-anak yatim tapi sangat kikir/pelit kepada ibu-bapaknya atau kerabatnya inilah yang salah menurut pandangan islam.

4. Tidak berlaku keji, mungkar dan permusuhan.
Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).
Melakukan praktek, Korupsi, kolusi dan Nepotisme dalam tatanan kehidupan sering kita jumpai dalam dosis yang rendah atau tidak disadari dengan melakukan hubungan sosial/muamalah dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dalam kepentingan dirinya, kelompoknya maupun perusahaannya. Sehingga dilahirkan suatu praktek yang sangat halus sulit sekali untuk melihat keburukannya yang terpoles hanya kebaikannya. Sehingga Allah telah menetapkan orang-orang semacam ini dengan firmannya ”Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek (Qs.Al Kahfi [18] : 29 ).
Demikianlah kiat-kiat yang Allah dan RosulNya tetapkan untuk mencapai keberkahan hidup didunia dan keberuntungan di negeri akherat kelak. Mudah-mudahan kita dapat melaksanakannya aamiin.

Wallahu a’lam Bish-shawab
Renungan Hati
Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar