Sabtu, 05 Mei 2018

Hakekat Dunia



Abu Alby Bambang Wijonarso
dakwahrenunganhati.blogspot.co.id

?.Bagaimana islam memandang Dunia, tentunya sangat penting dalam perjalanan hidup kita agar selamat sampai kenegri akherat dengan predikat masuk Surga nya Allah

Adapun dalil2 yg diharapkan kita tidak tertipu dengan urusan Dunia adalah sebagai berikut :

1. Hakekat dunia ini, yaitu fana dan sementara. Allah Azza wa Jalla mengingatkan semua manusia tentang hal ini di dalam banyak tempat di dalam al-Qur’ân, antara lain firman Allah:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [al-Hadîd/57:20].

Dunia ini ‘permainan’ yang tidak ada hasilnya kecuali capai, ‘dan suatu yang melalaikan’, melalaikan manusia dari yg bernilai akhirat berupa perkara yang bermanfaat dan penting baginya, dan ‘perhiasan’ yang tidak akan menghasilkan kemuliaan hakiki.

Adapun seorang yang beriman, jika melihat perkara yang mengagumkan, maka fikirannya akan tertuju kepada kekuasaan Penciptanya Azza wa Jalla, sehingga dia menjadi kagum terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla . Sedangkan orang yg tdk beriman, fikirannya tidak melampaui apa yang dia lihat, sehingga warna-warni dunia membuatnya tenggelam di dalam kekaguman.

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu’, yaitu bagi orang yang merasa tentram terhadap dunia dan tidak menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk kebaikan akhirat & alat untuk meraih kenikmatan nya.

Diriwayatkan bahwa Sa’îd bin Jubair Radhiyallahu anhu mengatakan, “Dunia itu adalah kesenangan yang menipu, jika dunia melalaikanmu dari mencari akhirat. Namun jika dunia itu mengajakmu untuk mencari ridha Allah Azza wa Jalla dan mencari kebaikan akhirat, maka dunia itu sebaik-baik kesenangan dan sarana.

                                                                                                                                                                          2. Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperoleh
nya. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).          

Bayangkan lautan yg luas itulah negri akherat sedangkan air yg ada ditangan kita itulah dunia..

3.    Siapa pun tahu seperti apa laut. Hamparan air yang membentang nan luas, dari ujung pantai ke pantai lainnya, tempat di mana sungai-sungai ‘memuntahkan’ airnya. Pada galibnya, garis-garis pantai adalah titik dangkal di mana manusia bisa menikmati air laut, dengan cara menceburkan diri. Atau tempat di mana perahu-perahu nelayan berlabuh. Sesuatu yang sudah maklum, jika dasar laut itu semakin ke tengah semakin dalam. Sehingga para perenang itu, jika semakin ke tengah berenang, semakin tinggi pula risiko tenggelamnya. Dan jika sudah tenggelam, semakin susah pula selamatnya.

Begitu juga dunia. Ketika masih di pinggiran, ia belum kelihatan menarik di mata. Semakin ke dalam manusia mencari, semakin tampak pula keindahannya. Hingga apabila sudah sampai titik puncaknya, manusia pun dibuat terlena olehnya. Kini, ia bukan hanya  menarik di mata, tetapi juga memikat jiwa. Oleh karena itu, orang mukmin akan ekstra hati-hati ketika menceburkan diri ke dunia, jangan sampai terseret ombak yg akan menjerumuskan
nya. Sebab jika sudah terjerumus, sangat susah untuk melepaskan diri darinya.

Maka kendaraan orang mukmin ketika mengarungi samudera dunia adalah perahu takwa, berdayung iman dan berlayar tawakal. Itulah kunci keselamatan. Sungguh, betapa sedikit yang selamat!
                                                                               4. Rosulullah bersabda : Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkan
nya  (HR. Ibnu Majah).

Perlu kita ketahui sangatlah diperlukan konsep ”zuhud” yang kebanyakan orang telah membiaskan arti dari pada zuhud. Dari Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh bahwa ”Zuhud” adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Maka zuhud terhadap dunia maksudnya apabila berbuat bukan demi mendapatkan nilai duniawi tetapi semata-mata lillah (karena Allah), maka sama saja baginya mendapat pujian atau mendapat celaan manusia. Zuhud terhadap milik manusia maksudnya tidak ada dalam hatinya keinginan dan perhatian terhadap sesuatu yang menjadi milik orang lain. Barang siapa yang bisa merealisasikan dalam dirinya zuhud dengan pengertian di atas maka dia akan meraih cinta Alloh dan cinta manusia.        
                                                                                                                                                                    5. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan, dalam sabdanya;

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim).

6. Petiklah nasihat Hasan al-Bashri (wafat 728) berikut, seperti yang diungkap Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Dzamm ad-Dunyâ ...Berhati-hatilah kalian dari menyibukkan diri dengan perkara dunia, karena ia dipenuhi kesibukan. Sesiapa yang berani membuka salah satu pintu kesibukan itu, niscaya akan terbuka untuknya sepuluh pintu kesibukan lainnya, tidak seberapa lama kemudian.” begitu seterusnya sehingga mudah melalaikan perkara akherat..

7. cermati firman Allah ‘‘Azza wa Jalla berikut (yang artinya), “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. al-Qashash [28]: 77).

Apa pesan yang terkandung dari ayat tersebut? Menurut para ahli tafsir, Ibnu Jarir dalam Jami’ al-Bayannya misalnya, hendaknya harta yang Allah berikan itu digunakan untuk kebaikan akhirat, dengan cara mendistribusikannya pada ketaatan dengan tetap memerhatikan bagian kita di dunia, alias tidak melupakannnya. Ambil dan gunakanlah untuk sesuatu yang akan menyelamatkan kita besok dari azab Allah.

Atau, seperti kata as-Sa’di dalam kitab Taisirnya, harta yang diperoleh itu adalah sarana menuju akhirat, maka seyogyanya digunakan untuk mengejar apa yang ada di sisi Allah. Hendaknya disedekahkan dan tidak digunakan untuk pemenuhan syahwat semata. Tidak mengapa jika ingin bersenang-senang dengan dunia, hanya saja jangan sampai membahayakan agama dan akhiratnya. Nah, begitulah seharusnya. Hidup di dunia cuma sekali, itu pun tidak abadi.

              KESIMPULAN

Jika manusia telah mengetahui hakekat dunia yang fana/sementara ini, maka selayaknya dia selalu ingat dan waspada, jangan sampai tergoda kenikmatan dunia yang sementara, kemudian melalaikan akhirat yang sangat berharga. Sepantasnya manusia berlomba melakukan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan (note : maksiat adalah segala sesuatu yg tdk ada hubungan dengan negeri akhirat). Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman:

سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar. [al-Hadîd/57: 21].
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Mudah2an kita selalu diselamatkan setiap langkah kita dalam urusan dunia, sehingga selamat dan meraih surga nya Allah aamiin.

Kebemaran datang dari Allah azza wajalla dan kesalahan datang dari kekhilafan dan kebodohan saya...saya mohon ampun kepada Allah Azza wajalla..

Wallahu 'alam
Abu Alby Bambang Wijonarso
Sabtu, 21 April 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar