Renungan HAti.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Qs.
Al Baqarah [2] : 155).
Oleh : Abu Alby Bambang Wijonarso
Allah subhana wata ‘ala berfirman
dalam Al Qur’anul karim,
Baru saja kita
menyaksikan musibah tragedi gempa bumi, Tsunami dan Likuifiksi baik di Palu
maupun Lombok, bagaimana Islam memandang
suatu bentuk musibah. Bahwa musibah adalah sesuatu ketetapan
(Sunatullah) yang Allah berikan kepada hambanya dengan tujuan minimal ada tiga
hal yang kita perlu ketahui :
Pertama, Allah memberi pesan berupa azab
kepada orang-orang yang ingkar dan banyak melakukan kemaksiatan kepada Allah
untuk segera bertaubat, kelompok ini biasanya banyak melakukan keburukan
dibandingkan kebaikannya (kelompok munafik dan fasik). Boleh jadi bentuk
kemaksiatan manusia sudah membuat Allah murka, dan yang kita takutkan jika
musibah telah ditetapkan Allah maka tidak ada yang dapat mengindahkan dan ini
akan juga menimpa umat manusia yang beriman. Disebutkan dalam musnad Imam Ahmad
dari hadits Ummu Salamah, Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Jika
kemaksiatan sudah mendominasi umatku, maka Allah meratakan adzab dari
sisi-Nya”. Saya berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah di antara mereka ada
orang-orang shalih?” Rasulullah menjawab,”Betul.” “Lalu bagaimana dengan
mereka?” Rasul menjawab, “Mereka akan mendapat musibah sama dengan yang lain,
kemudian mereka mendapatkan ampunan dan keridhaan Allah.”
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu) …(Qs. Asy Syuraa [42] : ayat 30).
Kedua, Allah menegur dan menasehati kepada
orang-orang yang lalai biasanya kelompok ini kebaikan dan keburukannya seimbang
(STMJ atau sholat terus maksiat jalan). Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (Qs. At
Taghaabun [64] : 11).
Ketiga, Allah memberi ujian derajat keimanan
kepada orang-orang yang beriman yaitu
kebaikannya lebih banyak dibandingkan keburukannya. Tentunya keburukan
dan kebaikan menurut pandangan Al Qur’an dan As Sunah bukan hawa nafsu
pemikiran manusia belaka. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun” Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik
Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa
(pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa
marabahaya baik besar maupun kecil. (Qs Al Baqarah [2] : 156)
Tentunya
bagi manusia yang beriman kepada Allah harus yakin, sabar dan ridho atas
musibah, bahwa Allah akan melakukan penilaian special dan yang terbaik hal ini disabdakan Rosulullah SAW Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Ketika turun ayat: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu, kaum muslimin merasa sangat sedih sekali, lalu
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu sekalian terlalu bersedih dan tetaplah
berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang menimpa seorang muslim
terdapat penghapusan dosa bahkan dalam bencana kecil yang menimpanya atau
karena sebuah duri yang menusuknya. (Shahih Muslim No.4671).
Sabar, khususnya ketika
mendapatkan kesulitan adalah menjaga hati dari menggerutu, menjaga lisan dari
berkeluh kesah dan menjaga diri dari perbuatan yang terlarang. Ketika tertimpa
musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga disunahkan untuk ridho bahkan
jika mampu, bersyukur. Ridho terhadap musibah adalah yakin bahwa akibat dari
musibah tersebut baik baginya, maka tak ada perasaan seandainya musibah
tersebut tidak datang. Adapun ridho yang hukumnya wajib yaitu ridho terhadap
perbuatan Alloh yang telah mendatangkan musibah. Dengan demikian terkait dengan
musibah ada dua bentuk keridhoan, yaitu:Ridho terhadap perbuatan Alloh,
hukumnya wajib. Ridho terhadap musibah itu sendiri, hukumnya sunnah
Allah menguji
hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas
dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi
Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah
yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang
ditimpa fitnah (musibah). (HR. Ath-Thabrani).
Kebaikan,
kebahagiaan, kelapangan, keburukan, kesulitan, dan kesempitan itu apakah adalah
ujian? Tak semua apa yang sedang kita hadapi adalah ujian. Terkadang, itu
termasuk ke dalam musibah atau bahkan azab. Lalu apa perbedaan ujian, musibah,
dan azab?
Setiap
orang pasti akan diuji oleh Allah SWT. Namun, tak semua orang diuji dengan hal
yang sama. Allah SWT akan menguji hambaNya sesuai dengan tingkatan keimanan dan
kemampuannya, Allah SWT berfirman dalam Al-quran,
“Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya,
dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka
tidak dizalimi (dirugikan).” (Al-Mukminun : 62).
Lantas, apa perbedaan
ujian, musibah, dan azab?
Untuk lebih jelasnya, simak ulasan berikut :
Ujian.
Ujian
atau ibtila
merupakan suatu bentuk penyelidikan atau percobaan yang berupa kesenangan
ataupun kesulitan. Baik berupa kebaikan ataupun keburukan.
Sesungguhnya
ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia dengan tujuan yang
jelas, yaitu menguji siapa saja hamba-Nya yang mau bersyukur atas nikmat yang
diperoleh dan siapa saja hamba yang mau bersabar ketika ditimpa kesulitan.
Sebagaimana
beberapa firman Allah SWT dalam Al-quran,
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada
kami.” (Qs.
Al-Anbiya : 35).
“...Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Qs. Al-Araf : 168).
“Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk
Kamu menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.” (Qs. Al-Kahfi : 7).
Ujian
yang Allah SWT berikan disesuaikan dengan kadar kesanggupan setiap manusia.
Sehingga dengan ujian tersebut, bertambahlah keimanannya dan bertambah pula
pahala baginya.Nantinya
ujian yang mengharuskan kita bersabar dan bersyukur akan bermuara pada
pembersihan dosa dan dihilangkannya siksa di neraka, sebagaimana sabda Rasullah
SAW,
“Tidaklah seorang mukmin dan mukminah yang ditimpa suatu bala (cobaan)
sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan. Senantiasa cobaan itu
datang menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya dan hartanya sampai dia
berjumpa dengan Allah tanpa ada satu pun dosa pada dirinya.” (HR. Tirmidzi 2399).
Musibah.
Musibah
menjadi semacam teguran atas kesalahan kita agar nantinya kesalahan tersebut
tidak berbuah dosa di akhirat. Karenanya ditegur di dunia akan lebih baik
dibandingkan harus menanggung dosa sampai ke akhirat.
Seperti
firman Allah SWT,
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. Asy-Syura : 30).
“(yaitu) orang-orang yang apanila ditimpa musibah, mereka berkata ‘Inna
lillahi wa inna ilaihi rajiun’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah
kami kembali). Maka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Qs. Al-Baqarah : 156-157).
Musibah
yang menimpa diri kita haruslah disyukuri sebagai sarana intropeksi. Bahwa
sesungguhnya dalam menjalani kehidupan ini tak pernah lepas dari khilaf dan
salah.
Azab.
Azab
merupakan siksaan yang akan Allah SWT berikan kepada orag kafir, baik di dunia
maupun dia akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di
dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” (Qs.
As-Sajda : 21).
“...Dan orang-orang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan
perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi di dekat tempat kediaman
mereka, sampai datang janji Allah (penakluk Mekah). Sungguh, Allah tidak
menyalahi janji.” (Ar-Rad : 31).
Meminta
ampunlah kepada Allah SWT agar kita terhindar dari azab di dunia dan di
akhirat.
Demikianlah in sya Allah dengan kita
memahami Ilmu apa itu Ujian, Musibah dan Azab maka kita bisa memelihara diri
dari kebaikan dan terhindar dari keburukan aamiin.
Wallahu a’lam bish-shawab
Abu Alby
Bambang Wijonarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar