Akhlak Rosulullah
Oleh : Abu Alby Bambang Wijonarso
email:
bambang@kiaceramics.com
Disebuah sudut kota Madinah, selalu
mangkal pengemis Yahudi buta. Setiap orang yang mendekati, ia selalu
bekata,”Wahai Saudaraku, jangan engkau dekati Muhammad yang mengaku sebagai
Rosul itu. Dia gila, pembohong dan tukang sihir jika kamu mendekatinya, dia
akan mempengaruhimu.”
Walau
sebegitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rosulullah saw
selalu membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi pengepis
itu. Rosulullah melakukan hal ini hingga wafat.
Ketika Abu
Bakar berkunjung kerumah Aisyah, beliau bertanya, ”Wahai anakku, adakah sunah
Rosulullah yang belum aku kerjakan?”. Aisyah menjawab.”Wahai Ayah, engkau ahli
sunah, hampir tidak ada sunah yang belum ayah lakukan, kecuali setiap pagi
Rosulullah pergi keujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis
Yahudi buta yang berada disana.”
Keesokan
harinya Abu Bakar pergi kesudut pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar
memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis marah
sambil berteriak,”Siapa kamu?” Abu Bakar menjawab,”Aku orang yang biasa.” Pengemis membantah,”Engkau bukan orang yang
datang.” Apabila orang itu datang, tanganku tidak susah memegang, dan mulutku
tidak akan susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih
dahulu sebelum menyuapkannya kepadaku.
Abu Bakar
tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata jujur .”Aku memang
bukan orang yang biasa datang kepadamu .Aku sahabatnya. Orang mulia itu telah
tiada. Ia adalah Muhammad Rosulullah SAW.” Setelah pengemis Yahudi itu
mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata .”Benarkah demikian? Selama
ini aku selalu menghinanya, memfitnanya, tapi ia tidak pernah memarahiku
sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia
.” Pengemis yahudi buta tersebut
akhirnya masuk islam dan bersyahadat dihadapan Abu Bakar.
Itulah salah
satu bentuk keangungan seorang Muhammad. Kebaikan dan ketinggian akhlaknya
tidak terbendung oleh kebencian dan Cercaan. Bahkan beda keyakinan yang
notabene yang merupakan hal yang paling esensial menjadi lebur dihadapan
keluhuran hatinya. Ini sebuah cermin dan teladan yang sangat dibutuhkan ketika
saling pengertian, toleransi, dan objektifitas menjadi barang mahal dan langka.
Dan ini merupakan pelajaran berharga bagaimana berda’wah dengan hikmah tanpa
tekanan, saling merasa benar satu sama lain, merendahkan pendapat orang, atau
membanggakan pendapatnya dan golongannya inilah fenomena yang kita lihat
dimasyarakat selama ini.
Pelajaran
yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut diatas bahwa mengajak kepada
seluruh perintah Allah dan Rosulnya
sangat-sangat membutuhkan strategy, kesabaran, waktu yang panjang,
konsistensi, pengorbanan, merendahkan diri, keimanan, ilmu, amal soleh
dan keikhlasan....sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bayangkan
Rosulullah berda'wah dengan orang Yahudi (pengemis yang buta) tsb konon selama
5 tahun sedikit bicara hanya prilaku dan sikap saja membuat orang bisa pindah
agama. Mudah-nudahan kita sebagai bapak dari anak-anaknya juga sebagai ibu,
atau sebagai anak dari bapaknya serta sebagai suami dari istrinya juaga sebagai
istri dari suaminya ataupun kita sebagai keponakan dari oum dan tantenya atau
sebagai tetangga, atau sebagai masyarakat ataupun pekerja atau karyawan baik
sebagai pimpinan maupun karyawan biasa semuanya mempunyai kewajiban berda'wah
(mengajak) kepada perintah Allah dan Rosulnya sesuai kemampuannya masing-masing
itulah yang disebut ketaatan sosisal.
Wallahu a’lam
bishawab.
Renungan Hati
H.Bambang
Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar