Selasa, 07 Agustus 2018

Waktu.




By : Abu Alby Bambang Wijonarso
email : bambang.muslim@gmail.com

         Waktu adalah salah satu diantara nikmat Allah yang paling berharga dan agung bagi manusia. Cukup bagi kita kesaksian Al-Qur’an tentang betapa agungnya tentang nikmat yang satu ini. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan tentang urgensi waktu, ketinggian tingkatannya, dan juga pengaruhnya yang besar. Bahkan Allah telah bersumpah dengan waktu dalam kitab-Nya yang mulia dan ayat-ayat-Nya yang luhur dalam konteks yang berbeda-beda. Allah yang urusan-Nya yang begitu agung telah bersumpah dengan waktu malam, siang, fajar, subuh, saat terbenamnya matahari, waktu dhuha, dan dengan masa.
       
       Hanya orang-orang hebat dan mendapatkan taufik dari Allah, yang mampu mengetahui urgensi waktu lalu memanfaatkanya seoptimal mungkin. Dalam hadits, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang (HR. Bukhari). Banyak manusia tertipu didalam keduanya, itu artinya, orang yang mampu memanfaatkan hanya sedikit. Kebanyakan manusia justru lalai dan tertipu dalam memanfaatkannya.
     
       Allah memberikan kita setiap hari “modal” waktu kepada semua manusia di muka bumi ini adalah sama, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan seterusnya. Namun kenapa prestasi bisa berbeda? Rasulullah SAW : Dalam waktu 23 tahun bisa membangun peradaban Islam yang tetap ada sampai sekarang. Ikut 80 peperangan dalam tempo waktu kurang dari 10 tahun, santun terhadap fakir miskin, menyayangi istri dan kerabat, dan yang luar biasa adalah beliau seorang pemimpin umat yang bisa membagi waktu untuk umat dan keluarga secara seimbang!

Iman An-Nawawi setiap harinya berlajar 12 mata pelajaran, dan memberikan komentar dan catatan tentang pelajarannya tersebut. Umur beliau singkat, wafat pada umur 45 tahun, namun karya beliu sangat banyak dan masih dijadikan sumber rujukan oleh umat muslim saat sekarang ini.
Masih banyak lagi contoh-contoh luar biasa lainnya. Kenapa tidak banyak orang yang bisa menyamai mereka? Padahal waktu yang diberikan Allah kepada mereka sama dengan waktu yang diberikan Allah pada hambaNya yang lain? Jawabannya adalah kecerdasan manajemen waktu.

     Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Saat kita menyianyiakan waktu maka waktu akan menjadikan kita orang sia-sia. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu. Allah SWT menegaskan bahwa orang rugi itu bukan tidak memeliki harta atau kekayaan, jabatan atau penghargaan. Orang rugi itu adalah orang yang membuang-buang waktu kesempatan untuk beriman, beramal dan saling nasihat-menasihati.
                                                 
                   
      Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS Al Asher [103]: 1-3).

         Kita perlu memahami dan menyadari bahwa waktu mempunyai tabi'at/sifat yaitu :

”Waktu cepat berlalu” bagaimana perasaan manusia pada umumnya terhadap waktu sehari terasa cepat dan sebulan terasa mendekat dan setahun begitu saja berlalu untuk dapat memanfaaatkan waktu maka solusinya segera dimanfaatkan (Fastabikul khairat/ berlomba-lomba dalam kebaikan). Dari tabiin Ibnu Atha'ilah berpendapat bahwa menunda amal kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah tanda kebodohan yang memengaruhi jiwa.

Waktu tidak tergantikan”, apapun kecanggihan teknologi sampai saat ini maupun depan dan apapun kekuasaan manusia tidak mungkin dapat menggantikan waktu yang telah berlalu maka agar tidak tertipu dengan berjalannya waktu maka solusinya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan yang paling urgent.  

Waktu tidak dapat diinfestasikan, siapa yang dapat didunia ini yang dapat melipat gandakan sebuah waktu ? maka solusinya berhati-hati  dalam menentukan aktifitas terhadap waktu.

     Setelah kita memahami sifat waktu terhadap manusia maka tentunya sekarang kita dapat memilah beberapa type manusia dalam menyikapi waktu yaitu :

Pertama. Type Manusia masa lalu.
Type manusia ini selalu  berfikir, berwawasan, berbicara dengan output aktifitasnya hanya membicarakan masa lalu (bahagia maupun duka) walaupun masa lalunya salah. Hal ini digambarkan dalam firman Allah Dan apabila dikatakan kepada mereka:

 "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?." ( Qs. Al Baqarah{2} : 170). Hal ini tercermin dimasyarakat bahwa penyeleseaian masalah dengan adat istiadat lebih popular dan lebih takut dari pada dengan ketetapan Allah (Al Qur’an danAs Sunnah).

Kedua, Type manusia masa depan.
Type manusia ini selalu berangan-angan dan penuh cita-cita tanpa amal atau tindakan nyata. Disaat ditanya untuk pilihan  masuk surga atau neraka, sangatlah pasti semua menjawab mau masuk surga, akan tetapi ,melaksanakan amalan-amalan ahli surga sangat berat dan sulit dilakukan dan cenderung lebih giat, taat  aktif, senang dan mudah melaksanakan amalan-amalan/ aktifitas ahli neraka.

Ketiga Type manusia masa kini.
Type manusia ini hanya berusaha menikmati hari ini tanpa mau melihat masa lalu dan masa depannya. Mengapa karena mereka telah tertipu dengan kehidupan dunianya (Cinta dunia), lupa negeri akherat dan lupa kematian.

Type manusia masa lalu, depan dan kini baik keberhasilan dan kegagalan dunianya akan semakin jauh dengan ketaatannya kepada Allah SWT & RosulNya.

Keempat, Type manusia yg proposional/Sempurna.
Type manusia ini dalam hidupnya selalu menjadikan masa lalunya sebagai pelajaran dan masa depannya sebagai motifasi serta masa kininya sebagai barometer penilaian untuk menjalankan kehidupannya. Motto hidupnya “ Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Manusia sempurna ini jika melakukan pelenggaran/kemaksiatan maka segera minta ampun dan bertaubat dimana orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka (Qs Ali Imran [3] : 135).
Manusia jenis ini jika diberi keleluasaan rejeki (Orang kaya harta) maka ia pasti darmawan. Dan jika Allah takdirkan menjadi orang miskin maka ia akan bersabar. Jika Allah berikan amanah jabatan maka tidak akan menzolimi orang. Serta jika Allah tetapkan menjadi seorang ulama/kyai/ustad maka akan memberikan solusi umat. Intinya manusia jenis ini outputnya selalu dekat dan taat kepada aturan dan larangan Allah serta RosulNya.

        Akan tetapi untuk menggapai type manusia yang sempurna ini sangatlah sulit penuh upaya, perjuangan baik waktu, harta, maupun jiwa sekalipun. Dan perlu pula diketahui salah satu kesulitan untuk menggapai manusia yang type sempurna ini dikarenakan “penyakit manusia terhadap waktu” yaitu Lalai, selalu menunda kebaikan dan cenderung mencaci waktu hal ini difirmankan Allah 

                        

:”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Qs Al Araaf [7] : 179).
Itulah penyakit manusia terhadap waktu berupa penglihatan, pendengaran, dan hati karena manusia cenderung mendengar, melihat dan hati terhadap sesuatu yang jauh dari ketaatan kepada Allah.

Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah menyebutkan seorang laki-laki yang menghabiskan umurnya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta. Ketika kematian mendatanginya, dikatakan kepadanya, “Katakanlah lâ ilâha illa Allâh,” namun ia tidak mengucapkannya, bahkan ia mulai mengucapkan, “Satu kain harganya 5 dirham, satu kain harganya 10 dirham, ini kain bagus”. Dia selalu dalam keadaan demikian sampai ruhnya keluar.

Demikianlah semoga kita dapet memperoleh hidayah dan taufiq atas management waktu sehingga masuk kedalam surga nya Allah aamiin


Wallahu Alam Bish-shawab
Renungan HAti
Abu Alby Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar