Rabu, 27 Desember 2017

Hikmah Kematian

Renungan HAti
Oleh Abu Alby Bambang Wijonarso
blog : dakwahrenunganhati.blogspot.co.id 

        Suatu hari Harun al-Rasyid pergi berburu. Ditengah perjalanan ia bertemu dengan seorang yang bernama Buhlul. Harun berkata : Berilah aku nasehat, wahai Buhlul! “Laki2 itu berkata , “ Wahai Amirul Mukminin, dimanakah bapak dan kakekmu , sejak Rosulullah hinggabapakmu?”.

Harun menjawab, “ Semuanya telah mati. Dimana Istana mereka?” Tanya Buhlul.  Itu  istana mereka, jawab Harun. Disitu istana mereka, dan disini kuburan mereka. Bukankah sekarang istana itu sedikit pun tidak memberi manfaat bagi mereka?” yanya Buhlul. “Kamu benar.
Tambahlah nasehatmu, wahai Buhlul, kata Harun, “ Wahai Amirul Mukminin, Engkau diberi kekuasaan atas perbendaharaan Kisra dan diberi umur panjang. Lalu apa yang bisa kau perbuat? Bukankah  kuburan adalah  terminal terakhir bagi setiap yang hidup, kemudian engkau akan disidang tentang berbagai masalah?. Tentu jawab Harun.
Hikmah seorang raja yang meminta nasehat dari orang biasa, ini sebagai hal yang harus kita tiru prilaku ini, karna sangat jarang seorang pimpinan, raja, orang yang lebih tinggi kedudukannya mau menerima nasehat dari bawahannya, atau yang lebih rendah kedudukannya dimasyarakat.

         Setelah itu al-Rasyid pulang dan jatuh sakit. Setelah beberapa hari sakit, sampailah ajal  menjemputnya. Pada detik-detik terakhir kehidupannya ia berteriak, “Kumpulkanlah semua tentaraku.” Maka datanglah mereka kehdapan Haru al-Rasyid lengkap dengan pedang dan perisai. Saking banyaknya sehingga taka ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah. Semuanya berada dibawah komandonya. Mereka melihat Harun menangis sambil berkata, Wahai Zat yang tidak pernah kehilangan kekuasaan, kasihanilah hamba-mu yang telah kehilangan kekuasaan ini.

Tangisan itu tak berhenti hingga ajal mencabut nyawanya. Itulah sepenggal kisah yang memberi pelajaran (Ibra) berharga kepada kita tentang nasehat kematian. Bahwa kematian tidak pilih-pilih, anak kecil atau dewasa, muda atau tua, laki atau perempuan, kaya atau miskin, dan pejabat atau rakyat.

       Kematian akan menyambangi/mendatangi siapa saja yang bernyawa (Qs.Al Imran [3]:185). Tidak ada tawar menawar, setiap orang memiliki jatahnya masing-masing (Qs.Al-A’raf [7]:34). Karena itu Nabi SAW memerintahkan kepada kita agar selalu mengingat dan menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian (HR.Nasa’I, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan ibnu Majah).

      Ad Daqqaq RA berkata, “Barangsiapa yang banyak mengingat mati, ia diberi kemuliaan dengan tiga perkara yaitu; segera bertaubat, hati bersifat qanaah (merasa selalu cukup dan syukur) dan rajin dalam beribadah. “Barangsiapa yang lupa terhadap mati, ia sellalu disiksa dengan tiga perkara ; menunda-nunda taubat, tidak ridho apa yang Allah tetapkan dengan menahan diri dari meminta-minta, dan malas dalam beribadah.”

       Al Qur’an telah menjelaskan akan datangnya kematian dengan berbagai kondisi antara lain, kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia meskipun ia berusaha menghindari resiko kematian (Qs.Ai Imron [3] : 154).
Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang tinggi dan kokoh (Qs.An Nisa [4}: 78). Kematian tidak mempunya teman, kematian tidak mempunyai tempat,kematian tidak mempunyai waktu , kesemuanya miliknya.

Kematian mengejar siapapun meskipun ia lari dan menghindar (Qs.Al-Jumu’uah[62] :8). Kematian datang secara tiba-tiba (Qs.Luqman[31] : 34), dan kematian telah ditentukan waktunya tidak dapat ditunda maupun dipercepat (Qs.al Munafiqun [63] : 11).
Terkait dahsyatnya kematian (Sakaratul maut) Nabi SAW bersabda :”Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang “(HR Tirmidzi). Dalam haist lain, “Kematian  yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap diselembar kain sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang tersobek?” (HR Bukhari).

     Dalam atsar (pendapat) para sahabat rosul, seperti Ka’ab al-ahbar berpendapat “sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang, lalu seseorang laki-laki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itu  pun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa.

        Kemudian Imam AL Ghozali berpendapat. Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar keseluruh anggota tubuh sehingga bagi orang yang sedang sakarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabuti dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kepala hingga kaki”.  Cukup kematian adalah nasehat yang berharga buat kita yang masih hidup, dan in sya Allah kita diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah aamiin aamiin ammin

     Hindari sebab-sebab kematian yang tidak baik seperti banyak melakukan kesyirikan (Aqidah), menunda nunda taubat, panjang angan-angan, bergelimang (bangga) dengan maksiat, berprasangka buruk kepada Allah dalam menerima musibah, sangat mencintai dunia (Ubuddunya), banyak melakukan aktifitas fisik, pemikiran, dan hati yang tidak berguna atau tidak bermanfaat untuk negri akhirat.

Wallahu ‘alam .
Renungan HAti
Abu alby bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar