Renungan HAti
Oleh Abu Alby Bambang Wijonarso
Email : bambang@kiaceramics.com
Blog : dakwahrenunganhati.blogspot.co.id
Dari
Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma “Ya Allah, aku berlindung
kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari
nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”(HR Muslim
4899).
Dari Hadits tersebut dianjuran kepada kita
agar senantiasa berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari empat
perkara yang disebutkan di dalam hadits ini.
Begitu
pula di dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam banyak berlindung kepada Allah dari empat keburukan, padahal
beliau adalah hamba Allah yang paling bertakwa dan telah mendapat jaminan dari
Allah berupa pengampunan terhadap dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan
datang. Maka kita sebagai umatnya yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat agar semakin semangat dalam memperbanyak bacaan doa
tersebut.
Empat
perkara yang sering diucapkan oleh Nabi di dalam doa beliau agar Allah
melindungi diri beliau dari keburukan-keburukannya adalah sebagai berikut:
Pertama: Ilmu yang tidak bermanfaat.
Yang
dimaksud ilmu yang tidak bermanfaat ialah ilmu yang tidak mendatangkan manfaat
bagi pemiliknya di dunia dan akhirat. Akan tetapi justru ilmu tersebut menjadi
bencana dan penyebab kesengsaraan dan kebinasaannya.
Ilmu yang tidak bermanfaat adalah semua
jenis ilmu yang tidak mengantarkan seseorang kepada penambahan iman. Ilmu yang
tidak bermanfaat justru merongrong iman seseorang sehingga semakin lama imannya
semakin menipis. Sedangkan ilmu bermanfaat ialah ilmu yang membuat seseorang
menjadi semakin dekat dengan Allah.
Dengan
sebab ilmu tersebut dia menjadi orang yang tersesat di dunia dari jalan Allah
yang lurus, dan di akhirat menyebabkan dirinya disiksa oleh Allah di alam kubur
maupun di dalam api neraka. Nau’udzu billah min dzalik.
Beberapa
ilmu yang tidak bermanfaat bagi pemiliknya adalah sebagai berikut:
a.
Ilmu Sihir. Mempelajari, mengajarkan dan mempraktekkan ilmu ini hukumnya haram,
dan bahkan merupakan kekufuran. Allah ta’ala berfirman:
وَاتَّبَعُوا
مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ
وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزلَ
عَلَى الْمَلَكَيْنِ
“Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah
yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…”. (QS.
Al Baqarah 102)
b.
Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat. Ilmu ini termasuk ilmu yang tidak bermanfaat
karena banyak mudharatnya. Bahkan dapat menjerumuskan orang yang mempelajarinya
ke dalam keragu-raguan terhadap suatu kebenaran, kebingungan dan kesesatan.
Imam
Ahmad bin Hanbal berkata: “Tidak akan beruntung selama-lamanya ahli ilmu
kalam”.
Imam
Syafi’i menegaskan: “Hukuman yang saya tetapkan bagi para ahli ilmu kalam
adalah mereka diarak mengelilingi kabilah-kabilah dan dikatakan kepada mereka,
‘ini balasan bagi orang meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah serta menyibukkan
diri dengan ilmu Kalam’.”
Imam
Malik mengatakan: “Seandainya ilmu Kalam termasuk kategori ilmu (yang
disyariatkan) maka tentu para sahabat yang lebih dahulu membahasnya, akan
tetapi ilmu Kalam adalah sebuah kebatilan dan mengajak pada kebatilan”.
c.
Termasuk ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu syar’i yang bersumber dari Al
Quran dan As-Sunnah namun pemiliknya tidak mengambil manfaat darinya; tidak
diamalkan, tidak diajarkan dan tidak merubah perangai dan akhlaknya. Bahkan
aqidah, ibadah dan muamalahnya bertentangan dengan ilmu syar’i yang dimilikinya
itu.
Seorang
ulama tabi’in yang bernama Hasan Al-Bashri pernah mengatakan: “Ilmu itu ada dua
macam: ilmu yang ada dalam hati, itulah ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang
hanya ada pada lisan yang merupakan alasan bagi Allah untuk menyiksa seorang
hamba”.
Kedua: Hati yang tidak khusyu’.
Hati
yang tidak khusyu’ adalah hati yang tidak mampu menghayati dan merenungkan
ayat-ayat Allah dan tidak merasakan ketenangan di dalam hatinya pada saat berdzikir
kepada Allah, serta tidak merasa takut kepada-Nya.
Allah
ta’ala berfirman dalam beberapa ayat Al-Qur’an tentang ciri-ciri orang yang
beriman:
الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.
Ar-Ra’ad : 28)
Di
dalam ayat yang lain Allah berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Rabblah mereka
bertawakkal.” (QS. Al Anfaal : 2)
Ketiga: Doa yang tidak didengarkan oleh Allah.
Jika kita berdoa kepada Allah dengan meminta
segala hajat dunia dan akhirat, dan ternyata Allah tidak mendengar doa dan
permohonan kita, apalagi mengabulkannya, maka ini termasuk musibah dan kerugian
yang paling besar yang menimpa kita. sebab kita semua adalah hamba-hamba-Nya
yang sangat fakir di hadapan-Nya.
Doa
atau permohonan seorang hamba tidak didengar oleh Allah disebabkan beberapa
hal, di antaranya:
a. Tidak ikhlas dalam berdoa.
b. Doa untuk perbuatan dosa dan memotong
tali silaturahim.
c. Tergesa-gesa agar Allah segera
mengabulkan doanya.
d. Memperoleh harta dengan cara yang haram,
serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram.
e. Meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi
munkar.
Keempat: Jiwa yang tidak
kenyang.
Maksudnya adalah jiwa yang tidak pernah merasa
qona’ah (puas dan cukup) dan tidak bersyukur atas segala nikmat duniawi yang
Allah anugerahkan kepadanya. Adapun tidak pernah merasa puas terhadap
kenikmatan ukhrawi dan ingin agar selalu ditambahkan kepadanya, maka hal
tersebut tidak tercela, bahkan sangat terpuji dan diperintahkan oleh Allah dan
rasul-Nya, sebagaimana firman Allah:
وَقُلْ
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا“…dan katakanlah: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku
ilmu pengetahuan (yang bermanfaat, pent).” (QS. Thaha : 114)
Demikian
beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari hadits ini. Semoga
menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah ta’ala
melindungi kita semua dari empat keburukan ini dan keburukan-keburukan lainnya
di dunia dan akhirat. Amiin.
Wallahu a’lam
bishawab.
Renungan Hati
Abu Alby Bambang
Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar