Sabtu, 17 Maret 2018

Bulan Rajab.


Renungan HAti

Abu Alby Bambang Wijonarso.

Hadis palsu yang menerangkan keutamaan bulan Rajab :
  • "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu sorga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
  • Riwayat al-Thabrani dari Sa'id bin Rasyid: Barangsiapa puasa sehari di bulan Rajab maka laksana ia puasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu sorga, bila puasa 10 hari Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
  • "Sesugguhnya di sorga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
Pendapat beberapa ulama dari hadist-hadist seputar keutamaan bulan rajab :

Seluruh ulama mengkatagorikan seluruh hadist yng berkenaan dengan bulan Rajab adalah Lemah dan palsu, yang kuat hanya satu yaitu bulan Rajab adalah termasuk 4 bulan haram yang didalamnya ada pahala dan dosa yang berlipat-lipat.
  1. Ibnu Taimiyah berfatwa (terjemahannya): adapun puasa Rajab secara khusus maka hadits-hadits yang mengenainya lemah semua, bahkan (bisa dikatakan.pent) palsu. para ulama' tidak menjadikan hadits-hadits tersebut sebagai dasar amalan. Al-Fatawa Al-Kubro 2/478.
  2. Ibnu Hajar, dalam kitabnya "Tabyinun Ujb", menegaskan bahwa tidak ada hadis (baik sahih, hasan, maupun dha'if) yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab. Bahkan beliau meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang menghususkan bulan Rajab dengan puasa.
  3. Ditulis oleh al-Syaukani, dlm Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad bin Manshur al-Sam'ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.
  4. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Adapun puasa Rajab secara khusus, maka seluruh haditsnya DHO'IF (lemah), bahkan PALSU, tidak ada seorang ulama pun yang berpegang dengannya. Dan hadits2 Dho'if tsb tidak termasuk kategori lemah yang boleh diriwayatkan dalam Fadho'iL A'maaL (keutamaan amalan2), bahkan seluruhnya adalah HADITS PALSU yang DUSTA.”. (Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, XXV/290).
  5. Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata: “Dan semua hadits tentang (keutamaan) puasa Rajab dan sholat pada sebagian malamnya adalah DUSTA yang diada-adakan.” (Lihat Al-Manaaru Al-Muniif, hal. 96).
Bulan Rajab terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban. Bulan Rajab sebagaimana bulan Muharram termasuk bulan haram. Allah Ta’ala berfirman,
                  
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (Qs. At Taubah: 36)

Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perpuataran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.” (Latho-if Al Ma’arif, 202)

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الزَّÙ…َانُ Ù‚َدِ اسْتَدَارَ ÙƒَÙ‡َÙŠْئَتِÙ‡ِ ÙŠَÙˆْÙ…َ Ø®َÙ„َÙ‚َ السَّÙ…َÙˆَاتِ Ùˆَالأَرْضَ ، السَّÙ†َØ©ُ اثْÙ†َا عَØ´َرَ Ø´َÙ‡ْرًا ، Ù…ِÙ†ْÙ‡َا Ø£َرْبَعَØ©ٌ Ø­ُرُÙ…ٌ ، Ø«َلاَØ«َØ©ٌ Ù…ُتَÙˆَالِÙŠَاتٌ Ø°ُÙˆ الْÙ‚َعْدَØ©ِ ÙˆَØ°ُÙˆ الْØ­ِجَّØ©ِ ÙˆَالْÙ…ُØ­َرَّÙ…ُ ، Ùˆَرَجَبُ Ù…ُضَرَ الَّØ°ِÙ‰ بَÙŠْÙ†َ جُÙ…َادَÙ‰ ÙˆَØ´َعْبَانَ
“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab.

Di Balik Bulan Haram

Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua makna.

Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.

Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” (Lihat Zaadul Maysir, tafsir surat At Taubah ayat 36)
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.” (Latho-if Al Ma’arif, 214)
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.” (Latho-if Al Ma’arif, 207)

         Banyak tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah riwayat dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan, “Ketika tiba bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengucapkan,
“Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban wa ballignaa Romadhon [Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan]“.”

Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Suniy dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah. Namun perlu diketahui bahwa hadits ini adalah hadits yang lemah (hadits dho’if) karena di dalamnya ada perowi yang bernama Zaidah bin Abi Ar Ruqod. Zaidah adalah munkarul hadits (banyak keliru dalam meriwayatkan hadits) sehingga hadits ini termasuk hadits dho’if. Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Imam Ahmad.

Berkenaan hadist lemah dan Palsu dibulan Rajab.

  1.
    Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.
    Keterangan, Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Bakr an-Naqasy dan al-Hafidz Abul Fadhl           
    Muhammad bin Nashir mengatakan, an-Naqasy adalah pemalsu hadis, pendusta. Ibnul Jauzi,  
    As Shaghani, dan As Suyuthi menyebut hadis ini dengan hadis maudlu’. (al-Lali’ al-
    Mashnu’ah, 2/114)
2.
    Allahumma baarik lanaa fii rajabin wa sya’baana wa ballighnaa Ramadhaana.
   “Ya Allah, berkahilan kami di bulan rajab dan sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan     
   ramadhan.”

       Keterangan: Hadis ini diriwayatkan Ahmad dalam musnadnya no. 2346. dan di sanadnya
       terdapat perawi Zaidah bin Abi Raqqad. Tentang para perawi ini, Imam Bukhari dan an-Nasai
       memberi komentar, “Munkarul hadis”. Abu Daud mengatakan, “Saya tidak mengenal  
       hadisnya.” Sementara Abu Hatim menjelaskan, “Zaidah meriwayatkan dari Ziyadah An
       Numairi dari Anas, beberapa hadis marfu’ yang munkar. Saya tidak mengenal hadisnya
       maupun hadis Ziyadah an-Numairi.”

      Tentang Ziyadah An Numairi. Beliau dinilai dhaif oleh Ibnu Main dan Abu Daud. Abu Hatim   
      mengatakan, “Hadisnya bisa ditulis tapi tidak bisa dijadikan pendukung.”

      Syuaib al-Arnauth menegaskan sanad hadis ini dhaif, lalu beliau menyebutkan sisi cacat hadis  
      ini sebagaimana keterangan di atas. (Tahqiq Musnad Ahmad, 4/180).


 3.
    Rajab adalah bulan Allah al-Asham. Siapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab, atas dasar  
   iman  dan ihtisab (mengharap pahala) maka dia berhak mendapat ridla Allah yang besar.
 
   Keterangan: Hadis ini palsu, as-Syaukani menjelaskan dalam sanadnya terdapat dua perawi
   yang matruk (ditinggalkan). (al-Fawaid al-Majmu’ah, 1/439).


4.
    Barangsiapa yang berpuasa tiga hari bulan Rajab, Allah catat baginya puasa sebulan penuh.   
    Siapa yang puasa tujuh hari maka Allah menutup tujuh pintu neraka.

    Keterangan: Hadis ini palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam al-Maudlu’at. Beliau
    menyebutkan  Hadis ini tidak shahih. Dalam sanadnya terdapat perawi bernama Aban. Kata   
    Ahmad, Nasai dan Daruquthni, “Perawi matruk (ditinggalkan).” Dalam sanadnya juga ada
    perawi Amr bin Azhar, dan kata Ahmad, ‘Dia memalsu hadis.’ (al-Maudlu’at, 2/206).

5.

   “Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, namanya sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada madu, siapa yang puasa sehari di bulan Rajab maka Allah akan memberi minum orang ini dengan air sungai tersebut.”

Keterangan:

Al-Hafidz menjelaskan,

Hadis ini disebutkan Abul Qosim At Taimi dalam At Targhib wat Tarhib, al Ashbahani dalam kitab Fadlus Shiyam, dan al Baihaqi dalam Fadhail Auqat, serta Ibnu Syahin dalam at-Targhib wa Tarhib. (Tabyin al-Ujb, hlm 9)

Ibnul Jauzi mengatakan dalam al Ilal al Mutanahiyah, “Dalam sanadnya terdapat banyak perawi yang tidak dikenal, sanadnya dhaif secara umum, namun tidak sampai untuk dihukumi palsu. (al Ilal al Mutanahiyah, 2/65)


          Jadi kesimpulan berkenanan dengan 4 bulan haram diantaranya bulan Rajab adalah jika kita biasa rutin hariannya melakukan amalan kebaikan yang Allah dan Rosul perintahkan baik hal yang wajib dan yang sunah seperti puasa sunah (senin-kamis), puasa ayamil bid (3 hari tengah bulan), puasa daud (sehari puasa sehari tidak), sholat tahajud, membaca dan mengkasi al Qur’an dan hadist, banyak berdzikir, infaq, shodaqoh, melakukan kegiatan sosial (muamalah, membantu sesama manusia), melakukan kegiatan-kegiatan dakwah, silaturahim dan lain sebagainya,  jika amalan tersebut bertepatan sengan masuk 4 bulan haram  (salah satunya bulan Rajab) maka amalannya akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat, begitu pula saat melakukan kemaksiatan akan mendapat dosa yang berlipat-lipat (dalil nya Qs.9 : 36).

         Demikian pembahasan kami mengenai amalan-amalan di bulan Rajab dan beberapa amalan yang keliru yang dilakukan di bulan tersebut. Semoga Allah senantiasa memberi taufik dan hidayah kepada kaum muslimin. Semoga Allah menunjuki kita ke jalan kebenaran.

Wallah ‘alam
Abu Alby Bambang Wijonarso.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar