Rabu, 17 Oktober 2018

Menyikapi Musibah, Ujian & Azab.

Renungan HAti.
Oleh : Abu Alby Bambang Wijonarso
                                   

             Allah subhana wata ‘ala berfirman dalam Al Qur’anul karim,

     
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Qs. Al Baqarah [2] : 155).
    Baru saja kita menyaksikan musibah tragedi gempa bumi, Tsunami dan Likuifiksi baik di Palu maupun Lombok, bagaimana Islam memandang  suatu bentuk musibah. Bahwa musibah adalah sesuatu ketetapan (Sunatullah) yang Allah berikan kepada hambanya dengan tujuan minimal ada tiga hal yang kita perlu ketahui :
          Pertama, Allah memberi pesan berupa azab kepada orang-orang yang ingkar dan banyak melakukan kemaksiatan kepada Allah untuk segera bertaubat, kelompok ini biasanya banyak melakukan keburukan dibandingkan kebaikannya (kelompok munafik dan fasik). Boleh jadi bentuk kemaksiatan manusia sudah membuat Allah murka, dan yang kita takutkan jika musibah telah ditetapkan Allah maka tidak ada yang dapat mengindahkan dan ini akan juga menimpa umat manusia yang beriman. Disebutkan dalam musnad Imam Ahmad dari hadits Ummu Salamah, Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Jika kemaksiatan sudah mendominasi umatku, maka Allah meratakan adzab dari sisi-Nya”. Saya berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah di antara mereka ada orang-orang shalih?” Rasulullah menjawab,”Betul.” “Lalu bagaimana dengan mereka?” Rasul menjawab, “Mereka akan mendapat musibah sama dengan yang lain, kemudian mereka mendapatkan ampunan dan keridhaan Allah.”
   Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) …(Qs. Asy Syuraa [42] : ayat 30).

        Kedua, Allah menegur dan menasehati kepada orang-orang yang lalai biasanya kelompok ini kebaikan dan keburukannya seimbang (STMJ atau sholat terus maksiat jalan).                        Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs. At Taghaabun [64] : 11).

        Ketiga, Allah memberi ujian derajat keimanan kepada orang-orang yang beriman yaitu  kebaikannya lebih banyak dibandingkan keburukannya. Tentunya keburukan dan kebaikan menurut pandangan Al Qur’an dan As Sunah bukan hawa nafsu pemikiran manusia belaka.                       (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun” Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. (Qs Al Baqarah [2] : 156)

        Tentunya bagi manusia yang beriman kepada Allah harus yakin, sabar dan ridho atas musibah, bahwa Allah akan melakukan penilaian special dan yang terbaik  hal ini disabdakan Rosulullah SAW  Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Ketika turun ayat: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu, kaum muslimin merasa sangat sedih sekali, lalu Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu sekalian terlalu bersedih dan tetaplah berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang menimpa seorang muslim terdapat penghapusan dosa bahkan dalam bencana kecil yang menimpanya atau karena sebuah duri yang menusuknya. (Shahih Muslim No.4671).
       Sabar, khususnya ketika mendapatkan kesulitan adalah menjaga hati dari menggerutu, menjaga lisan dari berkeluh kesah dan menjaga diri dari perbuatan yang terlarang. Ketika tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga disunahkan untuk ridho bahkan jika mampu, bersyukur. Ridho terhadap musibah adalah yakin bahwa akibat dari musibah tersebut baik baginya, maka tak ada perasaan seandainya musibah tersebut tidak datang. Adapun ridho yang hukumnya wajib yaitu ridho terhadap perbuatan Alloh yang telah mendatangkan musibah. Dengan demikian terkait dengan musibah ada dua bentuk keridhoan, yaitu:Ridho terhadap perbuatan Alloh, hukumnya wajib. Ridho terhadap musibah itu sendiri, hukumnya sunnah
    Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah). (HR. Ath-Thabrani).
        Kebaikan, kebahagiaan, kelapangan, keburukan, kesulitan, dan kesempitan itu apakah adalah ujian? Tak semua apa yang sedang kita hadapi adalah ujian. Terkadang, itu termasuk ke dalam musibah atau bahkan azab. Lalu apa perbedaan ujian, musibah, dan azab?
        Setiap orang pasti akan diuji oleh Allah SWT. Namun, tak semua orang diuji dengan hal yang sama. Allah SWT akan menguji hambaNya sesuai dengan tingkatan keimanan dan kemampuannya, Allah SWT berfirman dalam Al-quran,
Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).” (Al-Mukminun : 62).

Lantas, apa perbedaan ujian, musibah, dan azab? Untuk lebih jelasnya, simak ulasan berikut :

Ujian.
Ujian atau ibtila merupakan suatu bentuk penyelidikan atau percobaan yang berupa kesenangan ataupun kesulitan. Baik berupa kebaikan ataupun keburukan.
Sesungguhnya ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia dengan tujuan yang jelas, yaitu menguji siapa saja hamba-Nya yang mau bersyukur atas nikmat yang diperoleh dan siapa saja hamba yang mau bersabar ketika ditimpa kesulitan.
Sebagaimana beberapa firman Allah SWT dalam Al-quran,
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami.” (Qs. Al-Anbiya : 35).
...Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Qs. Al-Araf : 168).

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kamu menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.” (Qs. Al-Kahfi : 7).

Ujian yang Allah SWT berikan disesuaikan dengan kadar kesanggupan setiap manusia. Sehingga dengan ujian tersebut, bertambahlah keimanannya dan bertambah pula pahala baginya.Nantinya ujian yang mengharuskan kita bersabar dan bersyukur akan bermuara pada pembersihan dosa dan dihilangkannya siksa di neraka, sebagaimana sabda Rasullah SAW,
Tidaklah seorang mukmin dan mukminah yang ditimpa suatu bala (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan. Senantiasa cobaan itu datang menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya dan hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa ada satu pun dosa pada dirinya.” (HR. Tirmidzi 2399).

Musibah.
Musibah menjadi semacam teguran atas kesalahan kita agar nantinya kesalahan tersebut tidak berbuah dosa di akhirat. Karenanya ditegur di dunia akan lebih baik dibandingkan harus menanggung dosa sampai ke akhirat.
Seperti firman Allah SWT,

Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. Asy-Syura : 30).

(yaitu) orang-orang yang apanila ditimpa musibah, mereka berkata ‘Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Maka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Baqarah : 156-157).

Musibah yang menimpa diri kita haruslah disyukuri sebagai sarana intropeksi. Bahwa sesungguhnya dalam menjalani kehidupan ini tak pernah lepas dari khilaf dan salah.

Azab.
Azab merupakan siksaan yang akan Allah SWT berikan kepada orag kafir, baik di dunia maupun dia akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT,
Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. As-Sajda : 21).

...Dan orang-orang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi di dekat tempat kediaman mereka, sampai datang janji Allah (penakluk Mekah). Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.” (Ar-Rad : 31).
Meminta ampunlah kepada Allah SWT agar kita terhindar dari azab di dunia dan di akhirat.

          Demikianlah in sya Allah dengan kita memahami Ilmu apa itu Ujian, Musibah dan Azab maka kita bisa memelihara diri dari kebaikan dan terhindar dari keburukan aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab
Abu Alby Bambang Wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar