By : Abu Alby Bambang
Wijonarso
email : bambang.muslim@gmail.com
Waktu adalah salah satu diantara nikmat Allah yang paling berharga dan agung
bagi manusia. Cukup bagi kita
kesaksian Al-Qur’an tentang betapa agungnya tentang nikmat yang satu ini.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan tentang urgensi waktu, ketinggian
tingkatannya, dan juga pengaruhnya yang besar. Bahkan Allah telah bersumpah
dengan waktu dalam kitab-Nya yang mulia dan ayat-ayat-Nya yang luhur dalam
konteks yang berbeda-beda. Allah yang urusan-Nya yang begitu agung telah
bersumpah dengan waktu malam, siang, fajar, subuh, saat terbenamnya matahari,
waktu dhuha, dan dengan masa.
Hanya orang-orang hebat dan
mendapatkan taufik dari Allah, yang mampu mengetahui urgensi waktu lalu
memanfaatkanya seoptimal mungkin. Dalam hadits, “Dua nikmat yang banyak manusia
tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang (HR. Bukhari).
Banyak manusia tertipu didalam keduanya, itu artinya, orang yang mampu
memanfaatkan hanya sedikit. Kebanyakan manusia justru lalai dan tertipu dalam
memanfaatkannya.
Allah memberikan kita setiap hari “modal” waktu kepada semua manusia di muka
bumi ini adalah sama, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan,
dan seterusnya. Namun kenapa prestasi bisa berbeda? Rasulullah SAW : Dalam
waktu 23 tahun bisa membangun peradaban Islam yang tetap ada sampai sekarang.
Ikut 80 peperangan dalam tempo waktu kurang dari 10 tahun, santun terhadap
fakir miskin, menyayangi istri dan kerabat, dan yang luar biasa adalah beliau
seorang pemimpin umat yang bisa membagi waktu untuk umat dan keluarga secara
seimbang!
Iman An-Nawawi setiap
harinya berlajar 12 mata pelajaran, dan memberikan komentar dan catatan tentang
pelajarannya tersebut. Umur beliau singkat, wafat pada umur 45 tahun, namun
karya beliu sangat banyak dan masih dijadikan sumber rujukan oleh umat muslim
saat sekarang ini.
Masih banyak lagi contoh-contoh luar biasa lainnya.
Kenapa tidak banyak orang yang bisa menyamai mereka? Padahal waktu yang
diberikan Allah kepada mereka sama dengan waktu yang diberikan Allah pada
hambaNya yang lain? Jawabannya adalah kecerdasan manajemen waktu.
Saat kita menganggap waktu tidak berharga,
maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Saat kita menyianyiakan
waktu maka waktu akan menjadikan kita orang sia-sia. Demikian pula saat kita
memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu.
Allah SWT menegaskan bahwa orang rugi itu bukan tidak memeliki harta atau
kekayaan, jabatan atau penghargaan. Orang rugi itu adalah orang yang
membuang-buang waktu kesempatan untuk beriman, beramal dan saling
nasihat-menasihati.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran (QS Al Asher [103]: 1-3).
Kita
perlu memahami dan menyadari bahwa waktu mempunyai tabi'at/sifat yaitu :
”Waktu cepat berlalu” bagaimana perasaan
manusia pada umumnya terhadap waktu sehari terasa cepat dan sebulan terasa
mendekat dan setahun begitu saja berlalu untuk dapat memanfaaatkan waktu maka
solusinya segera dimanfaatkan (Fastabikul khairat/ berlomba-lomba dalam
kebaikan). Dari tabiin
Ibnu Atha'ilah berpendapat bahwa menunda amal kebaikan karena menantikan
kesempatan yang lebih baik adalah tanda kebodohan yang memengaruhi jiwa.
Waktu tidak tergantikan”, apapun kecanggihan
teknologi sampai saat ini maupun depan dan apapun kekuasaan manusia tidak
mungkin dapat menggantikan waktu yang telah berlalu maka agar tidak tertipu
dengan berjalannya waktu maka solusinya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat dan yang paling urgent.
Waktu tidak dapat diinfestasikan, siapa
yang dapat didunia ini yang dapat melipat gandakan sebuah waktu ? maka
solusinya berhati-hati dalam menentukan
aktifitas terhadap waktu.
Setelah kita memahami sifat waktu terhadap manusia maka tentunya
sekarang kita dapat memilah beberapa type manusia dalam menyikapi waktu
yaitu :
Pertama.
Type Manusia masa lalu.
Type manusia ini selalu berfikir, berwawasan, berbicara dengan output
aktifitasnya hanya membicarakan masa lalu (bahagia maupun duka) walaupun masa
lalunya salah. Hal ini digambarkan dalam firman Allah Dan apabila dikatakan
kepada mereka:
"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti
juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk?." ( Qs. Al Baqarah{2} : 170). Hal ini tercermin
dimasyarakat bahwa penyeleseaian masalah dengan adat istiadat lebih popular dan
lebih takut dari pada dengan ketetapan Allah (Al Qur’an danAs Sunnah).
Kedua,
Type manusia masa depan.
Type manusia ini selalu berangan-angan
dan penuh cita-cita tanpa amal atau tindakan nyata. Disaat ditanya untuk pilihan masuk surga atau neraka, sangatlah pasti
semua menjawab mau masuk surga, akan tetapi ,melaksanakan amalan-amalan ahli
surga sangat berat dan sulit dilakukan dan cenderung lebih giat, taat aktif, senang dan mudah melaksanakan
amalan-amalan/ aktifitas ahli neraka.
Ketiga
Type manusia masa kini.
Type manusia ini hanya berusaha
menikmati hari ini tanpa mau melihat masa lalu dan masa depannya. Mengapa
karena mereka telah tertipu dengan kehidupan dunianya (Cinta dunia), lupa
negeri akherat dan lupa kematian.
Type manusia masa lalu, depan dan kini
baik keberhasilan dan kegagalan dunianya akan semakin jauh dengan ketaatannya
kepada Allah SWT & RosulNya.
Keempat,
Type manusia yg proposional/Sempurna.
Type manusia ini dalam hidupnya selalu
menjadikan masa lalunya sebagai pelajaran dan masa depannya sebagai motifasi
serta masa kininya sebagai barometer penilaian untuk menjalankan kehidupannya.
Motto hidupnya “ Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
harus lebih baik dari hari ini.
Manusia sempurna ini jika melakukan
pelenggaran/kemaksiatan maka segera minta ampun dan bertaubat dimana
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
(Qs Ali Imran [3] : 135).
Manusia jenis ini jika diberi
keleluasaan rejeki (Orang kaya harta) maka ia pasti darmawan. Dan jika Allah
takdirkan menjadi orang miskin maka ia akan bersabar. Jika Allah berikan amanah
jabatan maka tidak akan menzolimi orang. Serta jika Allah tetapkan menjadi
seorang ulama/kyai/ustad maka akan memberikan solusi umat. Intinya manusia
jenis ini outputnya selalu dekat dan taat kepada aturan dan larangan Allah
serta RosulNya.
Akan tetapi untuk menggapai type manusia yang sempurna ini sangatlah sulit
penuh upaya, perjuangan baik waktu, harta, maupun jiwa sekalipun. Dan perlu
pula diketahui salah satu kesulitan untuk menggapai manusia yang type sempurna
ini dikarenakan “penyakit manusia terhadap waktu” yaitu Lalai, selalu menunda
kebaikan dan cenderung mencaci waktu hal ini difirmankan Allah
:”Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai. (Qs Al Araaf [7] : 179).
Itulah penyakit manusia terhadap waktu
berupa penglihatan, pendengaran, dan hati karena manusia cenderung mendengar,
melihat dan hati terhadap sesuatu yang jauh dari ketaatan kepada Allah.
Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah
menyebutkan seorang laki-laki yang menghabiskan umurnya untuk mengumpulkan dan
menumpuk harta. Ketika kematian mendatanginya, dikatakan kepadanya, “Katakanlah
lâ ilâha illa Allâh,” namun ia tidak mengucapkannya, bahkan ia mulai
mengucapkan, “Satu kain harganya 5 dirham, satu kain harganya 10 dirham, ini
kain bagus”. Dia selalu dalam keadaan demikian sampai ruhnya keluar.
Demikianlah semoga kita dapet
memperoleh hidayah dan taufiq atas management waktu sehingga masuk kedalam surga
nya Allah aamiin
Wallahu
Alam Bish-shawab
Renungan
HAti
Abu
Alby Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar