Jumat, 18 Januari 2019

Jangan Tertipu dengan Rejeki


Renungan HAti.
Abu Alby Bambang Wijonarso


            Ketika mendengar kalimat ‘Rejeki’ ini, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut adalah rezeki duniawi, lebih khusus lagi adalah rezeki berupa harta. Kalau kita mau mencermati, sebenarnya rezeki berupa harta adalah sebagian saja dari rezeki yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. Namun, sifat kebanyakan manusia yang jauh dari rasa syukur dan lebih berorientasi dengan gemerlap dunia yang fana, terkadang hanya membatasi rezeki dengan harta duniawi semata. Padahal sesungguhnya Allah Ta’ala telah banyak memberi rezeki kepada manusia dengan bentuk yang beragam (Kesehatan, Ketaatan, Ketenangan, Makanan, Minuman, Rumah, Kendaraan, Istri yang soleh, anak2 yang soleh, mudah bersilaturahi, mudah berzakat infaq dan shodaqoh, mudah menjalankan perintah dan larangan Allah).



     Tempat mencari rejeki adalah urusan dunia sedangkan urusan akherat adalah aktifitas amal kebaikan menurut maunya Allah.

Jika kita mengumpamakan urusan akherat itu adalah menanam padi, sedangkan urusan dunia adalah menanam alang2, maka kita bisa memastikan jika kita menanam padi pasti alang-alang akan tumbuh, sebaliknya jika menanam alang-alang maka padi tidak akan pernah tumbuh.

Jadi kesimpulannya jika kita lebih mendominankan mengejar urusan dunia dalam hal ini adalah mencari rejeki (harta) maka boleh jadi kita tidak ada kesempatan atau berkurang potensi untuk melakukan amal kebaikan menurut maunya Allah.
Hal ini sudah dipatenkan dari informasi Allah didalam al Qur'an Qs.Hud ayat 6.



          Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)...[qs.11 : 6]

    Hal ini juga disampaikan oleh ulama besar tabi'in 1000 tahun yg lalu yaitu.Ibnul Qayyim rahimakumullah berkat,Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang”.

Artinya kita dalam memanfaatkan waktu dalam kehidupan sehari-hari harus getol, betah, berjuang, berkorban, berupaya, berfikir, belajar, berihtiar, untuk melaksanakan dan menyempurnakan semua perintah dan larangan Allah.

Akan tetapi kenyataan nya jika berhadapan dengan segala yg berurusan akherat (perintah dan larangan Allah) boleh jadi berbeda/ terbalik!!..boleh jadi kita sangat minimalis, hanya menggugurkan kewajiban, ban serep, kalau ada waktu, kalau ada masalah, kalau ada maunya, kalau sudah tua, kalau sudah pensiun, sangat tdk fokos dsb semua itu

Mari bersibu-sibuk diri dengan sesuatu yg pasti kita bawa yaitu amal Soleh dan jangan bersibuk-sibuk diri dengan sesuatu yg pasti kita akan tinggalkan yaitu Amal salah (ngotot sama rejeki). Jangan telat untuk sadar diri dan baru sadar saat kematian tiba.

Allah Ta’ala berfirman,


“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27).

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa dia tidak akan memberi hamba Nya rezeki yang berlimpah-limpah, jika pemberian itu berakibat membawa mereka kepada keangkuhan dan ketakaburan, sebagaimana firman Allah SWT:
 
Artinya: Ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup (kaya). (Q.S. al Alaq: 6-7) 

       Cukuplah kiranya Karun dan Firaun menjadi contoh yang buruk dalam hal ini. Tetapi Allah akan memberi mereka rezeki sekadar yang akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Mungkin Dia menjadikan hamba Nya kaya karena yang demikian itulah yang layak bagi mereka dan akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Sebaliknya Dia akan menjadikan hamba Nya miskin karena di sana terletak kebahagiaan dan kebaikan mereka, sebagaimana dijelaskan hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Anas ra.: 
     
Artinya: 
Dan sebagian hamba Ku ada yang kaya yang tidak dapat menjadikannya baik kecuali kekayaan, kalau Aku memakirkannya niscaya Aku merusak agamanya. Dan sebagian hamba Ku ada orang yang tidak baik kecuali kemiskinan, kalau Aku mengayakannya niscaya Aku merusak agamanya". (H.R. Anas r.a).
 
Abu Hani Al Khaulany berkata: "Saya mendengar Amr bin Khurait dan lainnya mengatakan bahwasanya ayat ini (ayat 27 ini ) diturunkan kepada ahlussuffah (penghuni beranda mesjid Nabi di Madinah); mereka bercita-cita memiliki harta benda (yang bertumpuk-tumpuk), mereka mencita-citakan kemegahan dunia.

Ayat diatas (Qs.42 : 27) menerangkan bahwa Allah maha tahu atas kemampuan untuk menerima rejeki sehingga ada ukuran tuk masing2 hambanya. Tujuan utama Allah membeda2 kan atas ketetapan rejeki dengan ukuran/kadar tertentu kepada hambanya adalah untuk menguji siapa yang bersyukur dan siapa yang bersabar... jika ditakdirkan kelebihan rejeki maka output yg diinginkan Allah adalah menjadi hamba yg bersyukur, jika takdir  disempitkan rejekinya maka output yg diinginkan Allah adalah menjadi hamba yg bersabar.

           Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu. Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar.

Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya DUA JALAN REZEKI yang lain [yakni dua puting susu ibunya], dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.

Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka EMPAT JALAN REZEKI lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman = dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.

Lalu ketika dia meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Allah –Ta’ala- membuka baginya -jika dia hamba yang beruntung- DELAPAN JALAN REZEKI, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia kehendaki.

Dan begitulah Allah Ta’ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.” (Al Fawaid, hal. 94, terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahqiq: Salim bin ‘Ied Al Hilali).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
  
               
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)...
Tentunya setelah kita berihtiar maksimal, berdoa dan bertawakal maka output nya hanya dua yg diinginkan Allah bersyukur atau bersabar, baik dia ditakdirkan kaya ataupun miskin.

Wallahu 'alam

Abu Alby Bambang wijonarso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar