Renungan HAti
Oleh
Abu Alby Bambang Wijonarsoblog : dakwahrenunganhati.blogspot.co.id
Suatu hari Harun al-Rasyid
pergi berburu. Ditengah perjalanan ia bertemu dengan seorang yang bernama
Buhlul. Harun berkata : Berilah aku nasehat, wahai Buhlul! “Laki2 itu berkata ,
“ Wahai Amirul Mukminin, dimanakah bapak dan kakekmu , sejak Rosulullah
hinggabapakmu?”.
Harun menjawab, “ Semuanya
telah mati. Dimana Istana mereka?” Tanya Buhlul. Itu istana
mereka, jawab Harun. Disitu istana mereka, dan disini kuburan mereka. Bukankah
sekarang istana itu sedikit pun tidak memberi manfaat bagi mereka?” yanya
Buhlul. “Kamu benar.
Tambahlah nasehatmu, wahai
Buhlul, kata Harun, “ Wahai Amirul Mukminin, Engkau diberi kekuasaan atas
perbendaharaan Kisra dan diberi umur panjang. Lalu apa yang bisa kau perbuat? Bukankah
kuburan adalah terminal terakhir bagi setiap yang hidup,
kemudian engkau akan disidang tentang berbagai masalah?. Tentu jawab Harun.
Hikmah seorang raja yang meminta nasehat dari orang biasa, ini sebagai hal yang harus kita tiru prilaku ini, karna sangat jarang seorang pimpinan, raja, orang yang lebih tinggi kedudukannya mau menerima nasehat dari bawahannya, atau yang lebih rendah kedudukannya dimasyarakat.
Setelah itu al-Rasyid pulang
dan jatuh sakit. Setelah beberapa hari sakit, sampailah ajal menjemputnya. Pada detik-detik terakhir
kehidupannya ia berteriak, “Kumpulkanlah semua tentaraku.” Maka datanglah
mereka kehdapan Haru al-Rasyid lengkap dengan pedang dan perisai. Saking
banyaknya sehingga taka ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah. Semuanya berada dibawah
komandonya. Mereka melihat Harun menangis sambil berkata, Wahai Zat yang tidak
pernah kehilangan kekuasaan, kasihanilah hamba-mu yang telah kehilangan
kekuasaan ini.
Tangisan itu tak berhenti
hingga ajal mencabut nyawanya. Itulah sepenggal kisah yang memberi pelajaran
(Ibra) berharga kepada kita tentang nasehat kematian. Bahwa kematian tidak
pilih-pilih, anak kecil atau dewasa, muda atau tua, laki atau perempuan, kaya
atau miskin, dan pejabat atau rakyat.
Kematian akan
menyambangi/mendatangi siapa saja yang bernyawa (Qs.Al Imran [3]:185). Tidak
ada tawar menawar, setiap orang memiliki jatahnya masing-masing (Qs.Al-A’raf
[7]:34). Karena itu Nabi SAW memerintahkan kepada kita agar selalu mengingat
dan menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian (HR.Nasa’I, Tirmidzi, Ibnu
Hibban dan ibnu Majah).
Ad Daqqaq RA berkata, “Barangsiapa yang banyak mengingat mati, ia diberi
kemuliaan dengan tiga perkara yaitu; segera bertaubat, hati bersifat qanaah
(merasa selalu cukup dan syukur) dan rajin dalam beribadah. “Barangsiapa yang lupa
terhadap mati, ia sellalu disiksa dengan tiga perkara ; menunda-nunda taubat,
tidak ridho apa yang Allah tetapkan dengan menahan diri dari meminta-minta, dan
malas dalam beribadah.”
Al Qur’an telah menjelaskan akan
datangnya kematian dengan berbagai kondisi antara lain, kematian bersifat
memaksa dan siap menghampiri manusia meskipun ia berusaha menghindari resiko
kematian (Qs.Ai Imron [3] : 154).
Kematian akan mengejar
siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang tinggi dan kokoh (Qs.An
Nisa [4}: 78). Kematian tidak mempunya teman, kematian tidak mempunyai
tempat,kematian tidak mempunyai waktu , kesemuanya miliknya.
Kematian mengejar siapapun
meskipun ia lari dan menghindar (Qs.Al-Jumu’uah[62] :8). Kematian datang secara
tiba-tiba (Qs.Luqman[31] : 34), dan kematian telah ditentukan waktunya tidak
dapat ditunda maupun dipercepat (Qs.al Munafiqun [63] : 11).
Terkait dahsyatnya kematian
(Sakaratul maut) Nabi SAW bersabda :”Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan
tusukan tiga ratus pedang “(HR Tirmidzi). Dalam haist lain, “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon
penuh duri yang menancap diselembar kain sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat
diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang tersobek?” (HR Bukhari).
Dalam atsar (pendapat) para sahabat
rosul, seperti Ka’ab al-ahbar berpendapat “sakaratul maut ibarat sebatang pohon
berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang, lalu seseorang laki-laki
menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itu pun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut
padanya dan meninggalkan yang tersisa.
Kemudian Imam AL Ghozali
berpendapat. Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan
menyebar keseluruh anggota tubuh sehingga bagi orang yang sedang sakarat
merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabuti dari setiap urat nadi, urat
syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kepala hingga kaki”. Cukup kematian adalah nasehat yang berharga
buat kita yang masih hidup, dan in sya Allah kita diwafatkan dalam keadaan
husnul khotimah aamiin aamiin ammin
Hindari
sebab-sebab kematian yang tidak baik seperti banyak melakukan kesyirikan
(Aqidah), menunda nunda taubat, panjang angan-angan, bergelimang (bangga)
dengan maksiat, berprasangka buruk kepada Allah dalam menerima musibah, sangat
mencintai dunia (Ubuddunya), banyak melakukan aktifitas fisik, pemikiran, dan
hati yang tidak berguna atau tidak bermanfaat untuk negri akhirat.
Wallahu
‘alam .
Renungan
HAti
Abu
alby bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar