Oleh : Abu Alby Bambang Wijonarso Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598], sampai kamu masuk kedalam kubur…….(Qs .At Takaasur 102 : 1) [1598]. Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S.102:1-2) turun berkenaan dengan dua qabilah Anshar. Bani Haritsah dan Bani Harts yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya dengan saling bertanya: "Apakah kalian mempunyai pahlawan yang segagah dan secekatan si Anu?" Mereka menyombongkan diri pula dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka mengajak pula pergi ke kubur untuk menyombongkan kepahlawanan dari golongannya yang sudah gugur, dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini (S.102:1-2) turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga terlalaikan ibadahnya kepada Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Ali pernah berkata: "Pada mulanya kami sangsi akan siksa qubur. Setelah turunnya ayat ini (S.102:1-4) hilanglah kesangsian itu." (Diriwayatkan oleh Ibnu jarir yang bersumber dari Ali.). Untuk menambah keyakinan umat islam terhadap kebenaran ”Siksa Kubur” ada baiknya kita melihat kisah nyata disebuah negara di Oman (Timur tengah) dimana ada seorang pemuda berusia 18 tahun yang meninggal dunia di rumah sakit, dimana setelah dimandikan, dikafankan dan disholatkan kemudian dikuburkan. Akan tetapi Ayahnya sangat penasaran atas kejadian itu dan menginginkan untuk dilakukan otopsi penyebab kematiannya.....atas persetujuan keluarga dan polisi setempat akhirnya penggalian dilakukan. Alangkah terkejutnya si Ayah dan para kerabat yang sebelumnya turut memandikan, mengkafankan, mensholatkan dan menguburkan dimana kondisi simayit sangatlah berbeda sebelum dan sesudah dikubur padahal baru tiga jam berlalu.Seperti hancur berantakan, diantaranya kulit seperti berwarna abu-abu, rambut mendadak putih...(tanda-tanda ketuaan terlihat), muka seperti habis dipukuli bengkak-bengkak dan memar, keluar darah dari seluruh lubang, posisi anggota tubuh tangan dan kaki berantakan (alias hancur tulang-tulangnya).hal ini seperti adanya penyiksaan besar-besaran terhadap si mayit...sekali lagi padahal baru tiga jam berlalu (Lihatlah Gambar Inset)....Kalau kita menghitung aturan Allah dan Rosulnya bahwa manusia akan diperhitungkan dosa-dosanya setelah usia akil balik (contoh untuk laki-laki usia 15 tahun) jika secara matematika kita hitung tentunya...pemuda tersebut baru menjalankan kehidupan (dicatat sebagai amal baik atau dosa) selama tiga tahun bentuk siksaan yag dialami begitu dahsyatnya....bagaimana kita yang sudah masuk usia 30, 40 dan 50 tahun tentunya ini sebagai renungan kita semua. Insert। Kisah nyata bentuk siksa kubur। Tentunya kita perlu ketahui mengapa ”siksa kubur” itu terjadi selain bentuk-bentuk pelanggaran terhadap seluruh aturan Allah SWT dan Rosulnya juga terjadi diantaranya : 1. Air kencing. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sucikanlah dirimu dari air kencing karena kebanyakan siksa kubur itu berasal darinya." Riwayat Daruquthni. Menurut riwayat Hakim: "Kebanyakan siksa kubur itu disebabkan (tidak membasuh) air kencing." Hadits ini sanadnya shahih. Bagaimana anak kecil? Syaratnya belum memakan makanan... dengan hadisnya : Aisyah, Ummul mukminin, berkata, "[Rasulullah saw. biasa didatangkan kepadanya anak-anak kecil, lalu beliau memanggil mereka, maka, 7/156] dibawalah kepadanya seorang anak laki-laki yang masih kecil (dalam satu riwayat: beliau meletakkan seorang anak laki-laki kecil di pangkuan beliau untuk beliau suapi, 7/76), lalu anak itu kencing di atas pakaian beliau. Beliau kemudian meminta air, lalu menyertai kencing itu dengan air tadi (yakni tempat yang terkena kencing diikuti dengan air yang dituangkan di atasnya) [dan beliau tidak mencucinya]." 2. Menangisi si mayit dengan berlebihan dan bahasa lisan jahiliyah. . Al-Mughirah berkata, ' Aku (Mughirah) mendengar Nabi bersabda pula, 'Barangsiapa yang diratapi, maka ia disiksa sebab diratapi itu.'". Abdullah (bin Mas'ud) r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Bukan dari golongan kami orang yang menampar-nampar (dalam satu riwayat: memukul-mukul 2/83) pipi, merobek leher baju, dan berseru dengan seruan jahiliah." Begitu pula dari sahabah Umar r.a. berkata, "Biarkanlah mereka menangisi Abu Sulaiman, asalkan tidak menaburkan tanah di atas kepala डी[an tidak berteriak-teriak. 3. Meninggalkan Sholat Ashar sampai masuk waktu maghrib. Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang yang terlewat salat Asar seolah-olah keluarga dan hartanya telah hilang darinya. (Shahih Muslim No.991). Hadis riwayat Ali ra., ia berkata: Pada hari perang Ahzab, Rasulullah saw. bersabda: Mudah-mudahan Allah memenuhi kubur dan rumah mereka dengan api, sebagaimana mereka telah menahan dan membuat kami sibuk dari melaksanakan salat Asar hingga terbenam matahari. (Shahih Muslim No.993). Dan masih banyak lagi siksa kubur yang lain diantaranya berghibah (membicarakan orang lain yang benar dimana jika orang yang dibicarakan itu tidak senang kalau mengetahuinya) atau hanya sebagai pendengar ghibah dalam hal ini Infotaiment...(Gosip, Kabar-kabari, dsb). Kalau yang dibicarakan itu ternyata salah maka ini termasuk ”Fitnah/kebohongan”. Sangatlah disarankan oleh baginda Rosulullah SAW untuk selalu berlidung dari siksa kubur diantaranya doa didalam sholat (Atahiyat terakhir) yaitu : Aisyah, istri Nabi saw., menginformasikan bahwa Rasulullah selalu berdoa dalam shalat "Allahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabil-qabri wa a'uudzu bika min fitnatil-mashiihid dajjaali, wa a'uudzu bika min fitnatil-mahyaa wafitnatil-mamaati. Allahumma innii a'uudzu bika minal-ma'tsami wal maghrami." "Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada Mu dari siksa kubur. Dan saya berlindung kepada Mu dari fitnah Al-Masiih Dajjal. Dan saya berlindung kepada Mu dari fitnah ketika hidup dan fitnah setelah mati. Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada Mu dari dosa dan utang." Lalu seseorang berkata kepada Rasulullah, "[Wahai Rasulullah, 3/85], alangkah seringnya engkau memohon perlindungan dari utang." Beliau bersabda, 'Sesungguhnya seseorang yang berutang bila berbicara, maka dia berdusta. Apabila berjanji, maka dia mengingkari.'" (Dan dalam satu riwayat dari Aisyah) dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah berlindung kepada Allah di dalam shalatnya dari fitnah Dajjal." Wallahua’lam bish-shawab Bambang Wijonarso Renungan Hati.
Minggu, 09 Oktober 2011
Siksa Kubur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar